MAGIC MOMENT



Peringatan Kesaktian Pancasila 1 Juni 2020, saya peringati dengan mengikuti Webinar dari LPPM IAIN Ponorogo. Sampai saya terlupa bahwa hari ini juga di ada undangan dari bapak Pengurus Yayasan untuk membincang wakaf.

Saya langsung berkirim pesan memohon maaf karena tidak bisa mengikuti agenda rapat. Saya memilih mengikuti webinar ini, pembicaraan wakaf masih Panjang prosesnya. Benar saja Webinar ini memiliki Magic moment bagi saya mengisi motivasi belajar menulis.

Dalam pandemic ini sesungguhnya sangat dimudahkan sekali mengikuti beberapa webinar dengan hanya sekali klik di zoom. Kita tidak perlu berjalan ke tempat seminar. Cukup di ruang baca, bahkan di kamar kita kita bisa mengikuti seminar. Bahkan pagi ini setelah bersepeda dengan anak dan suami saya, saya langsung mengikuti webinar ini tanpa ganti baju, masih baju olahraga bahkan.

Meskipun banyak yang mengikuti seminar kali ini saya yakin yang ditangkap oleh peserta seminar ini tidaklah sama. Terlihat dari berbagai chat yang menjadi tanggapan para peserta sangat beragam. Jadi saya berkesimpulan bahwa peserta ini memiliki pikiran. Maka kita harus mengelola pikiran kita dengan

Magic moment itu apa? Magic moment adalah sebuah waktu yang membikin kita sadar dan sangat exicted dengan kondisi kita. Atau Bahasa lainnya “wo iyoo, iki jan pas” dan magic moment ini bisa menggerakkan pikiran kita menuju kepada aksi.

Magic moment di sebuah seminar tidak bisa ditebak sebelumnya. Banyak orang yang ikut berbagai seminar tidak juga mendapat magic momen. Seminar teknis jarang bisa memunculkan magic moment, berbeda dengan seminar inspirasi tentang visi atau masa depan. Namun tidak menutup kemungkinan ada magic moment dalam seminar teknis.

Seperti dalam webinar kali ini saya juga mendapatkan Magic moment saya.  Saya mengamini untuk menguatkan belajar mentransformasi diri. focus menulis dan tentu saja dengan menghadirkan pikiran positif.  Hanya dengan kata-kata yang saya dengar dari Dr. Naim ketika memperlihatkan bukunya “Spirit Literasi” dalam buku ini ada tiga content berupa spirit literasi yakni membaca, menulis, dan bertransformasi diri.

Bagaimana dengan magic moment anda hari ini?


Kupatan

Pagi selepas jamaah subuh pada hari raya ke-8 Idul Fitri ini saya bergegas menuju dapur untuk mempersiapkan ketupat dan launya untuk dibawa ke masjid. Setiap hari bulan Syawal tanggal 8, pagi sebelum matahari terbit, tradisi di desa kami selalu mengadakan kendurian ketupat di masjid dengan seluruh masyarakat di sekitar

Sewaktu kecil saya ketika bapak masih ada selalu di bangunkan dan diajak untuk kenduri di masjid. Meski dingin pagi saya semangat untuk mandi dan bersiap. Bahagianya  ketika menerima bagian ketupat dan melahapnya dengan lauk sayur blendrang dan sedikit taburan kedelai gorang yang dihaluskan, sangat enak.

Sekarang gantian anak-anak yang merasakan kebahagiaan itu, mereka bersemangat untuk mempersiapkan diri ke masjid dengan mandi dan berpakaian, kemudian mengikuti ayahnya untuk bersiap ke masjid. Si kecil yang pulas dalam tidurnya terbangun mendengar kesibukan kakak-kakanya, dan berteriak “ikut”.

Kupatan yang masih sangat berkesan bagi saya adalah saat Almarhum Ayah mengajari anak-anaknya membuat ketupat. Dengan telaten beliau memandu kami selangkah demi selangkah, sampai tangan in ikram rasanya memegang janur yang takut terlepas anyamannya. Tapi alhasil sampe sekarang saya masih ingat dan bisa membuat ketupat sendiri, bahkan tetangga tetangga yang tidak bisa membuat ketupat meminta saya membuatkan ketupat buat mereka.

Masyarakat di Indonesia memang sangat familiar dengan ketupat.  ketika lebaran mereka ada yang membuat ketupat sejak hari pertama hari raya Idul Fitri, ada hari delapan membuat ketupat lebaran. . Ada pula yang menyebutnya dengan riyoyo syawwal,  menandai selesainya berpuasa syawal mereka selama 6 hariAda yang membagi-bagikannya di tetangga sekitar atau membawanya ke mushola atau masjid terdekat dalam habis magrib atau setelah Subuh seperti hari ini di lingkungan kami. 

Di sebuah daerah di Trenggalek acara riyoyo kupatan ini dirayakan sangat meriah, tepatnya di daerah Durenan. Orang orang luar daerah berbondong-bondong hadir di sana untuk menyaksikan acara ketupatan disana. Seluruh rumah mempersiapkan ketupat dengan jumlah yang banyak plus memasaak lauknya, bisa opor ayam daging atau sate dal sayur blendrang. Setiap tamu yang hadir disuguhi ketupat, bayangkan kita bertamu lima rumah aja perut kita sudah sangat penuh dengan ketupat dan sayurnya.

Sekarang saat corona menyerang, mungkin sementara keramaian lebaran ketupat ini tidak semeriah tahun tahun sebelumnya. Orang orang dilarang berkerumun dalam keramaian. Bahkan lebaran idul fitripun banyak yang menutup pintu tidak menerima tamu.


 




Menurut H.J. de Graaf dalam Malay Annal, ketupat merupakan simbol perayaan hari raya Islam pada masa pemerintahan Demak yang dipimpin Raden Patah awal abad ke-15. De Graaf menduga kulit ketupat yang terbuat dari janur berfungsi untuk menunjukkan identitas budaya pesisiran yang ditumbuhi banyak pohon kelapa. Warna kuning pada janur dimaknai oleh de Graff sebagai upaya masyarakat pesisir Jawa untuk membedakan warna hijau dari Timur Tengah dan merah dari Asia Timur.

 

Sekarang janur sudah mulai jarang karena banyak pemangsa kelapa (kuwawung) mematikan batang kelapa dimakan dari janur dan pondohnya. Beberapa daerah juga kesulitan menemui kelapa. Namun saya optimis kupatan ini tetap akan berjalan, dan janur tetap ada. Semoga hama kelapa juga bisa hilang dengan penelitian dari para ilmuwan ahli biologi dan obat-obatan, segera menemukan obat untuk hama tanaman khususnya tanaman kelapa ini.

beristirahatlah dengan menulis

Beristirahat lah dengan menilis. Kalimat itu terlontar saat pagi setelah subuh saya buka laptop untuk menulis artikel. Kalimat itu membuat aku merasa nyaman menulis. Tidak lagi merasa terbebani harus menulis tulisan setiap hari seperti yang telah kami ikrarkan untuk produktif menulis.
Akhirnya aku bisa menikmati istirahat dengan menulis. Profesor EWA pernah berkata menulis di otak dia buka laptop atau hp-nya tetapi dia sudah punya tulisan di otaknya.

Hal inilah yang selama pagi tadi saya lakukan saya menulis di otak. 
Saat si kecil tidur siang maka saya beristirahat dengan menulis.
Hari ini lebaran ke-6 semua masyarakat kebanyakan membikin ketupat. Sejak pagipun saya ditemani ibu menyiapkan ketupat dan lauk nya. Ibu berencana membuat sambel goreng kentang dan sayur khas ketupat. Kacang panjang campur lotho  di blendrang. (Sayur kesukaanku). 
Dan sayur ibuku paling enak, saya selalu kangen sayur beliau saat kost di SMA. 
Untunglah saya menemani beliau di rumah sehingga saya selalu bisa merasakan enaknya masakannya. 

Adik bungsuku yang di Magetan pun bila pulang ke Tulungagung senang sekali apabila pas ketemu sayur blendranhnya ibuk. sering menelpon hanya untuk meminta bumbu dan cara memasak. 

Hari inipun dia meminta resep sayur lotho dan kacang. Sepagian dia membuat ketupat sebanyak 80 buah untuk  di kendurikan di masjid. Lingkungan disana tidak familiar dengan kenduri ketupat. Adikku menggagas ide kendurian ketupat disana. 

Sayur lotho ini yang istrinya belum bisa membuatnya. Akhirnya berbekal video call diapun meminta resep kepada ibu kami. 
Saat diterangkan sama ibu, dia manggut manggut seakan tahu dan paham. Namun saat akhir dia meminta sama saya "mbak kasih catatan di wa ya" akupun tertawa sambil tak jawab "iya"

Akhirnya saya wa dia sesuai dengan instruksi ibu. Panjang lebar ibu memberi instruksi dari mulai menyiapkan bumbu sampai finishing. Semoga saja benar masaknya dan enak rasanya. 


Homeschooling ataukah Learn form home



Anak adalah amanah dari Allah. Orang tua berkewajiban dalam memberi warna hidup anak. Warna yang dimaksud adalah bagaimana kita mendidik anak anak. Dalam hadits Bukhori Muslim di sebutkan

 

 حَدَّثَنِي عَنْ مَالِك عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ ....فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ

 

Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari [Abu Az Zinad] dari [Al A'raj] dari [Abu Hurairah], bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah, namun kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi atau Nasrani.... 

Pemikir barat Jhon Locke mengemuka teori tabularasa (meja lilin), dimana dia siap menerima torehan grafiti dipermukaannya. Teori ini mengemukakan manusia ibarat kertas putih yang siap ditulisi apapun. Fitrah dimaknai dengan blank (kosong). Sebagian mengartikan dengan potensi-potensi yang dibawa sejak lahir dan siap diaktualisasikan dalam kehidupan setelah terjadi persinggungan dengan lingkungannya. Potensi yang perlu dikembangkan adalah potensi spiritual, intelektual, sosial, emosional dan potensi jasmaniah.

Pada dekade akhir ini banyak orang tua yang sibuk dan tidak sempat memberikan pendidikan dalam pengembangan potensi, mereka menyerahkan kewajiban mendidik secara penuh di sekolah/madrasah. Ironisnya banyak sekolah / madrasah yang menawarkan full day school yang diperuntukkan untuk kebanyakan orangtua yang karir dan tidak banyak waktu untuk mendidik anak.

Dulu teori homeschooling menjadi pilihan orang tua yang sadar ada gap di sekolah dalam mengisi pendidikan kepada anak mereka. Banyak terjadi Kasus kasus bullying salah satu sebab anak phobia terhadap sekolah (school phobia).

Saat Covid-19 melanda, mau tidak mau anak anak harus berada di rumah dan belajar. Apakah hal ini bisa dimaknai dengan homeschooling? bisa iya bisa tidak.

Konsep homeschooling adalah orang tua yang menentukan nilai/ kebutuhan apa yang perlu untuk anak. Homeschooling adalah sebuah sistem pendidikan atau pembelajaran yang diselenggarakan di rumah. Salah satu tokoh Homeschooling adalah Kak Seto. Dia mendirikan  sekolah alternatif yang menempatkan anak-anak sebagai subjek dengan pendekatan secara “at home” atau di rumah. Dengan pendekatan “at home” inilah anak-anak merasa nyaman belajar karena mereka dapat belajar apapun sesuai dengan keinginannya, kapan saja dan dimana saja seperti Ia tengah berada di rumahnya.

Menurut Sumardiono homeschooling adalah model pendidikan dimana sebuah keluarga memilih untuk bertanggung jawab sendiri atas pendidikan anak-anaknya dengan menggunakan rumah sebagai basis Pendidikan.

 

Makna homeschooling di Indonesia telah disalahartikan oleh beberapa pihak (lembaga nonformal/PKBM) dan cenderung menyesatkan pemahaman masyarakat tentang makna homeschooling. Saat ini banyak lembaga pendidikan nonformal yang berdiri dengan menggunakan merek homeschooling tetapi kegiatan belajar dilaksanakan di lembaga. Tentunya hal ini tidak jauh berbeda dengan model sekolah nonformal lainnya. Padahal di luar negeri tidak ada istilah lembaga homeschooling, kecuali konsultan homeschooling, atau komunitas homeschooling. Adapun terkadang orangtua memanggil tutor datang ke rumah melalui perusahaan jasa penyedia tutor atau semacam lembaga les privat, atau juga mencari tutor dengan cara mencari informasi pada konsultan homeschooling dan komunitas homeschooling.

Dalam UU SISDIKNAS no 20 tahun 2003 pasal 27 dikatakan bahwa pendidikan informal adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk belajar secara mandiri. Hasilnya diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan.

Dalam homeschooling orang tua sebagai kepala sekolah, sebagai guru pada tingkat  pra sekolah, SD. Semakin dewasa anak homeschooling semakin mandiri dan terbiasa mencari inisiatif dan aktif dalam mencari problem solving atas persoalan yang didapatkan. Peran orang tua sebagai guru berubah menjadi mentor dan fasilitator. Rumah tidak melulu menjadi center program dari homeschooling tapi bisa menggunakan apa saja untuk menunjang pembelajaran bisa menggunakan fasilitas di dunia nyata seperti : Fasilitas pendidikan (museum, perpustakaan, lembaga penelitian); Fasilitas umum ( taman, stasiun, jalan, pasar); Fasilitas sosial (Panti Asuhan, panti jompo, rumah singgah, Panti rehabilitasi, lapas anak, rumah sakit); fasilitas bisnis (mall, restorant, pabrik, sawah) dan lain-lain.

Pendekatan multiple intelegence  (kecerdasan majemuk) digunakan dalam mengembangkan anak di homeschooling Salah satu konsep yang digagas dan dikembangkan oleh Howard Gardner seorang psikolog terkemuka dari University of Harvard. Sehingga anak bisa berkembang sesuai dengan bakat dan kecerdasannya. 

Saat covid-19 melanda saya jadi melihat file-file kuliah lama dan menuangkannya menjadi alternative pemikiran dalam mencari solusi anak-anak yang sekarang sedang di rumah. Meski ada pembelajaran dari sekolahan saya yakin bahwa penyerapan ke anak tidaklah maksimal. Orang tualah yang kemudian harus turun tangan menjadi fasilitator dan mentor dari anak-anak mereka. Untuk tetap bisa optimal dalam masa pendidikannya. Bahkan pendampingan yang dilakukan secara melekat bisa menambah pengetahuan dan ilmu buat mereka.

 

 


Kontroversi (jangan) Masuk Sekolah



Pagi ini tergelitik saya dengan beberapa pemberitaan yang ada di internet terkait dengan masuk sekolah. wajarlah bila masuk sekolah dibincang karena anak-anak dalam PSBB ini sudah hampir 3 bulan tidak bersekolah. orang tuapun bertanya tanya kapan masuknya. 

Seperti yang dilansir oleh tribun news bahwa Mendikbud Nadiem Makarim belum mengumumkan apapun mengenai waktu belajar sekolah, dan Mendikbud menyatakan bahwa keputusan mengenai waktu dan metode pembelajaran juga atas pertimbangan gugus tugas percepatan penanganan covid-19. Namun Kementerian ini memang sudah mempersiapkan skenario untuk pembelajaran, namun format seperti apa dan kapan dimulainya pembelajaran masih menunggu, karena bukan hanya terkait dengan faktor pendidikan, namun juga faktor kesehatan.  

Salah satu sisi kebijakan pemerintah untuk menentukan PSBB sampai Juni 2020 membuat anak-anak sekolah dan Instansi pendidikan bersiap ke sekolah, kurikulum baru dari Kementerian Agama pun telah disiapkan, yakni kurikulum darurat covid-19. 

Banyak juga para orang tua yang khawatir terhadap kesehatan anak ketika berkumpul di sekolah. senada dengan hal tersebut KPAI juga menegaskan untuk tidak masuk sekolah sampai dengan penyebaran virus ini menuju angka nol. 

Disisi lain pemerintah juga telah bersiap untuk menuju new normal dan akan menjalankan tatanan ini dalam skenario sebulan kedepan. Ada empat provinsi dan 25 Kabupaten kota yang bersiap menjalankannya. Empat provinsi tersebut adalah Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Sumatera Barat dan Provinsi Gorontalo. 

Apa sih new normal itu? Prosedur bagaimanakah yang akan dijalankan, bagaimana nanti kalau justru menjadi kluster baru penyebaran virus? Bagaimana dengan rumah sakit siapkah seluruh fasilitas dan tenaga medisnya? tentu itu semua sudah di hitung oleh pemerintah. 

Namun saya penasaran dengan aturan bagaimana menjalankan tatanan ini terkait dengan prosedur WHO. World Health Organization telah menetapkan beberapa aturan new normal untuk percepatan penanganan Covid-19 ini dalam aspek kesehatan dan sosial-ekonomi. (belum ke pendidikan)

setiap negara yang hendak melakukan transisi, pelonggaran pembatasan dan menjalankan tatanan new normal harus memperhatikan 5 hal: 

1.  Bukti yang menunjukkan bahawa transmisi Covid-19 dapat dikendalikan.

2. Kapasitas sistem kesehatan dan Kesehatan masyarakat termasuk rumah sakit tersedia untuk mengidentifikasi, mengisolasi, menguji, melacak kontak, dan mengkarantina.

3. Resiko virus ini diminimalkan dalam pengaturan kerentanan tunggi, terutama di panti jompo, fasilitas Kesehatan mental, dan orang orang yang tinggal di tempat-tempat ramai.

4. Langkah Langkah pencegahan di tempat kerja di tetapkan dengan jarak fisik, fasilitas mencuci tangan dan kebersihan pernapasan.

5. Resiko kasus impor dapat dikelola

6. masyarakat memiliki suara dan dilibatkan dalam kehidupan new normal.

Kita bisa cermati kehidupan baru ini menjadi titik tekannya adalah Kesehatan, sosial ekonomi. Namun Pendidikan bisa mengambil perannya dengan tetap menyediakan layanan Pendidikan yang bisa diakses oleh masyarakat, seperti scenario yang telah disiapkan oleh Kemendikbud, dan kemenag. Tanpa harus menambah resiko Kesehatan dari anak didik.

Anak-anak pasti rindu dengan bangku sekolah, rindu dengan teman-teman mereka. Ketika pandemic ini selesai, yakinlah semua bisa berkumpul lagi.

Masuk sekolah bukan berarti masuk secara fisik, namun bisa diupayakan dengan virtual yang selama pandemic ini sudah diterapkan. Selalu dievaluasi dalam pelaksanaannya, dan terlebih lagi para pengajarnya harus selalu diberikan bimbingan, motivasi dan gizi yang memadai. 

Manfaat Blog

 

Apa sih blog? Apa sih manfaatnya? 

Sebagian dari kita tentu sudah sangat familiar dan mungkin setiap hari membuka blog seseorang atau perusahaan, bahkan kita mungkin sudah punya  tapi mungkin belum bisa menjawab apabila ditanya apa blog itu?  

Blog atau weblog merupakan Jurnal online yang memuat beragam informasi serta menampilkan postingan terbaru di bagian atas halaman. Konten atau postingan blog diperbarui secara berkala. Bila memiliki tulisan dan di unggah secara berkala, maka blog yang kita Kelola akan menampilkan halaman yang paling akhir kita unggah atau kita publish.

Blog bisa di isi dengan tema yang sama, bisa Pendidikan, literasi, pencinta bunga, pecinta binatang bisa memanfaatkan untuk membuat informasi seputar yang mereka alami atau ilmu yang dia pelajari. Orang yang menulis di blog di sebut dengan blogger.

Ada beberapa manfaat blog seperti yang telah disampaikan Dr. Ngainun Naim saat halal bi halal virtual kelas menulis yang beliau bimbing. Antara lain :

Pertama Blog bisa dibaca siapa saja yang berkunjung ke alamat blog tersebut. Bila kita punta tulisan dan hanya di simpan di laptop, maka kita akan hanya bisa membacanya sendiri, tetapi kalua tulisan kita kita publish di blog, maka akan bisa di baca orang.

Kedua,  tulisan kita akan abadi disana, selama perusahaan blog seperti wordpress, blogsopt tidak gulung tikar, bila kita memanfaatkan jasa blog gratis mereka maka tulisan kita tetap nempel pada alamat kita di blog tersebut.

Ketiga, sebagai sarana belajar menulis, atau menulis sesuatu yang kita inginkan. Bila dulu kita mengenal majalah dinding. Blog ini menjadi majalah dinding kita.

Keempat, memacu kita untuk belajar terus, semakin kita memelihara blog kita dengan tulisan yang kita buat, akan memaksa semakin banyaklah perbendaharaan kata kita, mengolah tulisan, dan berusaha untuk lebih menarik dan tidak sama dengan tulisan yang lalu. Ini artinya kita memacu kreatifitas kita.

Kelima, bisa berbagi pengetahuan, bila kita senang dengan berbagi pengetahuan dan menuangkan dalam tulisan yang bagus dan menarik, akan menjadi kesempatan kita dilihat banyak pembaca dan tertarik dengan ulasan atau tulisan kita. Seperti seorang guru bernama Wijaya Kusuma beliau dari yang tidak punya laptop, kemudian mengikuti pelatihan blog dan sekarang bisa membuat buku sebanyak 14 judul buku. Dengan cara aktif mengisi blognya.

Keenam, Menambah korespondensi, dengan berselancar ke blog satu ke blog yang lain dan meninggalkan komentar kita, bukan tidak mungkin ini menambah kenalan kita. Kita bisa menjalin komunikasi dan bertukar pendapat meski belum pernah bertemu.

Mulai sekarang ayo kita menjadi blogger, bila kita konsen di literasi, jadilah blogger literasi, dan lakukan kegiatan menulis secara ajeg. Mulailah menulis dari yang anda lakukan, yang dekat dengan  anda dan yang bisa kita lakukan.

Jangan lupa untuk berselancar ke blog teman dan meninggalkan mengikuti  (follow) blognya atau memberikan komentar tulisannya. Cobalah kita akan mengetahui manfaat lainnya di kemudian hari saat kita telah melakukannya.

 

 

 

 

 


Virtual Meeting

Suasana mendung tadi malam disertai sedikit gerimis, pukul 19.40 WIB. Saya bersiap di depan tripot, HP saya setting menjadi host pertemuan virtual malam ini. dalam rangka bermaafan secara online via aplikasi zoom untuk grup favorit saya saat ini, “Ma'arif Menulis” malam ini kami mengadakan pertemuan untuk pertama kalinya secara online.

Pertemuan ini menyambung tali silaturahim dengan anggota grup. Meski selama ini kami sering bertegur sapa, namun hanya lewat tulisan, beberapa sudah kenal tapi beberapa juga sama sekali belum kenal. Kami setiap hari bersilaturahim satu dengan, mengirimkan alamat blog yang sudah berisi tulisan yang kita publish. Dan beberapa anggota grup aktif berkomentar didalamnya.

Pak Slamet Haryanto selaku ketua kelas memberikan sambutan pertama. Acara dilanjutkan sambutan dari ketua LP Ma'arif  Bapak H, Khozin yang berkenan mengikuti acara ini, kami sangat bersemangat karena beliau menunjukkan apresiasi beliau yang begitu besar terhadap perkembangan Grup Ma'arif menulis ini (selanjutnya saya lebih senang menyebutnya dengan kelas ma’arif menulis). Selanjutnya diteruskan oleh Dr. Ngainun Naim memberikan sambutan dan seperti biasa memberikan suntikan semangat kepada anggota kelas bagaimana memupuk semangat dalam berkarya menulis. “kita semua adalah penulis, yakinlah kita bisa menulis."

Beliau memiliki kelas-kelas menulis seperti kami ini, tidak hanya 1 atau 2 bahkan ada 20 lebih yang beliau mentori setiap hari. Kami agak lega dengan pernyataan bahwa salah satu kelas yang aktif adalah kelas ini dari sekian yang beliau bimbing. “Sehari kemarin ada 15 anggota grup yang menyelesaikan tulisannya dan diunggah di blog masing-masing. ini menandakan grup ini produktif dalam menulis” ungkap beliau.  

Selanjutnya anggota kelas yang secara bergiliran memberikan sepatah dua patah kata membuat kita semakin akrab, saling mengerti keinginan satu dengan yang lain. Bopo Nursalim yang selama ini saya kenal dari nama DP nya dengan Aryo Sredek, mengusulkan untuk kita bisa menciptakan Tulungagung menjadi kota literasi. 

Dibawah bimbingan Dr. Ngainun Naim dan juga dari pengurus Lembaga Pendidikan Ma'arif, dia mengusulkan mengajak guru-guru Bahasa Indonesia untuk bersama aktif menulis.  Menurutnya tidak sedikit guru Bahasa Indonesia ini tahu apa itu literasi tetapi belum tentu bisa menulis. Angan beliau nanti kita bisa membuat “Gempa Literasi” di Kabupaten Tulungagung.

Disambung dengan sekretaris Ma'arif Bapak Ahmad Supriyadi yang juga menyempatkan mengikuti bincang santai pada malam ini. kesibukan beliau di Baznas, dosen dan sebagai sekretaris Ma'arif beliau juga tetap  menyempatkan diri menulis, dan bergabung dengan kelas kita. Ada beberapa hal yang disampaikan beliau terkait dengan program-program dari Ma'arif. Mengikrarkan bahwasanya lembaga Ma'arif ini nantinya akan menjadi lembaga pelayanan publik yang berkualitas.

Beberapa yang memberikan masukan masukannya dari anggota kelas bapak Muhson ada pak masngud, pak Muhammad Anshori bapak Nurhadi yang sangat antusias untuk menulis setelah masuk ke grup ini. Menulis berjamaah baginya menambah spirit dan menambah bahagia.

Bapak Muhammad Anshori  menanyakan apa sih keuntungan kita membuat blog? Dijawab oleh Bapak Doktor. Dan akan saya ulas lebih lanjut di tulisan berikutnya.
Kegiatan bincang santai namun menurut saya banyak ilmu yang bisa saya dapatkan dalam pertemuan malam ini. Saya berharap pertemuan virtual selanjutnya bisa diagendakan untuk keperluan diskusi dan bincang santai menambah semangat dalam menulis. 

Salam literasi




PRODUKTIF DI SAAT PANDEMI COVID-19



Eti Rohmawati



Berawal dari sebuah bimbingan teknis penguatan kepala madrasah yang dilaksanakan oleh Ma'arif Kabupaten Tulungagung yang mempertemukan kami dengan pemateri Doktor Ngainun Naim. Beliau membawakan sebuah materi literasi digital kala itu. Gaya penyampaiannya lugas dan sangat mengena ke seluruh peserta bimbingan. Beliau pula yang mengajak kami untuk aktif menulis.

Bimbingan Teknis itu diadakan seminggu sebelum adanya pengumuman penyebaran Covid-19 di Indonesia. Setelah diumumkan oleh pemerintah, dan mengharuskan seluruh masyarakat, bekerja dan melakukan aktivitas di rumah saja. (Work From Home) dengan membatasi pertemuan secara fisik antara satu dengan yang lain. Seluruh seminar yang mengumpulkan banyak orang dibatalkan. Perjalanan dinas juga di tunda. Tempat-tempay wisata pun di tutup sementara.

Saat bimtek kami bersepakat untuk membuat satu tulisan dan dibuat sebagai sebuah buku.  Pengarangnya ya berjamaah. Rame rame peserta bimtek penguatan kepala masrasah saat itu. Ada 19 dari 40 peserta yang bersemangat untuk memulai melangkah menulis. Alhamdulillah dalam waktu yang tidak lama terkumpullah kompilasi tulisan dan di beri judul “Kepala Madrasah Menulis”.

Orang berjasa membuat kami menjadi penulis (newbie) adalah Dr. Ngainun Naim. di dalam hati saya bahagia sekali, dulu memiliki buku hanya sekedar angan-angan, sekarang buku hasil tulisan kami akhirnya terwujud. Yang dulunya berfikir bahwa penulis itu sangat susah menjadi penulis itu tidak gampang dan bingung mau bagaimana memulai menulis akhirnya bisa terurai benang benang kusut itu.Wajar bila penulis yang ada di antologi buku ini sangat berterimakasih yang sangat mendalam terhadap Dr Ainun Naim yang sangat telaten membimbing sampai terbitnya  buku.

Tanggal 18 Maret 2020 adalah titik awal semua berubah. pengumuman pemerintah tentang Indonesia terkena pandemic covid-19. Semua orang panik, cemas dan takut. dan mengunci diri di atap-atap rumah. Melalui siaran radio dan televisi kami bisa mendengar kejadian yang ada di sekitar kami perkembangan informasi mengenai konflik 19.

Sekejap semua berubah, Internet merupakan kebutuhan utama. portal berita yang memberitakan covid diakases. Juga wa grup yang deras mengalir memberitahukan keadaan Indonesia maupun dunia. Perilaku masyarakat pun berbeda. Telpon melalui Video call, dan aplikasi-aplikasi meeting akhirnya dijadikan alternative pertemuan secara virtual.

Jujur selaku ibu rumah tangga saya sangat takut dengan kejadian yang terjadi di dunia ini saat itu. Fase ini saya lalui dengan rasa ketakutan membayangkan yang terjadi ke depan. Pada waktu itu anak saya ke dua dan ketiga sakit panas dan batuk saya sempat sangat down dan stres dengan keadaan untunglah 2 hari kedepan anak-anak berangsur-angsur sembuh.

Fase selanjutnya adalah kesadaran untuk berpola hidup sehat dari berjemur, olahraga ringan di rumah saja,  meminum jamu kemudian dan mengkonsumsi vitamin vitamin yang membuat tubuh tidak gampang sakit. Seluruh keluarga saya menahan untuk tidak keluar rumah dan membuat satu kegiatan kegiatan yang produktif di rumah.

Saya bersyukur karena sebagai ibu rumah tangga dan sebagai wanita pekerja seringkali menyisakan pekerjaan rumah. pakaian yang menumpuk setelah dicuci belum disetrika, rumah yang jarang dibersihkan, jarang masak juga, cukup beli sayur jadi atau lauk. Di hari-hari pertama ada pembatasan sosial berskala besar saya melakukan bisa bersih-bersih rumah, memasak dan bercengkrama dengan anak-anak. Quality time dengan keluarga yang selama ini sibuk dengan aktivitas masing-masing.

Ketika Work From Home selama 14 hari usai, namun diperpanjang sampai 1 Juni 2020 yang terjadi adalah kebosanan mulai menghinggapi diri kami. Di rumah sekian lama terutama anak-anak mulai rewel dan selalu bertanya kapan sih Corona berakhir ? Koq lama sekali Corona ini! kapan sih akan berakhir, Kapan kita bisa berenang dan jalan-jalan ke tempat-tempat wisata.

Beban ganda selaku ibu rumah tangga dan wanita bekerja, membuat saya juga sedikit kesulitan dalam membagi waktu bekerja di rumah. Triple burden  yang terjadi karena ya  bekerja domestic, pekerjaan kantor di bawa di rumah dan mengurus anak-anak.  Si bungsu saya yang masih balita juga agak merepotkan, selalu nempel kemanapun ibunya pergi, akhirnya bisa mengatasi pekerjaan diwaktu malam hari.

Pekerjaan-pekerjaan kantor pun saya rasa tetap banyak dan yang menuntut kami menyelesaikannya, bahkan jam kerjanya lebih Panjang, malam saat anak-anak tidur baru bisa diselesaikan. Bekerja dalam kecemasan pandemic juga sangat mengganggu secara kejiwaan.

beruntung mempunyai grup whatsapp “kepala madrasah menulis” hasil bimtek penguatan yang saya ceritakan diatas. kami sering berdiskusi di sana kami, bercanda dan saling menyemangati untuk membuat tulisan. Tak ketinggalan Dr. Ngainun Naim juga masuk di dalam grup itu  dan perhatian betul dengan grup kami. Meskipun kami tahu pekerjaan beliau sebagai dosen dan penulis sudah sangat sibuk, kami salut dia menjadi coach dan mentor yang dan mendorong kami untuk aktif dan membuat tulisan. kata beliau  menulis itu mudah.

Di dalam grup banyak yang tidak percaya dan masih tidak pede dengan tulisan mereka. Beberapa waktu selanjutnya grup ini diajak untuk membuat blog untuk diisi dengan istiqomah.

di sinilah letak produktivitasnya,  saat pandemic covid melanda ini ternyata hikmahnya adalah membuat kami semakin tenggelam dalam keasyikan menulis. Sehari satu tulisan, di share di grup dan saling mengomentari, aktivitas ini  mengasyikkan dan menyenangkan bahkan membahagiakan.

Meskipun kami akhirnya mengakui tidak mudah untuk menaklukkan diri memanajemen waktu dalam menulis terkadang kami merasa capek dan tidak bersemangat dalam menulis, saat itulah Pak Naim berperan aktif oprak-oprak kami untuk mengirim tulisan. Untuk lebih memompa semangat beliau memberi tantangan memberi buku apabila kami aktif dalam menulis.
Kami semangat sekali dan itu tentu saja tidak menyia-nyiakan kesempatan, belajar menulis yang menggembirakan, ada aura persaingan dalam menulis. Tapi tetap asyik karena meski bersaing namun semua menang dengan tulisan yang terbit. Termasuk saya setiap hari saya berusaha menata jadwal diri. Ketika pekerjaan domestik selesai langsung menuju ke depan laptop menggerakkan tangan untuk mengetik tombol tombol tuts laptop menulis apa saja yang ada dalam pikiran saya saat itu.

Pandemi ini terjadi pada saat menjelang Ramadhan dan saat bulan Ramadhan kami lebih leluasa untuk memacu semangat menulis karena pagi hari tidak sibuk memasak, pekerjaan masak memasak hanya saya lakukan sore untuk berbuka dan sahur.

Di saat-saat tertentu ada undangan grup meeting virtual dan seminar virtual dan itu juga tidak kami sia-siakan untuk menimba ilmu. Saya merasakan ada kebahagiaan tersendiri ketika menuangkan pikiran ke dalam tulisan karena saya berkeyakinan bahwa virus ini bisa menghentikan aktifitas kita secara fisik namun tidak bisa menghentikan aktivitas  pikiran kita.

Seperti hari ini saya mengikuti diskusi virtual yang diadakan oleh orangramai.id di aplikasi zoom meeting.  Disitu saya mendengar pemateri Prof. Dr. Ersis Warmansyah Abbas, M.Pd dengan panggilan akrabnya Prof. EWA. Tambahlah suntikan semangat untuk menulis. Nekat adalah pesan yang saya tangkap dari paparan beliau untuk penulis baru seperti kami. Kata-kata Prof. EWA yang menyejukkan jangan takut menulis, menulis di otak dulu baru kemudian tuangkan tulisan mu di media, bisa laptop, HP atau kertas sekalipun.

Menulis jangan menunggu mood,  menjadi penulis yang baik itu adalah yang bisa menciptakan mood. Menunggu mood datang bisa jadi tidak datang-datang dan menulispun hanya sekedar di angan.

Saat ini sebagai newbie saya semakin mencintai dunia ini. Dunia tulis-menulis dan dunia membaca. Harapan saya kedepan bisa menerbitkan buku secara mandiri. seperti Dr. Naim yang bisa membukukan tulisan tulisannya  dan bisa seperti Prof. EWA yang luar biasa dalam menulis. 



Aisyah (The Greatest Woman in Islam) part 2


Sambungan …

Sayyidah Aisyah Ummul Mukminin karena pernikahan yang sangat belia ini, banyak manusia biasa yang melontarkan kontra terhadap hal ini, tanpa mengetahui maksud Rasulullah menikahi Aisyah.  Kartun yang menggemparkan dunia menghina Rasul yang menggambarkan seorang rasulullah adalah pedofilia. Sungguh ini penghinaan terhadap Rasulullah.

Ustadz Adi Hidayat seorang Hafidz secara gamblang menjelaskan kepada kita, karena kecerdasan Sayyidah Asiyah lah kita bisa tahu kebiasaan Rasulullah yang tidak tidak banyak orang lain bisa mengetahuinya. Hanya Aisyah yang berani mempertanyakan makna yang masih tersembunyi, kaingintahuan Aisyah yang besar dan banyak bertanya mempermudah kita hari ini memahami maksud yang di kandung oleh sebuah hadits.

Pembelajaran yang kontekstual langsung dari Rasul didapati oleh Sayyidah Aisyah selama dua puluh empat jam. Majelis ilmu yang didapati sahabat diadakan setiap hari, dan Aisyah pun juga mendapatkan majelis itu karena dinding kamar beliau menempel dengan Masjd Nabawi sehingga dia dengan leluasa berkesempatan mendengar pelajaran yang disampaikan Baginda Rasulullah saw.

Buku biografi ini menampilkan pula kecemburuan Aisyah kepada Ummul Mukminin yang lain, Istri tercinta Rasullah adalah Sayyidah Aisyah tidak ditolak oleh Rasulullah saat Umar mengatakan ke Hafsah istri nabi yang juga anak dari Umar ra. “janganlah engkau cemburu terhadap orang yangn kecantikan dan kebaikannya di cintai Rasul” dan saat mendengar hal itu Rasullullah hanya tersenyum. Bukti bahwa Aisyah memang mendapat kedudukan tertinggi di hati Beliau.

Asiyah merupakan periwayat hadits hingga ribuan. Dalam buku ini di sebutkan hanya ada tujuh orang yang meriwayatkan hadits hingga berjumlah ribuan mereka adalah: Abu Hurairah, Abdullah ibn umar, Anas ibn Malik, Asiyah Ummul mukminin, Abdullah bin Abbas, Jabir ibn Abdullah, dan Abu Sa
’id Al Khudri. Jumlah Riwayat Aisyah mencapai 2210 buah.

Tidak hanya terbatas pada banyaknya Riwayat saja, hal lain yang membedakan dengan para sahabat Rasulullah yang lain adalah kemampuannya dalam berijtihad, kedalamannyA dalam ilmu fiqh dan Istinbath (mengeluarkan pendapat, atau menarik kesimpulan dari hadits tersebut).
Keistimewaan Asiyah lain adalah saat akan menjelaskan suatu hukum, dia tidak sebatas menerangkan hukum syar’I saham tetapi menjelaskan sebab hukum itu dan menerangkan hikmah dan urgensinya.

Jasa Sayyidah Asiyah dalam membela hak kaum perempuan, dia selalu mengecam orang yang berbicara dengan nada yang merendahkan kaum perempuan. Saat Sayyidah Asiyah mendengar ada yang berbicara yang membatalkan shalat adalah tiga anjing, keledai dan perempuan yang kewat didepan orang yang shalat, sontak sayyidah Asiyah angkat bicara, “jadi perempuan adalah binatang yang buruk, celakalah kalian yang menyamakan kami dengan keledai dan anjing, kalian melihat aku sering lewat di depan rasulullah, bahkan berbaring di depan beliau saat beliau shalat.
Beberapa aspek fiqh yang diperdebatkan oleh para ulama, Asiyah memilih aspek yang mudah bagi para perempuan, karena dia menguasai masalah ketimbang kaum laki laki. Dipilihnya pendapat tersebut bedasarkan kitab dan sunnah.

Aisyah (The Greatest Woman in Islam)


Resensi buku
Nama Buku     : Aisyah ra. (The Greatest Woman in Islam)
Pengarang       : Sulaiman An-Nadawi,
Penerbit           : Qisti Press, 2007
Halaman           : 341 Halaman + xlii


Lagu viral saat ini yang berjudul Aisyah, menghentak dunia maya. Sebelum Ramadhan sampai kini. Sosok seperti Apakah Sayyidah Aisyah?? Lepas dari lagu yang tersebut, sebenarnya saya pada dihadiahi sebuah buku oleh suami setelah pernikahan saya di 2007. Judulnya Aisyah r.a yang akan saya resensi kali ini.

Dia di juluki humaira’, dia adalah istri Baginda Nabi Muhammad SAW. Beliau di kenal sebagai Ummul Mukminin. Biografinya di tulis lengkap dalam buku ini, bagaimana sisi sang Sayyidah Aisyah dalam intelektualitas, romantisme dan heroismenya.

Buku ini bercerita dari masa kecil Aisyah, sampai pada kecerdasannya mengumpulkan hadits-hadits nabi Muhammad saw. Memiliki dua bab, yang terbagi menjadi bab pertama, menceritakan mengenai sirah  cerita sayyidah Aisyah ra dari kelahirannya, pernikahannya sampai pada wafat nya sayyidah Aisyah r.a. Bab kedua di isi dengan sifat dan kepribadian beliau dan kedudukan ilmunya.

Buku ini adalah buku biografi terlengkap dan patut menjadi kiblat penulisan biografi. Penulis menyajikan dengan runtut sirah Sayyidah Aisyah r.a. Beliau lahir pada pada tahun ke-4 kenabian. Masa Kanak-kanaknya telah nampak kecerdasannya, cara bertutur kata dan berperilaku menunjukkan ketinggian derajat kecerdasan beliau. Umur beliau belum mencapai 8 tahun saat dia telah paham dan sadar serta mampu menjaga rahasia hijrah Nabi. Tak satupun sahabat Nabi yang bisa menandingi Aisyah dalam mengingat peristiwa bersejarah ini.

Peristiwa menikahnya Rasulullah dengan Sayyidah Aisyah bukanlah sebuah kebetulan. Dalam mimpi beliau, Nabi pernah mendapati malaikat menyerahkan sesuatu kepadanya dibalik helai kain sutera, ketika nabi bertanya, apakah ini? malaikat menjawab ini adalah istri anda, dan rasulpun membuka sutera tersebut dan ternyata didalamnya ada nama Aisyah.

Dalam buku ini dijelaskan pula bagaimana Rasulullah mulai menata kehidupan rumah tangga dengan Sayyidah Aisyah r.a, perjalanan pernikahan pasca kematian istri tercinta baginda Nabi Muhammad SAW Sayyidah Khadijah, tidaklah mulus. Penuh dengan berbagai halangan, kekuatan tradisi arab  yang mengharamkan pernikahan dengan anak saudara angkat, kemarahan ibu Sayyidah Aisyah pun menjadikan air mata Rasulullah berlinang saat itu.

Sayyidah Aisyah yang saat usia 6 tahun sudah dinikahi Rosulullah pun menjadi sorotan. Di buku ini jelas sekali menceritakan bahwa saat pernikahan tersebut Sayyidah Aisyah dididik di nubuwat. Barulah usia 9 tahun hidup bersama Rasulullah.
Pro kontra pernikahan Rasulullah pun disoal sampai saat ini…  (bersambung)

Yang paling terpukul adalah ibuku .

Hari lebaran begini biasanya yang paling bahagia adalah seorang ibu, di mana anak-anak berkumpul cucu semua berdatangan ke rumah untuk meminta maaf dan diberi sangu oleh nenek mereka.

Hari ini pemandangan seperti itu tidak bisa terjadi lagi karena adanya virus yang membuat orang-orang semua menjaga jarak dan ketakutan, bersalaman hanya dg menangkupkan tangan di depan dada. 

Lebaran tahun ini jalan ditutup portal dari desa satu ke desa yang lain. Tidak hanya cukup di portal tapi juga di rantai dan di kunci.   orang-orang tidak bisa mengakses masuk ke desa satu dengan desa yang lain.

Tetangga  dekat masih bisa bersilaturahim secara alakadarnya namun kemeriahan hari raya sudah sangat berkurang dan hening sunyi hampir tidak ada lalu lalang kendaraan di jalan di depan rumah.

Adalah ibuku, Saat hari raya begini dulu senyumnya  selalu mengembang, memasak untuk cucu-cucunya dengan ikhlas. Anak-anaknya yang dari luar kota semua berdatangan dengan wajah ceria dan penuh harap dimaafkan lahir dan batin dan segala kesalahannya.

Sekarang dia (ibu) hanya bisa video call bareng 4  anaknya dan keluarga mereka lewat Online. Saya yang serumah dengan ibu, menyaksikan dengan jelas raut kesedihan ibu. Hanya diam setelah bermaafan. Tidak mampu berkata kata di depan video bareng yang dilakukan oleh anak-anaknya. 

Rasa sedih tidak bisa berkumpul di hari yang Fitri ini, teringat almarhum ayah kami, menambah kesedihan yang ada di diri seorang ibu. 

Ibu maafkan kami selaku anakmu. Bakti kami sungkem ke ibu masih terhalang pandemi. Semoga segera berlalu dan bisa berkumpul bersama lagi. 




 
 

Idul Fitri Sunyi

Mulai medio bulan Maret tahun 2020 permintaan dari pemerintah untuk melakukan pencegahan penyebaran virus SARS COV- 2019 yang dikenal dengan Covid-19 ini. Dengan menutup Sekolah, menutup kantor, bekerja dari rumah dengan serba online. Tidak boleh berkumpul lebih dari 10 orang dan diadakan Pembatasan sosial berskala besar (social distancing)

Masyarakat awal-awal kooperatif dengan kebijakan seperti ini, baik di daerah yang sudah di katakan red zone maupun belum, yang di beri kompensasi pemerintah maupun tidak, kesemua patuh dan taat untuk tidak keluar rumah. Beraktifitas di rumah dan bekerja dari rumah.

Bagi masyarakat tradisi mudik merupakan budaya tahunan yang sudah lama terjadi di Indonesia dan tidak mudah untuk melakukan pencegahan tidak mudik. Menurut saya Butuh waktu lama untuk bisa mengubah tradisi ini.

Keadaan mulai kacau saat pemerintah gagal melakukan mitigasi covid-19 ini secara masif. Bluder pemerintah terjadi saat Pak Presiden Joko Widodo mengeluarkan statemen Melarang Mudik, juga juru bicara Covid-19 Ahmad Jurianto pun menegaskan melarang Mudik. Selang beberapa waktu Juru bicara Presiden Fadjroel Rahman mengeluarkan statamen membolehkan, Mensesneg Pratikno pun mengeluarkan Klarifikasi atas pernyataan jubir dan melarang mudik pula. Akhirnya Jubir Presiden Fadjroel mengklarifikasi (berubah) menjadi melarang mudik.

Belum selesai polemik mudik ini, karena Menteri kemaritiman membolehkan mudik, dan presiden pun akhirnya membolehkan mudik asal  menaati protokol ODP. yakni di karantina selama 14 hari.
bahkan sempat viral pernyataan Pulang Kampung dan Mudik itu dua hal yang berbeda. Pemerintah membuat komentar beragam dari warga. Tidak sedikit pula yang bingung dalam menghadapi kebijakan pemerintah ini. Ada pula yang marah dan sedih.

Tidak berhenti di situ. kepatuhan masyarakat di akhir akhir bulan puasa semakin hilang, ditandainya dengan pasar sandang yang dijubeli masyarakat. Mereka seakan sudah tidak peduli lagi dengan virus corona. Bandara full dengan penumpang pesawat yang akan boarding ke tempat-tempat yang telah dijadwalkan oleh maskapai penerbangan.

Sampai kemudian banyak bermunculan, bentuk keputusasaan beberapa kalangan melihat fenomena ini, Rapper Gemuk dengan Lagunya "terserah" dan petugas kesehatan pun yang seakan frustasi membuat tulisan dengan baju APD mereka di selembar kertas "terserah".

Saat mudik menjadi polemik, pusat perbelanjaan penuh sesak masyarakat masjid dijaga polisi, masuk masjid harus di tes darah (rapid test). Tak heran juga banyak dari maasyarakat yang geram dengan ini. Kenapa harus mencurigai orang yang akan beribadah, berdoa untuk negara terbebas dari covid ini dipersulit, yang ke mall dan ke pasar saja dibiarkan.

Polisi sekarang sibuk sekali mengalihkan putar balik orang orang yang mudik. Membuat pos-pos pantau dan membatasi keinginan  warga untuk mudik. Gang-gang dan jalan jalan arteri sekarangpun semua di portal menghambat laju pergerakan manusia.

Jauh sekali dari bayangan saya, bahwa Idul Fitri kali ini sunyi dan penuh keprihatinan. Sepanjang hidup masih kali ini menemui Idul Fitri dengan himbauan tanpa sholat ied di masjid, shalat ied di rumah saja, himbauan untuk tidak mudik, dan himbauan untuk physical distancing. Tidak boleh berjabat tangan dan tidak boleh berangkulan sesama jenis untuk menyambung tali sillaturrahim, bahkan tidak boleh menerima tamu. Cukup dengan melakukan dengan online.

Akankah kesenyapan Idul Fitri ini benar-benar akan memutus rantai Covid-19 atau malah di abaikan pula oleh masyarakat. Kita lihat gerak sosial masyarakat nanti.

Kami hanya bisa bermohon kepada Allah yang maha Rahman untuk menerima semua ibadah di Bulan Ramadhan dan mengampuni seluruh dosa kami, orang tua kami dan menerima semua doa kami.

Semoga Allah menggembirakan kita semua di bulan Idul Fitri dan Meridhoi kita bertemu Ramadhan lagi di tahun depan. Amin


Akademi Arema


Awal cerita, anak pertama saya, (Hasbi) saya ajak ke Lapangan Pema, demi menghindari melihat karnaval yang hingar bingar dan menurut saya jauh dari sifat mendidik. Dia saya lihat kan anak anak yang sedang bermain bola. Saya tanya apa mau ikutan club' bola anak anak. Dia mengangguk setuju. Kala itu dia berusia 8 tahun duduk di kelas 3 MI. 
Setiap hari Senin, Rabu dan Jumat bertambahlah aktivitas antar jemput setiap jam 15.00 sampai jam 17.00
Jarak dari rumah ke lapangan bola menempuh waktu 20 menitan. Sehingga saat pulang pasti mampir ke mushola terdekat untuk sholat Ashar. 
Dia tekun sekali mengikuti latihan bola. Demi latihannya dia rela setelah Maghrib langsung mengaji ke Diniyah. Karena bila tidak ngaji. Kedepan saya tidak mau antar latihan. Anak-anak yang menginjak remaja menurut saya energinya harus dihabiskan untuk hal-hal yang bermanfaat baginya. Supaya dia tidak ada waktu lagi untuk bermain HP sampe kecanduan dengan HPnya. 
Tibalah pelatih akademi mengumumkan akan ada turnamen sepak bola anak di tawing ngondang. Banyak dari club- club sepak bola anak yang ikut dari Tulungagung sendiri, Trenggalek dan Kediri. 

Meleleh dan baper dehh saat pulang dari turnamenn... Di mobil anakku diam saja.  Dan saya anggap karena capek saya biarkan. 

Lah pas setelah mandi dan shalat isya dia dekati saya sambil berkata. "Mii.. Maaf ya gak bisa mencapai target juara 1. "
Uhhhhh.. 
Airmata ini langsung muncrat deh.. 
Sambil tak peluk dan membesarkan hati nya. "Ibumu tidak minta menang nak.. Yang penting kamu Dapat pengalaman yang baik. Target boleh aja tapi kalau blm sampai harus memacu diri untuk lebih baik ke depannya."

Melihatmu semangat bangun pagi... Sholat subuh. Menuju pool untuk berangkat naik elf bersama tim. Seharian ditengah terik matahari di lapangan 
Selesai turnamen jam 4 sore... 
Bermandi peluh, bergulingan di tengah lapangan.. Itu sebenarnya tidak tegaaa banget.  

Tapi demi pembelajaran.. Orangtuamu harus kuat hati dan terus memberi dukungan untuk mu mendampingi disisi lapangan.  

Semoga kelak anak-anak tumbuh menjadi anak-anak  yang sehat, mbeneh dan berbesar jiwa.

Push the limit


The world changes when you change your perspective. (Yogadailypractice)

Push the limit artinya pada paksa dirimu untuk melampaui batasmu. Biasanya istilah ini digunakan untuk olahraga. Mendorong dengan setengah memaksa untuk melampaui batas sehingga menjadi lebih dari yang kita mau. 

Push the limit dalam yoga, juga di maknai untuk memaksa otot tubuh lebih renggang lebih lentur. Guru yoga virtual saya dari Australia mengatakan jangan dalam pose-pose yoga kalau sudah bisa harus di tingkatkan levelnya. Ada beberapa pose o diajarkan seperti vp pose, eagle, bridge, warior1,2,3 sun warior, cat pose, cow pose, head stand dan lain lain. 

Beberapa pose ini meningkatkan efektivitas kerja otot dan membuat postur tubuh menjadi lebih bagus. Tidak bungkuk dan tidak ndegeg (archy). Kesemua itu endingnya adalah kebugaran tubuh. 

Saya memaknai push the limit ini juga dalam menulis. Ajakan dari Doktor Naim untuk ajeg menulis setiap hari lima paragraf, menurut saya mengajak kita berusaha melampaui batas kita. 

Keluar dari zona nyamanmu dan paksa dirimu untuk menulis. Akan menjadi terbiasa dan mudah menulis apabila ketrampilan ini selalu di asah. Akan tetap berkutat dengan keraguan dan kegamangan bila kita tidak memulai dan memaksa diri kita keluar dari zona nyaman kita. 

Tentu tidaklah mudah mengatasi hambatan dalam menulis. Hambatan dari luar mulai dari kritikan bahkan sanjungan. Karena ada beberapa sanjungan yang ternyata itu berimbas kepada kesombongan diri. Sehingga merasa sudah mampu dan orang lain tidak. 

Hambatan dari dalam diri pribadipun tidak kalah hebat. Kita memiliki otak kecil sebesar biji kacang (kata dokter Sigit Setyawadi, S.POg) namanya "amigdala", yang akan selalu menyuruh kita untuk berhenti. Tulisan kita jelek, salah, dan nanti melanggar norma dan sebagainya. Habis sahur seperti ini enaknya tidur. Gak usah menulis. Hal itu kemudian yang kemudian bila kita turuti akan menjadikan kita meletakkan tools (alat) untuk menulis kita. 

Yang menurut saya bisa memaksa diri kita melampaui batas kita adalah memaksa melakukan sesuatu dengan ajeg dan tidak hanya menuruti kemauan berdiam di zona nyaman kita

Mermaid Gratisan


Menunda melipat baju berarti siap siap baju beranak pinak menjadi banyak. Pekerjaan yang sebenarnya sangat tidak ku sukai. Namun harus ku lakukan. Ini Bukan kodrat perempuan tapi ini bentuk tanggungjawab mengambil peran domestik sebagai ibu rumah tangga. 


Siapa yang bilang pekerjaan ibu rumah tangga itu enteng??  
Jam Kerja paling lama dari pekerjaan apapun. Mulai bangun tidur sampai tidur lagi. Hampir 24 jam dan itu pekerjaan yang gratis untuk keluarga. 


Kalau ada yang tidak menghargai pekerjaan ibu rumah tangga, pasti mereka tidak pernah merasakan jadi ibu rumah tangga.  Dan  mereka tergolong orang2 yang dzolim.  

Wahai para suami, Sesungguhnya peran ini bisa digantikan oleh asisten rumah tangga.  Tapi istrimu  rela melakukan sendiri tanpa mermaid. Untuk apa??  Untuk Mengirit dan demi kebutuhan rumah tangga yang lain.  

Sang istri pun rela untuk membeli alat make up seadanya, bukan yang branded untuk diganti membeli susu dan daging lauknya anak anak.  Jarang ke salon untuk perawatan dirinya. Makanya banyak yang melihat perempuan diluar yang lebih cantik dari pada yang di rumah, istrinya koq tidak seperti Nia Ramadhani yang usia 17 tahun dan sekarang beranak 3 wajah dan tubuhnya tidak berubah. Mungkin dia hanya melihat Nia Ramadhani nya saja, dan lupa kalau di sebelahnya adalah Aldi Bakrie. 

Meski dirimu bukan Aldi bakrie kamu bisa menjadi pahlawan bertopeng untuk istrimu. Bantu kerjaan nya, Sanjung masakannya, ajaklah minum kopi berdua di teras depan rumah. 
Beri waktu dia untuk merawat diri. Ajaklah jalan jalan sebagaimana waktu dulu kau sering mengapelinya saat malam minggu.

(Sekedar) Penyalur


Dana bantuan dari pemerintah yang mengucur banyak sekali. Diantaranya dana yg lewat sekolah dan madrasah yaitu PIP (Program Indonesia Pintar).

Menambah PR bagi kami selaku kepala dan bendahara sekolah. Harus menata administrasinya, mengantar anak-anak ke Bank untuk mencairkan bantuan.
Belum lagi kalau bantuan datang terlambat. Maka kami di buru buru untuk segera menyelesaikan semua administrasi, pencairan dan termasuk pelaporannya. Pemerintah tidak pernah mengurus apakah anak anak penerima tersebut sudah keluar dari sekolah atau belum. Yang sudah keluar dari sekolah dan melanjutkan ke sekolah yang lain, kami harus door to door mencari anak penerima bantuan ini. 

Ketika tidak bisa dicairkan, Karena anaknyadi cari tidak ketemu dan beberapa sudah pindah tempat, kami harus membuat laporan berulang ulang beserta alasan kenapa tidak bisa mencairkan. Kirim email ke petugas, kirim lagi ke Jatim yang  formatnya juga tidak sama antara satu dengan lainnya. Hmmm betul betul menambah pekerjaan. 

Sekarang pun masa WFH kami juga harus urusi dana bnatuan itu, bedanya sekarang bisa di ambil kolektif oleh kepala sekolah. Diberikan ke anak maksimal tiga hari. Selanjutnya membuat lapran. Lengkap dengan foto penerima bantuan.

Hari ini dari ujung Tulungagung timur saya bersiap menuju kemenag untuk mencari tandatangan pejabat berwenang, dalam rangka kelengkapan pencairan kolektif. 
Alih alih sehari selesai ternyata tidak bisa karena saat di resepsionis kemenag petugas resepsionis berujar bahwa bapak kasi tdk ditempat. Besok baru bisa diambil. Berarti besok harus berangkat lagi. 

Meski kadang dihati ada rasa  capek. Tapi menguatkan hati dan mengikhlaskan diri untuk melayani menjadi penyalur dana bantuan. Semoga yang kami lakukan bisa bermanfaat untuk anak bangsa. Juga kami yang sekedar penyalur mendapat pahala. 
Aminn

Featured Post

Jejak Pergunu Menjemput Asa (2)

  PC Pergunu Tulungagung dalam rangka Halal Bi Halal sowan ke Ketua Umum PP Pergunu di Pacet, Mojokerto, tepatnya di Universitas KH. Abdul C...