Anak adalah amanah dari Allah.
Orang tua berkewajiban dalam memberi warna hidup anak. Warna yang dimaksud
adalah bagaimana kita mendidik anak anak. Dalam hadits Bukhori Muslim di
sebutkan
حَدَّثَنِي عَنْ مَالِك عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ
الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ ....فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ
Telah menceritakan
kepadaku dari Malik dari [Abu Az Zinad] dari [Al A'raj] dari [Abu Hurairah],
bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Setiap anak itu
dilahirkan dalam keadaan fitrah, namun kedua orang tuanyalah yang menjadikannya
Yahudi atau Nasrani....
Pemikir barat Jhon Locke
mengemuka teori tabularasa (meja lilin), dimana dia siap menerima
torehan grafiti dipermukaannya. Teori ini mengemukakan manusia ibarat kertas
putih yang siap ditulisi apapun. Fitrah dimaknai dengan blank (kosong).
Sebagian mengartikan dengan potensi-potensi yang dibawa sejak lahir dan siap
diaktualisasikan dalam kehidupan setelah terjadi persinggungan dengan
lingkungannya. Potensi yang perlu dikembangkan adalah potensi
spiritual, intelektual, sosial, emosional dan potensi jasmaniah.
Pada dekade
akhir ini banyak orang tua yang sibuk dan tidak sempat memberikan pendidikan
dalam pengembangan potensi, mereka menyerahkan kewajiban mendidik secara penuh
di sekolah/madrasah. Ironisnya banyak sekolah / madrasah yang menawarkan full
day school yang diperuntukkan untuk kebanyakan orangtua yang karir dan
tidak banyak waktu untuk mendidik anak.
Dulu teori homeschooling menjadi pilihan orang tua yang
sadar ada gap di sekolah dalam mengisi pendidikan kepada anak mereka. Banyak terjadi Kasus kasus bullying salah satu sebab anak phobia
terhadap sekolah (school phobia).
Saat Covid-19 melanda, mau tidak mau anak anak harus berada di rumah dan belajar. Apakah hal ini bisa dimaknai dengan homeschooling? bisa iya bisa tidak.
Konsep homeschooling adalah orang tua yang menentukan nilai/ kebutuhan apa yang
perlu untuk anak. Homeschooling adalah sebuah sistem
pendidikan atau pembelajaran yang diselenggarakan di rumah. Salah satu
tokoh Homeschooling adalah Kak Seto. Dia
mendirikan sekolah alternatif yang menempatkan anak-anak sebagai
subjek dengan pendekatan secara “at home” atau di rumah. Dengan
pendekatan “at home” inilah anak-anak merasa nyaman belajar karena
mereka dapat belajar apapun sesuai dengan keinginannya, kapan saja dan dimana
saja seperti Ia tengah berada di rumahnya.
Menurut
Sumardiono homeschooling adalah model pendidikan dimana sebuah
keluarga memilih untuk bertanggung jawab sendiri atas pendidikan anak-anaknya
dengan menggunakan rumah sebagai basis Pendidikan.
Makna homeschooling di Indonesia telah disalahartikan
oleh beberapa pihak (lembaga nonformal/PKBM) dan cenderung menyesatkan
pemahaman masyarakat tentang makna homeschooling. Saat ini banyak
lembaga pendidikan nonformal yang berdiri dengan menggunakan merek homeschooling tetapi
kegiatan belajar dilaksanakan di lembaga. Tentunya
hal ini tidak jauh berbeda dengan model sekolah nonformal lainnya. Padahal di
luar negeri tidak ada istilah lembaga homeschooling, kecuali
konsultan homeschooling, atau komunitas homeschooling.
Adapun terkadang orangtua memanggil tutor datang ke rumah melalui perusahaan
jasa penyedia tutor atau semacam lembaga les privat, atau juga mencari
tutor dengan cara mencari informasi pada konsultan homeschooling dan
komunitas homeschooling.
Dalam
UU SISDIKNAS no 20 tahun 2003 pasal 27 dikatakan bahwa pendidikan informal
adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk
belajar secara mandiri. Hasilnya diakui sama dengan pendidikan formal dan
nonformal setelah peserta didik lulus sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan.
Dalam homeschooling orang
tua sebagai kepala sekolah, sebagai guru pada tingkat pra sekolah, SD.
Semakin dewasa anak homeschooling semakin mandiri dan terbiasa
mencari inisiatif dan aktif dalam mencari problem solving atas
persoalan yang didapatkan. Peran orang tua sebagai guru berubah menjadi mentor
dan fasilitator. Rumah tidak melulu menjadi center program dari homeschooling tapi
bisa menggunakan apa saja untuk menunjang pembelajaran bisa menggunakan
fasilitas di dunia nyata seperti : Fasilitas pendidikan (museum, perpustakaan,
lembaga penelitian); Fasilitas umum ( taman, stasiun, jalan, pasar); Fasilitas
sosial (Panti Asuhan, panti jompo, rumah singgah, Panti rehabilitasi, lapas
anak, rumah sakit); fasilitas bisnis (mall, restorant, pabrik, sawah) dan
lain-lain.
Pendekatan multiple
intelegence (kecerdasan majemuk) digunakan dalam mengembangkan anak di homeschooling Salah satu konsep yang digagas
dan dikembangkan oleh Howard Gardner seorang psikolog terkemuka dari University
of Harvard. Sehingga anak bisa berkembang sesuai dengan bakat
dan kecerdasannya.
Saat covid-19 melanda saya jadi melihat file-file kuliah lama dan
menuangkannya menjadi alternative pemikiran dalam mencari solusi anak-anak yang
sekarang sedang di rumah. Meski ada pembelajaran dari sekolahan saya yakin
bahwa penyerapan ke anak tidaklah maksimal. Orang tualah yang kemudian harus
turun tangan menjadi fasilitator dan mentor dari anak-anak mereka. Untuk tetap
bisa optimal dalam masa pendidikannya. Bahkan pendampingan yang dilakukan
secara melekat bisa menambah pengetahuan dan ilmu buat mereka.
👍
BalasHapusJosss n inspiratif
BalasHapus