Hidup itu tak selalu manis



Ada sebuah drama korea yang hari ini sedang viral dan disukai oleh seantero dunia. Mengisahkan tentang hubungan keluarga yang rumit dan diwarnai dengan perselingkuhan, sampai pada cerita perceraian.

Saya salah satu pencinta drakor ini “ the world of the married people”, saya juga bisa menangis merasakan kepedihan yang terjadi disana. Bahkan terkadang kehidupan saya pun tidak sampai saya tangisi sedemikian rupa, disbanding saat tenggelam dalam suasana kepedihan yang dialami di sequel itu.  

Kehidupan tidak selamanya manis”. Tapi sejauh mana kita bisa bertahan dengan melampauinya. Kesan itu yang kemudian saya tangkap dan membuat saya merenung. Ada benarnya, kita hanya bisa mengangankan sebuah keadaan ideal, namun proses menuju ke keadaan yang diinginkan mungkin tidak semudah berjalan mulus di aspal. Mungkin juga malah berairmata dan berdarah-darah.

Menyelesaikan studi baik S-1, S-2 bahkan S-3 memang sebuah tujuan yang ideal. Namun semua pasti yang pernah kuliah merasakan, susah payah nya mencapai tujuan ini. Ujian skripsi, thesis dan disertasi kita dihadapkan dengan ujian yang nyata (behind the secene).

Bisa jadi mulai dari lokus penelitian sangat sulit di jangkau dan tidak jarang mereka keberatan untuk diteliti. Kita musti melakukan pendekatan-pendekatan, barulah bisa mendapatkan ijin. Ada juga yang harus meminta bantuan kolega untuk melancarkan ijin penelitian ke tempat tersebut.

Ada lagi kesulitan yang lain, pembimbing yang sibuk dan harus berulang membuat janji baru bisa ditemui. Sudah mendapat ijin bertemu, sudah menunggu sekian lama di kampus, tiba tiba pembimbing ada acara mendadak.

Pun juga ketika laptop ini seakan menjadi musuh, saat di lihat, gemetar dan belum dibuka sudah merasa Lelah. Karena didalamnya ada revisi yang seabrek. Semua ide kita dibabat habis oleh sang pembimbing. Kalut karena tidak punya gambaran mau jadi apa hasil tugas akhir kita ini.

Setiap teman yang tanya bagaimana dengan skripsi mu, bagaimana thesismu, sejauh mana disertasimu? Jawabanya “jangan tanya itu ah.. yang lain aja”. Seakan akan tugas akhir ini menjadi phobia terbesar kita.

Hidup memang tidak semanis yang kita inginkan. Kita hanya bisa belajar tanpa lelah dengan mengambil hikmah dari Kehidupan itu.

Tidak akan ada yang protes karena ilustrasi milik sendiri
Seperti saat menulis blog pun, tidaklah semanis yang kita harapkan. Saat mengambil gambar orang lain tanpa seijin mereka. Disitu kita bisa juga dapat masalah. Mungkin di protes atau melanggar hak cipta. 

Pengingat kepada diri pribadi, dan pembaca blog saya, jangan lupa bila kita mau menyertakan gambar orang lain sebagai ilustrasi di tulisan kita mintalah ijin dulu dengan mereka. Supaya tidak menjadi masalah saat kita publish.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Featured Post

RESENSI (Pesantren, Kampus Islam dan Moderasi beragama)

  Pesantren, Kampus Islam dan Moderasi beragama Karya Ngainun Naim, Abad Badruzzaman Halaman 288 + vi diterbitkan oleh Akademia Pustak...