Yang paling terpukul adalah ibuku .

Hari lebaran begini biasanya yang paling bahagia adalah seorang ibu, di mana anak-anak berkumpul cucu semua berdatangan ke rumah untuk meminta maaf dan diberi sangu oleh nenek mereka.

Hari ini pemandangan seperti itu tidak bisa terjadi lagi karena adanya virus yang membuat orang-orang semua menjaga jarak dan ketakutan, bersalaman hanya dg menangkupkan tangan di depan dada. 

Lebaran tahun ini jalan ditutup portal dari desa satu ke desa yang lain. Tidak hanya cukup di portal tapi juga di rantai dan di kunci.   orang-orang tidak bisa mengakses masuk ke desa satu dengan desa yang lain.

Tetangga  dekat masih bisa bersilaturahim secara alakadarnya namun kemeriahan hari raya sudah sangat berkurang dan hening sunyi hampir tidak ada lalu lalang kendaraan di jalan di depan rumah.

Adalah ibuku, Saat hari raya begini dulu senyumnya  selalu mengembang, memasak untuk cucu-cucunya dengan ikhlas. Anak-anaknya yang dari luar kota semua berdatangan dengan wajah ceria dan penuh harap dimaafkan lahir dan batin dan segala kesalahannya.

Sekarang dia (ibu) hanya bisa video call bareng 4  anaknya dan keluarga mereka lewat Online. Saya yang serumah dengan ibu, menyaksikan dengan jelas raut kesedihan ibu. Hanya diam setelah bermaafan. Tidak mampu berkata kata di depan video bareng yang dilakukan oleh anak-anaknya. 

Rasa sedih tidak bisa berkumpul di hari yang Fitri ini, teringat almarhum ayah kami, menambah kesedihan yang ada di diri seorang ibu. 

Ibu maafkan kami selaku anakmu. Bakti kami sungkem ke ibu masih terhalang pandemi. Semoga segera berlalu dan bisa berkumpul bersama lagi. 




 
 

7 komentar:

  1. Bisa merasakan kekecewaanya...yg pasti memakluminya

    BalasHapus
  2. Trenyuh..pandemi membuai ibu dan ibu pertiwi bersedih.

    BalasHapus
  3. Semua mengalami. Sedih itu pasti. Tapi semua harus kita jalani dengan sabar (ini tema kotbahku tadi he be he).

    BalasHapus
  4. Sosok ibu tak dapat diganti, sang ayah tak dapat diwakili. Sesuai tema khutbah Ied hari ini "sebarkan salam" semoga keselamatan untuk kita semuanya. Aamiin

    BalasHapus
  5. Saya jg hampir tdk bisa bersua ke mertua di desa sebelah, untung masih ada akses jalan ke desa sblh yg dibuka walau hanya bisa utk 1 sepeda motor saja.

    BalasHapus
  6. Sedih dan sedih... Ditambah kotbah yang dalam... Tambah mewek...

    BalasHapus

Featured Post

RESENSI (Pesantren, Kampus Islam dan Moderasi beragama)

  Pesantren, Kampus Islam dan Moderasi beragama Karya Ngainun Naim, Abad Badruzzaman Halaman 288 + vi diterbitkan oleh Akademia Pustak...