Langsung ke konten utama

Yang paling terpukul adalah ibuku .

Hari lebaran begini biasanya yang paling bahagia adalah seorang ibu, di mana anak-anak berkumpul cucu semua berdatangan ke rumah untuk meminta maaf dan diberi sangu oleh nenek mereka.

Hari ini pemandangan seperti itu tidak bisa terjadi lagi karena adanya virus yang membuat orang-orang semua menjaga jarak dan ketakutan, bersalaman hanya dg menangkupkan tangan di depan dada. 

Lebaran tahun ini jalan ditutup portal dari desa satu ke desa yang lain. Tidak hanya cukup di portal tapi juga di rantai dan di kunci.   orang-orang tidak bisa mengakses masuk ke desa satu dengan desa yang lain.

Tetangga  dekat masih bisa bersilaturahim secara alakadarnya namun kemeriahan hari raya sudah sangat berkurang dan hening sunyi hampir tidak ada lalu lalang kendaraan di jalan di depan rumah.

Adalah ibuku, Saat hari raya begini dulu senyumnya  selalu mengembang, memasak untuk cucu-cucunya dengan ikhlas. Anak-anaknya yang dari luar kota semua berdatangan dengan wajah ceria dan penuh harap dimaafkan lahir dan batin dan segala kesalahannya.

Sekarang dia (ibu) hanya bisa video call bareng 4  anaknya dan keluarga mereka lewat Online. Saya yang serumah dengan ibu, menyaksikan dengan jelas raut kesedihan ibu. Hanya diam setelah bermaafan. Tidak mampu berkata kata di depan video bareng yang dilakukan oleh anak-anaknya. 

Rasa sedih tidak bisa berkumpul di hari yang Fitri ini, teringat almarhum ayah kami, menambah kesedihan yang ada di diri seorang ibu. 

Ibu maafkan kami selaku anakmu. Bakti kami sungkem ke ibu masih terhalang pandemi. Semoga segera berlalu dan bisa berkumpul bersama lagi. 




 
 

Komentar

  1. Bisa merasakan kekecewaanya...yg pasti memakluminya

    BalasHapus
  2. Trenyuh..pandemi membuai ibu dan ibu pertiwi bersedih.

    BalasHapus
  3. Semua mengalami. Sedih itu pasti. Tapi semua harus kita jalani dengan sabar (ini tema kotbahku tadi he be he).

    BalasHapus
  4. Sosok ibu tak dapat diganti, sang ayah tak dapat diwakili. Sesuai tema khutbah Ied hari ini "sebarkan salam" semoga keselamatan untuk kita semuanya. Aamiin

    BalasHapus
  5. Saya jg hampir tdk bisa bersua ke mertua di desa sebelah, untung masih ada akses jalan ke desa sblh yg dibuka walau hanya bisa utk 1 sepeda motor saja.

    BalasHapus
  6. Sedih dan sedih... Ditambah kotbah yang dalam... Tambah mewek...

    BalasHapus

Posting Komentar

Popular Post

RESENSI (Pesantren, Kampus Islam dan Moderasi beragama)

  Pesantren, Kampus Islam dan Moderasi beragama Karya Ngainun Naim, Abad Badruzzaman Halaman 288 + vi diterbitkan oleh Akademia Pustaka Begawan literasi di UIN SATU Tulungagung menghadiahkan buku ini pada resensator dengan catatan tulis tangan yang indah berisi tulisan adalah produk intelektual yang perlu di rawat dengan sepenuh jiwa. Sebuah kalimat yang mendalam untuk yang mampu menumbuhkan motivasi yang mendalam untuk menekuni dunia sepi membuahkan tulisan.   Penulis buku moderasi beragama yang di tulis secara duet oleh master di bidang metodologi Islam dan kelimuan tafsir hadis dan ilmu Al Qur’an, para professor ini menyoroti keberadaan Islam, pesantren dan karakter muslim dengan moderasi beragama. Isi Buku Terdiri dari 5 bab yang dimulai dengan pesantren dan dialetika sosial budaya, moderasi beragama sebuah tinjauan umum, pesantren dan perguruan tinggi serta moderasi beragama kebijakan, strategi dan implementasi. Pemembahasan mulai aspek berbeda dari pendidika...

Menggapai Ampunan Berbuah Surga

Bersegeralah mencapai ampunan Allah. Dan imbalannya adalah Surganya Allah yang luasnya seluas langit dan bumi. Surga ini diperuntukkan kepada orang orang yang bertakwa. Makna Langit disini dimaknai semua hal di luar bumi yakni alam semesta adalah langitnya Allah. bukan hanya seluas satu bintang yakni matahari dan 8 planetnya, bukan pula hanya satu galaksi yang berisi sekian milyar bintang. namun sekian milyar galaksi.  Surga seluas langit dan bumi ini diperuntukkan kepada siapa saja yang bisa bersegera mencari ampunan Allah, mereka adalah orang orang yang bertakwa. Siapa orang yang bertakwa dijelaskan di lanjutan ayat dari Surat Ali Imron ayat 134 yakni:  Pertama orang yang menafkahkan hartanya disaat lapang dan sempit . Menafkahkan harta untuk kebaikan dikala mereka kelebihan harta maupun saat kekurangan. Kebiasaan kita adalah tidak mau berbagi disaat kita merasa kekurangan.  Orang yang bisa Menafkahkan hartanya pasti akan banyak kawan. Sebaliknya orang yang kikir dan ...

Hujan di Bulan Juli

Hega menghela nafasnya dengan berat.. “Huuftt mendung, Apakah akan hujan di hari yang dingin ini?” ucapnya dalam hati. Benar karena ini bulan Juli bulan dimana negeri tropis seperti Indonesia ini sedang musim dingin. Udara dingin memang kadang tidak bersahabat. Tapi Hega sangat suka dengan musim dingin dari pada musim hujan. Bukannya benci dengan hujan. Ada beberapa serpihan kenangan duka terselip di kehidupan Hega saat kuliah dulu. “Ga…., “ teriak seseorang Hega menoleh, ternyata sahabatnya yang memanggilnya di depan perpustakaan. Wajah manis dalam senyuman dan mata lugunya membuat Hega menyambutnya dengan senyuman juga. “Ada Apa, Is?” tanyanya. “Besok kamu bisa ikut acara MUSDEGA? Kamu kan kerani. Wajib Ikut lho… “ Tanya si Aisyah. Bukan hanya tanya tapi dia lebih kepada memastikan kehadiran Hega untuk musyawarah Pandega yang akan diadakan hari Sabtu sampai Minggu esok hari. “Belum pasti” jawab Hega lesu dengan menekuk mukanya. “Ayolah semangat.. kamu past...

Kupatan

Pagi selepas jamaah subuh pada hari raya ke-8 Idul Fitri ini saya bergegas menuju dapur untuk mempersiapkan ketupat dan launya untuk dibawa ke masjid. Setiap hari bulan Syawal tanggal 8, pagi sebelum matahari terbit, tradisi di desa kami selalu mengadakan kendurian ketupat di masjid dengan seluruh masyarakat di sekitar Sewaktu kecil saya ketika bapak masih ada selalu di bangunkan dan diajak untuk kenduri di masjid. Meski dingin pagi saya semangat untuk mandi dan bersiap. Bahagianya   ketika menerima bagian ketupat dan melahapnya dengan lauk sayur blendrang dan sedikit taburan kedelai gorang yang dihaluskan, sangat enak. Sekarang gantian anak-anak yang merasakan kebahagiaan itu, mereka bersemangat untuk mempersiapkan diri ke masjid dengan mandi dan berpakaian, kemudian mengikuti ayahnya untuk bersiap ke masjid. Si kecil yang pulas dalam tidurnya terbangun mendengar kesibukan kakak-kakanya, dan berteriak “ikut”. Kupatan yang masih sangat berkesan bagi saya adal...