Syawalan bersama Yayasan Abdurrahman Baswedan

Jakarta hari ini Selasa, 9 Juni 2020

Foto by : Nuning Rodiyah


Tadi malam saya mengikuti syawalan bersama yayasan abdurrahman baswedan, disitu ada bapak Anis Baswedan, ibundanya dan banyak lagi. Yang mengikuti saya lihat sekitar 300 an di zoom. Saya antusias ikut acara ini karena satu hal sebenarnya. Adik kandung saya menjadi qori dalam acara tersebut.

Syawalan ini yang mengadakan adalah Yayasan baswedan, di ketuai oleh Prof. Armaidi Armawi. Dimulai dengan pembacaan Ayat-ayat suci Al Qur’an di teruskan dengan sambutan dari Ketua, dan pengajian syawalan oleh Prof Chairil Anwar yang mengupas seputar local wisdom Indonesia.

Halal bi halal yang bukan budaya arab dikupas sejarahnya oleh Prof Chairil dengan sangat gamblang, dimana saat hari raya idul fitri bung karno menanyakan kepada Menteri Agama kala itu, apa yang bisa menyatukan bangsa ini saat suasana Indonesia baru saja merdeka. Kyai Wahab Chasballah adalah Menteri Agama kala itu setelah berdiskusi dengan para alim ulama dan kaum intelektual  muslim mengemukakan ide istilah Halal bi halal. Ide itu diterima, dan sejak zaman kemerdekaan sampai sekarang lestari local wisdom di Indonesia berupa Halal Bi Halal.

Barulah acara inti adalah sambutan Anis Baswedan, Saat itu beliau pulang dari kantor dan masih mengenakan pakaian kerja beliau. Beliau bersama ibu Prof Aliyah Baswedan menyapa peserta Syawalan Virtual dengan hangat.

Beberapa hal yang saya bisa catat saat beliau memberikan sambutan

Pertama Kerendahhatian menerima bahwa tidak ada yang siap dalam menerima pandemic Covid-19 ini. Tak ada kota, bahkan negara besar super power, yang siap menghadapi pandemi. Amerika contoh nyata. negara besar dengan korban dan kasus positif tertinggi di dunia. Kerendahhatian itu mengantarkan untuk belajar, mau terbuka untuk menerima ide-ide. Kemauan untuk mengikuti kaidah dan prinsip ilmiah dan anjuran dari para ilmuwan.

Kedua Penanganan Covid yang tertata bisa dishare ke dunia. Indonesia pada masa dulu menghentak dunia untuk memilih merdeka. Dunia kala itu terpesona dengan atas kemerdekaan kita dan dijadikan contoh. Dari awal Jakarta sebagai megapolitan itu ada di orbit percakapan global. Indonesia punya trobosan pengalaman yang ditawarkan dunia. Maka tidak hanya menyerap informasi saja tetapi berbagi dan berkontribusi. Dalam forum pertemuan-pertemuan  dengan gubernur se dunia yang kemarin dilaksanakan bukan hanya sebagai pendengar namun juga sebagai contributor.

Ketiga, Pada pandemic ini kita dihadapkan oleh dua krisis. Pertama krisis Kesehatan yang kedua adalah krisis perekonomian. Saat data menunjukkan kematian 5 %, 15 % di rawat  di Rumah Sakit, 85 % yang lain ini beresiko menularkan virus. Dalam hal ini pemerintah menerapkan dengan PSBB ketat. APD disiapkan untuk rumah sakit- rumah sakit. Konsumsi APD yang semula 10 ribu APD perhari sekarang mulai turun 5 ribu perhari. Membuat jaringan yang terkoneksi antar rumahsakit. Memiliki Operasional prosedur yang sama dengan penanganan pasien virus ini. Krisis Ekonomi pun tidak kalah hebatnya karena sekian lama PSBB tidak ada pekerjaan, banyak yang menganggur sementara makan harus terus. Maka skenario untuk pengamanan ketahanan pangan masyarakat yang perlu dilaksanakan

Keempat, Ada peluang dan lompatan pemikiran yang terjadi kala virus corona melanda ini. Peluang Rapat virtual, sekarang marak dilaksanakan dalam rangka mengefektifkan kerja dan koordinasi. Peluang lainnya adalah membangun ekonomi dan ekologi secara bersamaan. Disadari atau tidak saat PSBB di terapkan banyak ekologi di Jakarta, Jakarta yang pertama kali menerapkan PSBB pertama dan masih berlaku saat ini memiliki kualitas udara dengan warna "oranye" yang berarti tidak sehat untuk kalangan rentan pada 26 April 2020 pukul 14.00 WIB. Menurut situs IQAir dalam kondisi fluktuatif dari sedang (kuning), tidak sehat untuk kalangan sensitif (oranye), tidak sehat (merah muda) kemudian sehat atau bersih (hijau). Keadaan udara semakin bersih langit Jakartapun semakin biru.

Beberapa hal ini yang sempat saya catat. Ada hal yang menurut saya menarik diakhir sambutan Bapak Anis baswedan mengatakan “jangan terlalu khawatir dengan penulis saat ini, tetapi kawatirlah terhadap penulis sejarah masa depan, tentang langkah yang dilakukan hari ini”. Mungkin karena banyak pro kontra yang terlontar pada gubernur satu ini, namun saya pribadi mengacungi jempol terhadap pemikiran dan Tindakan yang telah beliau perbuat saat terjadi pandemic covid -19 ini.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Featured Post

RESENSI (Pesantren, Kampus Islam dan Moderasi beragama)

  Pesantren, Kampus Islam dan Moderasi beragama Karya Ngainun Naim, Abad Badruzzaman Halaman 288 + vi diterbitkan oleh Akademia Pustak...