Penyalahgunaan gadgets marak terjadi di kalangan pelajar. Dengan
sembunyi-sembunyi mereka merekam adegan adegan yang tidak patut di lihat.
Bullying dan pacaran merokok kerap kali
mereka rekam dan diunggah ke media sosial. Meski dilarang mereka tetap
saja membawa HP ke sekolah secara sembunyi-sembunyi.
Unggahan konten yang tidak patut ke Media sosial seperti itu
merupakan momok bagi sekolahan. Seakan-akan sekolah dan media sosial adalah
musuh dan saling bertentangan. Anak-anak remaja yang masih mencari jati diri
sering melakukan eksperimen yang bertentangan dengan norma Susila. Hal ini yang
dibentengi oleh sekolah. Sekolah dan
civitas akademikanya tidak mau anak anak terjerumus kea rah dekadensi moral.
Sekolah adalah benteng terakhir menata moral dan adab anak-anak.
Sehingga yang terjadi mereka melarang secara tegas siswanya
membawa HP ke sekolah. Ada yang membolehkan dengan membatasi hanya HP yang
dibuat sms dan telpon tanpa kamera.
Dipungkiri atau tidak zaman sekarang adalah zaman kemajuan
tekhnologi. Dimana membendung tekhnologi sama saja dengan membendung air bah.
Sangat sulit dan hampir mustahil membendung kemajuan tekhnologi ini.
Menurut pendapat saya, lebih baik pihak sekolah memberikan
anak-anak keleluasaan untuk membawa gadget mereka. Bukankah mereka di rumah, mereka
tetap dengan HP mereka. Belajar dari e learning, ruang guru, google classroom
dan banyak sekali konten Pendidikan yang sekarang diberikan di ruang tekhnologi.
Apalagi saat pendemi covid-19 ini, anak-anak dipaksa untuk
bersentuhan dengan tekhnologi. Akrab dengan tekhnologi. Belajar melalui media HP
mereka secara online.
Yang perlu diperhatikan adalah sikap dan cara kita dalam
menggunakan teknologi ini. kita harus bijak memanfaatkannya. kita hidup di zaman
millennial yang sehari-hari beriringan dengan tekhnologi. Kesadaran menggunakan
HP dengan bijaksana harus ditanamkan ke seluruh siswa. Sehingga anak-anak
menggunakan gadget mereka diarah yang benar sebagai ruang belajar dan menimba
pengetahuan bukan menyalahgunakan membuka konten konten yang tidak senonoh atau
bahkan membuatnya.
Dengan begitu kita bisa berkembang dalam mengejar
ketertinggalan tekhnologi. Tanpa dihambat oleh pelarangan dari pihak sekolah.
Pihak sekolah justru harus mengarahkan menggunakan tekhnologi untuk
dimanfaatkan seluas-luasnya dalam mencari pengetahuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar