Menuju lahirnya buku kedua

Dua hari yang lalu pak Dr. Ngainun Naim memberitahukan kepada kami buku bareng-bareng kami yang kedua sudah siap ISBN dan siap naik percetakan.

Ada salah satu rekan penulis menanyakan kepada saya secara pribadi bagaimana pengelolaannya wajar lah dia bertanya kepada saya karena kemarin yang mengumpulkan keuangan adalah saya.

Saya katakan "seperti kemarin aja kan penulisnya juga sama".  Nah di situlah kemudian persoalan muncul. Saya merasa bahwasannya kepemilikan buku ini ditanggung bersama-sama. Saya menawarkan kepada beliau untuk bareng-bareng membantu atau menggantikan saya untuk menjadi bendahara mengumpulkan uang dan sekaligus japri teman-teman.
"Biar pak ketua saja" kurang lebih  seperti itu kata beliau.  "Oke, biar pak ketua yang japri teman-teman nanti saya komunikasikan dengan beliau tapi saya mohon untuk keuangan digantikan njenengan ya?" Pinta saya. Ternyata jawabannya "mohon maaf sekali saya tidak bisa anda sajalah mohon maaf banget ya"

Dalam hati saya agak kesal juga, "Apakah  cari enaknya saja, penulis buku ini hanya menulis kemudian untuk administrasi dan lain sebagainya dibebankan kepada saya
dalam hati saya dia tidak tahu apa kalau saya juga sibuk banget sudah harus mengurusi sekolah, mengurusi rumah, mengurusi tulisan belum lagi ngurusi proyek-proyek sekolahan, berupa wakaf, proposal permohonan bantuan dan satu lagi yang bikin saya pusing tujuh keliling adalah disertasi saya yang belum kelar2. 
Mual rasanya melihat disertasi dan seakan-akan ini pekerjaan yang tidak mungkin bagi saya karena sangat berat.

Saya injak gas mobil menderu menuju Tulungagung, ada sesuatu yang harus saya urusi. Dalam waktu yang tidak lama saya melamun, setengah terpekik, spontan saya langsung mengerem mobil saya karena di samping saya ada becak nyelonong. 

Astaghfirullahaladzim ternyata saya diingatkan oleh Allah untuk tidak untuk tidak berpikiran negatif dan harus ikhlas dengan apa yang sudah saya lakukan.

Sambil mengelus dada berucap  "Alhamdulillah" tidak terjadi apa-apa antara mobil dan becak ini. 
Namun dalam hati saya, saya merasa ditampar dan diingatkan untuk tidak merasa paling sibuk dan tidak emosi.

Terima kasih ya Allah hari ini saya mendapat pelajaran berharga. 
saya diingatkan oleh Allah melalui pengalaman batin. Dan bertekad untuk  ikhlas membantu dan harus lapang dada.

Namun apabila ada teman-teman dari penulis yang juga mau bantu saya boleh loh.. tidak menolak sama sekali saya. 

6 komentar:

  1. Siap, kebahagiaan yg mana iki

    BalasHapus
  2. Ditulis berdasarkan kisah nyata...hehehe...

    BalasHapus
  3. Keep focus bunda...

    Moga2 namaku ada di buku baru..

    BalasHapus
  4. S3 dimana bu Ety, semoga lekas kelar disertasinya. Pingin tau buku pertama kulo ...

    BalasHapus
  5. Cukup satu kata untuk bunda etik, hebat

    BalasHapus

Featured Post

Perempuan sebagai Garda terdepan

Dalam rangka Milad FORHATI ke 26, yang jatuh pada tanggal 12 Desember Forhati Wilayah Jawa Timur mengadakan peringatan dibarengkan dengan mo...