pembelajaran Online Vs Moralitas siswa


Tahun Pelajaran 2020/2021 telah dimulai. Anak anak yang bersekolah sudah memulai aktivitasnya, mulai dari Ta’aruf atau perkenalan dan orientasi untuk siswa baru dan aktivitas pembelajaran untuk siswa yang lama.

Tahun ajaran ini tidak sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Karena di sekolah maupun madrasah masih belum diperkenankan pembelajaran secara tatap muka. Dilakukan secara daring dan luring. Masih berkutat di rumah dan dengan bantuan internet untuk menghubungkan siswa dan guru serta civitas akademika di sekolah.

Sampai kapan Indonesia menerapkan system daring dan luring ini? sebagai guru kami hanya bisa mengikuti kebijakan dari pemerintah. Dengan terseok mengikuti perkembangan kemajuan aplikasi, karena guru sejatinya sekarang di tuntut untuk belajar membuka aplikasi aplikasi pembantu dalam memberikan materi kepada para siswanya.

Guru yang sudah “sepuh” dan “Out of date perihal tekhnologi” tentu sangat kesulitan dalam memposisikan dirinya untuk mengikuti tekhnologi. Banyak yang patah semangat ketika belajar membuat kelas online.  Belum lagi ketika harus membuat video pembelajaran hasil kerja sendiri.

Bukan hanya guru sepuh, guru yang masih muda pun mengalami pasang surut semangat dalam mengisi pembelajaran online. Ketika ingin ideal dengan menerapkan satu aplikasi E-learning yang di rilis kemenag. Banyak kesulitan dalam mengoperasikan program-programnya. Dimungkinkan karena tidak ada pelatihan hanya tutorial yang ada di aplikasi tersebut. Sehingga belajar dari nol untuk memulai memasukkan siswa, memasukkan maple, KI, KD sampai Materi dan penugasan. Bukan perkara yang singkat dan membutuhkan waktu yang lama untuk belajar dan bisa mengoperasikan dengan lancar.

Kendala kuota dan wifi yang sering ngadat juga menjadi Pernik problematika selanjutnya. Penyampaian materi yang bagus menjadi jelek apabila jaringan tidak lancar. Yang terjadi kemudian kejengahan siswa dalam mengikuti materi tersebut.

Konsep pembelajaran daring yang akan permanenkan oleh Menteri Pendidikan juga akan menjadi problem tersendiri. Di satu sisi banyak guru yang senang bila mengajar dengan daring karena bisa “nyambi”. Mengerjakan online beberapa bersamaan dengan mengajar. Guru “ngojek” pekerjaan jualan online mulai marak.

Karena guru juga manusia, di tengah pandemi ini perekonomian yang tidak menentu guru juga harus  kreatif memanfaatkan kesempatan. Dengan online bisa menyambung beli beras, dan susu anak mereka.

Namun di sisi lain ada hal yang kurang mendapat perhatian, yakni moral /akhlak siswa. Karena kebanyakan di depan HP atau laptop memangkas aktivitas anak berkembang rasa sosial mereka. Vis a vis pembelajaran daring dan pemantauan moral siswa, perlu formula yang tepat untuk menyahuti kekurangan pemantauan moral anak tersebut.


6 komentar:

  1. Moralitas Vs teknologi yang unggul yang mana ya... Mantap bu 👍

    BalasHapus
  2. sekarang moral e masih di kesampingkan

    BalasHapus
  3. Semoga baik guru maupun siswa tetap semangat meskipun agak repot juga untuk daring dan luring

    BalasHapus
  4. Selamat memasuki tahun pelajaran baru, semoga sukses

    BalasHapus
  5. Mantap. Usul judul "Pembelajaran Online Vs Moralitas Siswa".

    BalasHapus
  6. Terimakasih masukkan nya prof

    BalasHapus

Featured Post

RESENSI (Pesantren, Kampus Islam dan Moderasi beragama)

  Pesantren, Kampus Islam dan Moderasi beragama Karya Ngainun Naim, Abad Badruzzaman Halaman 288 + vi diterbitkan oleh Akademia Pustak...