Pendidikan anak ala cak nun



Peringatan hari anak tahun ini jauh berbeda dari peringatan tahun tahun sebelumnya. Tidak ada lagi hingar bingar anak di pusat pusat kota dan pusat perbelanjaan. Tidak ada momentum lomba mewarna, lomba menyanyi, dan hal hal yang di sukai anak-anak. Tidak ada juga dekorasi balon-balon  khas suasana anak-anak. Lebih kepada sunyi dan sepi. Mungkin juga banyak yang lupa kalau hari ini adalah peringatan hari anak.

Anak anak  tetap eksis di rumah masing-masing. Mereka ada, dan tetap beraktivitas di rumah masing-masing. Namun luput dari perhatian media dan pemberitaan. Sekolahpun sunyi tanpa kehadiran mereka. Tanpa teriak girang dan celoteh riang. Anak anak Indonesia memang masih disarankan untuk berdiam di rumah. Meminimalisir dampak covid untuk anak. 

Orang tua di rumah yang sekarang memiliki menjadi pendamping belajar untuk anak-anak, meski harus juga terus  bekerja untuk mencari nafkah, membuatkan makanan sebagai asupan gizi untuk mereka.

Namun secara teori  pendidik nomor satu untuk anak-anak adalah orangtua. Selama ini orangtua sering abai dengan kewajiban mendidik. Hanya diserahkan di bangku sekolah.  Hikmah adanya covid ini orang tua di ingatkan kembali kewajibannya. Bukan hanya memasrahkan anak kepada guru namun juga melakukan pendidikan kepada anak.

Menukil kata-kata cak nun bahwasannya orang tua sebagai pendidik anak jangan melupakan 4 hal. Empat hal ini adalah yang pertama akhlak yang kedua disiplin yang ketiga akuntansi dan yang keempat IT (Informasi Tekhnogi)

Pertama Akhlakul karimah. Dalam mendidik akhlak anak ini adalah hal yang utama yang paling penting di berikan oleh orang tua kepada anak-anaknya sehingga ketika anak anak sudah berakhlakul karimah maka dia akan bener secara akidah dan Syariah nya.

Kedua disiplin sekeras mungkin. Yang kedua ini menurut cak nun kita harus mendidik anak dengan cara dengan keras bahkan secara militer untuk kedisiplikan mereka. dalam artian anak-anak ini harus dididik dengan disiplin shalatnya, disiplin mengajinya, dan disiplin di berbagai hal di dalam kehidupannya. Jangan terjebak oleh kata-kata kekerasan di dalam rumah tangga. Senyampang anak-anak kita didik dalam hal kebenaran maka kita harus keras terhadap anak membentuk karakter anak. Disiplin ini lebih susah daripada memanjakannya kita harus memiliki generasi-generasi yang mitsaqon ghalidza anak-anak yang kuat yang lebih kuat dari orang tua. 

Yang ketiga ajari anak Akuntansi . mengajari akuntansi berati mengajari hitung menghitung, bukan kemudian anak diajari untuk pelit.  Akuntansi disini dimaknai bagaimanabanak bisa  menghitung atau menuliskan amal perbuatan mereka. Anak-anak menghitung apa yang sudah dikerjakan amal sholehnya nya. Mereka diharapkan pula bisa memanage diri, mengatur waktu, mengatur pola hidupnya sehingga dia berkembang menjadi anak-anak yang teratur dan bisa dipertanggungjawabkan. 

Keempat adalah buatlah anak pintar dalam IT (Informasi Tekhnologi) jangan ada yang buta IT. Syukur kalau bisa jadi programmer. Anak hari ini adalah generasi yang harus paham dengan ilmu teknologi informasi. Teknologi ini penting alat mereka bisa hidup didunia era 4.0.  kalau bisa anak kita bisa menjadi programer tentu dengan harapan ketika menjadi programmer dengan berbekal akhlak yang sudah ditanamkan mereka tidak akan terjerumus ke dalam program-program yang bodong, hoax dan membuat perpecahan di dunia Islam. Justru mereka bisa menambah syiar Islam demi kemaslahatan umat Islam melalui kecanggihan tekhnologi di era digital ini



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Featured Post

Perempuan sebagai Garda terdepan

Dalam rangka Milad FORHATI ke 26, yang jatuh pada tanggal 12 Desember Forhati Wilayah Jawa Timur mengadakan peringatan dibarengkan dengan mo...