Lifestyle


Sebelum adanya wabah yang melanda dunia, mall dan pusat perbelanjaan diserbu masyarakat sebagai tempat rekreasi mereka, bioskop cinema 21 café café pun tidak jauh berbeda selalu penuh penuh dengan peminat. Bukan karena memenuhi kebutuhan pokoknya saja. Namun sudah menjadi lifestyle atau gaya hidup di keseharian mereka. 

Hal ini seiring dengan kemajuan zaman dan kemajuan tekhnologi, perubahan drastis terjadi sebagai turunan perkembangan tekhnologi ini. informasi produk produk baru membanjiri media sosial. Tak jarang kebutuhan yang sebenarnya tidak terlalu penting menjadi sangat diburu karena hipnotis iklan yang menarik dan viral.

Sekarang kegemaran di mall sudah mulai bergeser. Penyebabnya adalah ketentuan atau protocol kita harus berjarak. Dan berbudaya hidup sehat. Masyarakat mulai melirik bersepeda untuk menjadi pilihan olahraga mereka. 

Karena bersepeda cenderung berjarak dan tidak berdesak-desakan. Tidak memerlukan bahan bakar, lebih segar karena bisa menikmati udara luar. Bersepedapun sekarang telah menjadi lifestyle pasca suasana mencekam pandemic virus corona yang melanda.
Toko sepeda kebanjiran orderan sepeda. Mulai anak-anak sampai sepeda untuk orang dewasa. Bahkan sampai inden selama satu sampai dua bulan. Berburu sepeda dari yang harga normal sampe harga yang meroket. 

Tidak bisa dipungkiri, bahwa menjadikan sepeda sebagai sarana rekreasi sangat tepat, karena bisa memacu adrenalin kita dan menjaga imunitas kita untuk tetap bugar. Selain itu anak anak sekolah yang masih dalam masa liburan dan masih belum ada kabar kapan mau masuk, membuat anak-anak jenuh dirumah dan ingin menikmati udara luar rumah.  
Bersepeda sebagai sarana untuk Kesehatan merupakan hal yang baik. Sekaligus mengurangi tingkat polusi di udara. Namun kita harus berhati-hati dengan lifestyle nya. Kebutuhan yang sebenarnya sekunder apabila tidak dihitung secara matang akan menimbulkan side effect dibelakang hari. 

Lifesytle sebagai gaya hidup dipopulerkan oleh psikolog Alfred Adler dan Bull. Gaya hidup ini memiliki penilaian relatif dari orang lain. Gaya hidup seperti berpakaian, kebiasaan dan lain lain. 

Sebenarnya ada satu lagi lifestyle yang menurut saya keren sekali. Saat pandemi atau tidak. Yaitu menulis. 
Ya ketika menulis menjadi gaya hidup dan kebiasaan, membuat rakyat Indonesia semakin produktif dalam menggerakkan literasi. Tidak menutup kemungkinan kita bisa menjadi masyarakat berperadaban yang lebih maju dengan menulis.


5 komentar:

  1. Lhaa....
    Menulis juga rekreasi lhoo...

    BalasHapus
  2. Wow... Sugeng rawuh pak ketua ....

    BalasHapus
  3. Oret oret b. Etik mantap ..kulo wau gih ngontel b. Etik, tapi paket hemat, melestarikan budaya leluhur pakek turonggone kakung,mampir blonjo pasar mulih bryut. Lek bersepeda kulo rodo over dosis jaman skolah biye6 th ful. Yg 3 th ruye jati - beji (pga pp)

    BalasHapus
  4. bersepeda olah raga dan olah jiwa....

    BalasHapus

Featured Post

Perempuan sebagai Garda terdepan

Dalam rangka Milad FORHATI ke 26, yang jatuh pada tanggal 12 Desember Forhati Wilayah Jawa Timur mengadakan peringatan dibarengkan dengan mo...