Hasbi ku

Minggu ini lewat pengasuh pondok yang juga adik kandungku. Anak ku Hasbi telpon... 
Dia menangis dan menahan sesak tanpa bisa berkata kata saat video call dengan kami. Kelauarga nya di rumah. 
Kelihatan kangenn sekali.. jauh dari rumah dengan waktu yang lama.. 
Mengubah kebiasaannya dirumah dilayani, setengah dimanja. Apa ynag dia mau dituruti. Apalagi sama mbahnya.
Seringkali mbahnya menangis saat ingat cucu nya ini. Saya sebagai ibu nya Hasbi sering dimarahi sama Mbah. Kenapa kamu tidak bersedih saat anakmu di pondok. Malah sepertinya gak mikirin dia... 

Kalau tahu hatiku sebenarnya beraaaattt sekali melepas anakku jauh dari pangkuan. Ingin selalu aku mendampingi tumbuh kembangnya. Tak terhingga sayatan sakit di dadaku.. apalagi saat ingat anak ini masih merah usia 23 hari harus masuk kamar NIcU karena kuning. Saya yang masih nifas menunggu nya tidur dibawah jendela Rumah sakit. Rasa sedih itu masih terasa saat ini. 
Namun saya harus terlihat tegar dihadapan semua orang. Saya harus menyembunyikan air mata ini. Supaya anakku kerasan disana. 
Anak anak yang berjuang menuju kepahaman ilmu agama harus didukung 100%. Menumbuhkan motivasi dia dan selalu menguatkan hatinya untuk kerasan di tempat barunya. 
Hasbi Tsalatsa Ihsan At-Tamimi. Nama yang terkandung makna pengharapan engkau menjadi anak yang memegang tiga kebaikan.. Iman Ilmu dan Amal, semoga bisa sempurna engkau memegang itu ya nak... 
Biarlah sekarang merasakan tirakat. Jauh dari buaian orang tua. Bersama sama teman seperjuanganmu mencari Ilmu dan tarbiyah di pesantren.
Anak anak lain di kirim jajan dan makanan atau keperluan mereka. Karena kamu jauh kami tidak bisa mengirim apa apa kecuali doa. 
Semoga engkau tumbuh menjadi anak yang mandiri, dewasa, bisa menentukan baik buruk, menjaga kehormatan dan menjadi pejuang di jalan Allah. 

Umi tiap hari membayangkan dirimu, menunggu 40 hari untuk berkunjung ke pesantrenmu. Bertemu dan melepas kangen kepadamu. Engkau anak kesayangan yang umi banggakan. I love you nak.. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Featured Post

RESENSI (Pesantren, Kampus Islam dan Moderasi beragama)

  Pesantren, Kampus Islam dan Moderasi beragama Karya Ngainun Naim, Abad Badruzzaman Halaman 288 + vi diterbitkan oleh Akademia Pustak...