Langsung ke konten utama

Melalui Jalan Terjal Membranding Madrasah


Mengapa harus dibranding, untuk apa sih di branding segala? Kita berjalan apa adanya aja, mengalir bagai air dan berjalan sesuai dengan perintah dan protocol. Guru-guru tidak perlu membuat RPP cukuplah mengajar dengan ikhlas. Karena RPP hanya diperlukan saat persiapan akreditasi aja. Cukup paste dari unduhan RPP yang banyak tersedia di search engine.

Pseudo Formalitas, atau formalitas semu yang ditunjukkan madrasah yang biasa saja. Yang menginginkan sesuatu yang luar biasa,  memang membutuhkan jalan yang Panjang dan berliku untuk menemukan nilai nilai yang mau di internalisasi di madrasahnya. Butuh pengorbanan waktu dan tenaga, butuh biaya, butuh riset dan analisis, perencanaan yang matang dan lain sebagainya.

Madrasah luar biasa diantara yang madrasah yang biasa-biasa saja memang tidak banyak jumlahnya, karena mereka telah memiliki distingsi dan kekhususan yang tidak bisa di tiru oleh kompetitornya. Baik mengenai program, cara dan nilai yang mereka bentuk untuk siswa.

Dan madrasah yang begini (yang memiliki kekhususan) biasanya banyak dilirik oleh pengguna jasa Pendidikan, yakni masyarakat. Mereka berbondong-bondong memasukkan anaknya untuk belajar dan berproses di dalam madrasah yang dipandang memiliki keunggulan.

Keunggulan tidak serta merta datang dan langsung diterima oleh masyarakat. Memerlukan jalan Panjang dan terjal untuk mengubah paradigma. Perubahan paradigma yang tersulit bukan dari masyarakat, namun biasanya dari dalam sendiri. Dari Kepala Sekolah dan Guru. Sudahkah mereka benar benar menginternalisasikan semangat perubahan atau hanya sekedar menjalankan kewajiban datang ke sekolahan dan mengajar.

Bisakah dalam internal sekolah menvisuallisasikan perubahan itu kearah yang positif. Sebagai sebuah contoh, guru yang sering bercanda kelewatan bahkan sering membuli teman gurunya, dilihat oleh murid murid, akhirnya murid juga mendapat angin untuk berbuat hal yang sama dengan teman sebayanya. Mengubah kebiasaan itupun butuh waktu dan benar-benar bisa diperlihatkan hubungan natural tanpa pembulian terhadap sebaya sebagai Langkah nyata mengubah perilaku anak didik.

Memulai datang sebelum waktu masuk itupun masih perlu penanaman kesadaran dan kekuatan dari atasan. Kebiasaan datang saat bel masuk bahkan terlambat agar mulai di kurangi.

Menginvestasikan waktu lebih adalah kunci untuk bisa memunculkan distingsi dan ide ide perubahan. Tidak sekedar menjalankan kewajiban, namun berfikir dan mengkreasi program unggulan yang mampu mencuatkan nama madrasah.

Terlebih lagi saat pandemic covid-19 yang melanda dunia ini, mulai April sampai saat ini pun belum ada tanda mereda dan memaksa sekolah di rumah. Bagaimana kita bisa membranding madrasah kita lebih unggul dari yang lain. Permasalahan yang semakin kompleks menambah deretan panjang hal yang harus kita selesaikan secara cerdas.


Komentar

  1. Keren... meskipun terjal tetap harus dilalui...

    BalasHapus
  2. Angel wis angel he he, bener mas guru meskipun terjal tetap dilalui walau tertatih untuk menggapai,

    BalasHapus

Posting Komentar

Popular Post

RESENSI (Pesantren, Kampus Islam dan Moderasi beragama)

  Pesantren, Kampus Islam dan Moderasi beragama Karya Ngainun Naim, Abad Badruzzaman Halaman 288 + vi diterbitkan oleh Akademia Pustaka Begawan literasi di UIN SATU Tulungagung menghadiahkan buku ini pada resensator dengan catatan tulis tangan yang indah berisi tulisan adalah produk intelektual yang perlu di rawat dengan sepenuh jiwa. Sebuah kalimat yang mendalam untuk yang mampu menumbuhkan motivasi yang mendalam untuk menekuni dunia sepi membuahkan tulisan.   Penulis buku moderasi beragama yang di tulis secara duet oleh master di bidang metodologi Islam dan kelimuan tafsir hadis dan ilmu Al Qur’an, para professor ini menyoroti keberadaan Islam, pesantren dan karakter muslim dengan moderasi beragama. Isi Buku Terdiri dari 5 bab yang dimulai dengan pesantren dan dialetika sosial budaya, moderasi beragama sebuah tinjauan umum, pesantren dan perguruan tinggi serta moderasi beragama kebijakan, strategi dan implementasi. Pemembahasan mulai aspek berbeda dari pendidika...

Menggapai Ampunan Berbuah Surga

Bersegeralah mencapai ampunan Allah. Dan imbalannya adalah Surganya Allah yang luasnya seluas langit dan bumi. Surga ini diperuntukkan kepada orang orang yang bertakwa. Makna Langit disini dimaknai semua hal di luar bumi yakni alam semesta adalah langitnya Allah. bukan hanya seluas satu bintang yakni matahari dan 8 planetnya, bukan pula hanya satu galaksi yang berisi sekian milyar bintang. namun sekian milyar galaksi.  Surga seluas langit dan bumi ini diperuntukkan kepada siapa saja yang bisa bersegera mencari ampunan Allah, mereka adalah orang orang yang bertakwa. Siapa orang yang bertakwa dijelaskan di lanjutan ayat dari Surat Ali Imron ayat 134 yakni:  Pertama orang yang menafkahkan hartanya disaat lapang dan sempit . Menafkahkan harta untuk kebaikan dikala mereka kelebihan harta maupun saat kekurangan. Kebiasaan kita adalah tidak mau berbagi disaat kita merasa kekurangan.  Orang yang bisa Menafkahkan hartanya pasti akan banyak kawan. Sebaliknya orang yang kikir dan ...

Hujan di Bulan Juli

Hega menghela nafasnya dengan berat.. “Huuftt mendung, Apakah akan hujan di hari yang dingin ini?” ucapnya dalam hati. Benar karena ini bulan Juli bulan dimana negeri tropis seperti Indonesia ini sedang musim dingin. Udara dingin memang kadang tidak bersahabat. Tapi Hega sangat suka dengan musim dingin dari pada musim hujan. Bukannya benci dengan hujan. Ada beberapa serpihan kenangan duka terselip di kehidupan Hega saat kuliah dulu. “Ga…., “ teriak seseorang Hega menoleh, ternyata sahabatnya yang memanggilnya di depan perpustakaan. Wajah manis dalam senyuman dan mata lugunya membuat Hega menyambutnya dengan senyuman juga. “Ada Apa, Is?” tanyanya. “Besok kamu bisa ikut acara MUSDEGA? Kamu kan kerani. Wajib Ikut lho… “ Tanya si Aisyah. Bukan hanya tanya tapi dia lebih kepada memastikan kehadiran Hega untuk musyawarah Pandega yang akan diadakan hari Sabtu sampai Minggu esok hari. “Belum pasti” jawab Hega lesu dengan menekuk mukanya. “Ayolah semangat.. kamu past...

Kupatan

Pagi selepas jamaah subuh pada hari raya ke-8 Idul Fitri ini saya bergegas menuju dapur untuk mempersiapkan ketupat dan launya untuk dibawa ke masjid. Setiap hari bulan Syawal tanggal 8, pagi sebelum matahari terbit, tradisi di desa kami selalu mengadakan kendurian ketupat di masjid dengan seluruh masyarakat di sekitar Sewaktu kecil saya ketika bapak masih ada selalu di bangunkan dan diajak untuk kenduri di masjid. Meski dingin pagi saya semangat untuk mandi dan bersiap. Bahagianya   ketika menerima bagian ketupat dan melahapnya dengan lauk sayur blendrang dan sedikit taburan kedelai gorang yang dihaluskan, sangat enak. Sekarang gantian anak-anak yang merasakan kebahagiaan itu, mereka bersemangat untuk mempersiapkan diri ke masjid dengan mandi dan berpakaian, kemudian mengikuti ayahnya untuk bersiap ke masjid. Si kecil yang pulas dalam tidurnya terbangun mendengar kesibukan kakak-kakanya, dan berteriak “ikut”. Kupatan yang masih sangat berkesan bagi saya adal...