Diklat Jurnalistik bareng Jawa Pos

 



Rabu, 24 Agustus 2022 adalah hari yang bersejarah untuk warga madrasah Arrosidiyah. Disana diadakan Diklat Jurnalistik untuk anak dan guru. Sebanyak 20 peserta dari pihak siswa dan guru antusias mengikuti acara. Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kapasitas menulis guru menyahuti perkembangan zaman. Proyeksi ke depan bisa menjadi tim jurnalistik sekolah.

Diklat ini masih pertama sekali dilaksanakan oleh pihak madrasah bekerja sama dengan jawa pos grup. Kegiatan ini dimulai pukul 08:30 dengan narasumbernya adalah mas Yanu Aribowo salah satu Wartawan Radar Tulungagung, dia sudah mulai malang melintang menjadi jurnalis sejak tahun 2009.

Materi yang di sampaikan oleh beliau tidak hanya seputar jurnalistik tapi juga tips tips mengenai wawancara, mendokumentasikan moment, mencari angle kamera yang tepat. Materi ini yang tidak bisa kita dapatkan kecuali dari orang orang yang sudah memiliki pengalaman.

Beliau memberikan materi inti bagaimana menulis sebuah berita. Menulis ini  harus bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya dengan. Inti dari pemberitaan itu merupakan produk jurnalistik yang berisi laporan peristiwa actual, factual dan penting serta menarik diketahui oleh masyarakat.

Beberapa jenis berita ada Hard News, yakni  berita yang paling sering ada di layar kaca maupun di media cetak. Soft News, adalah kabar yang tidak penting, namun menarik. Dan Indepth News,  adalah Berita mendalam yang dikembangkan dari berita sebelumnya dengan sudut pandang tertentu.

Adapun unsur berita harus memuat 5 W + 1 H. Who (siapa), What (apa), When (kapan), Where (di mana), Why (kenapa), How (bagaimana). Namun ada lagi selain itu adalah WOW yakni berita ini bisa dijadikan berita utama dibanding berita yang lain.

Selain membuat berita tidak bisakah kita menulis? Kita bisa menulis untuk tujuan yang lain, bisa membuat artikel, konten facebook, Instagram, jurnal dan lain-lain. Tips agar tulisan mengalir. Saat mendapatkan sebuah , segera catat ide-ide seputar tema agar tidak hilang. Media mencatat bisa menggunakan alat-alat di sekitar kita. Misalnya buku catatan, memo ponsel, draft email, voice note, kirim WA. Ada yang kebiasaan menarik dari mas Yanu adalah ketika ada sepotong ide, dia langsung menulisnya di WA dan dikirim ke sang Istri. Awal nya istri bingung dengan kiriman tersebut. Tapi lama kelamaan sang istri paham kalau itu adalah simpanan ide menulis dari sang suami. Folder ide itu bahkan menjadi perekat keharmonisan.

Setelah ide didapatkan yang penting selanjutnya adalah referensi dan narasumber. Mereka sumber otentik yang bisa menjadi penguat ide yang kita dapatkan. Setelah itu mengembangkan ide itu menjadi paragraph paragraph. Menulislah sampai ide yang ada dikepala itu seluruhnya telah dikeluarkan. Terakhir review Kembali paragraph demi paragraph. Barangkali ada yang kurang pas penulisannya, tatabahasa dan keterhubungan antara paragraph atas dan bawahnya.  Saat mereview ini adalah Langkah akhir jangan sekali kali mengecek tulisan saat baru dimulai satu paragraph, itu akan menyebabkan mati di paragraph selanjutnya karena hanya mengejar kesempurnaan di paragraph awal.

Menurut beliau banyak orang yang ketakutan memulai menulis, mereka berdalih dan ngeles bahwasanya Menulis itu bukan bakat saya. Saya tidak memiliki ketrampilan menulis, saya belum memiliki modal yang cukup atau pelatihan menulis yang cukup. Padahal kita sadar atau tidak selama hidup ini kita menulis sudah sangat sering. Namun ketrampilan menulis ini tidak dibarengi dengan kemauan menulis, kesadaran dan konsistensi berlatih menulis. Sehingga terasa berat dalam mengeluarkan ide di kepala dalam bentuk tulisan.

Sebanyak apapun bentuk pelatihan yang diikuti dan ilmu menulis yang dikuasai, namun saat tidak mengaplikasikan dalam bentuk tulisan, niscaya tidak akan menjadi sebuah ketrampilan. Ketrampilan itu berupa sesuatu yang refleks. Saat kita terampil dengan sendirinya bisa melakukan suatu pekerjaan itu dengan mudah.

Tips yang diberikan oleh pemateri kepada siswa siswi dan guru yang ada di pelatihan Jurnalistik ini banyak sekali. Ide menulis itu bisa saja muncul ketika melihat lemari piala di sekolah, sosok guru, ataupun sejarah berdirinya sekolah atau bahkan lebih lebar menuliskan sejarah masjid dan mushola yang ada di desa. Alhasil tulisan bisa didapatkan dan bisa memberikan sumbangsih terhadap perjalanan keislaman yang ada di desa ini.  

Peserta pada awalnya mengalami kebingungan dalam mencari ide. Setelah pemaparan yang lugas oleh pemateri, beberapa mulai aktif bertanya terkait dengan cara mempromosikan desa wisata dengan tulisan. Dan mempromosikan madrasah memalui sosmed. Anak anak akan dibuat tim jurnalis di madrasah dan belajar mengenai jurnalisme lebih mendalam.

Sebagai jurnalis dengan tugasnya mencari berita, akan bertemu dengan berbagai orang mulai dari gelandangan, tukang becak, pejabat, kyai dan lain sebagainya. Sebagai wartawan hendaknya memposisikan diri dengan narasumber jangan merasa lebih tinggi dari gelandangan apabila kita bertemu dengan gelandangan jangan merasa lebih rendah dari presiden 

2 komentar:

Featured Post

  Tumpukan masalah yang menggelayut di madrasah kami tidak sedikit. Stigma guru yang belum berkualitas, pembelajaran yang monoton, siswa mal...