Langsung ke konten utama

Kopi Darat pemantik Semangat

 



Meski agak ragu, saya WA mas ketua SPK untuk mendaftarkan diri ikut acara Kopdar sahabat pena kita di Sidoarjo, 26-27 Februari 2022. Ragu karena ada beberapa agenda yang harus saya cancel untuk mengikuti acara ini. 

Acara kopi darat yang  pertama kali saya ikuti sejak menjadi anggota SPK kurang lebih setahun yang lalu. Selama dua kali mengikuti kopi daring melalui dunia Maya. 

Ada yang kurang memang berada di dunia virtual di banding acara yang secara pertemuan langsung diselenggarakan. Bila pertemuan virtual cukup pake daster, disambi masak dan bersih bersih rumah. Mematikan kamera, dan mendengarkan para pembicara menyampaikan materi mereka. Beberapa tertinggal karena di tinggal belanja menjemur pakaian dan aktivitas lainnya. 

Hari ini saya bersiap untuk mengikuti acara kopi darat, bukan lagi kopi daring. Sejak kecil saya punya kebiasaan apabila mau ke sebuah tempat pasti malam harinya tidak bisa tidur. Sampe sekarang saya memiliki 3 anak, kebiasaan inipun masih belum bisa saya hilangkan. Apalagi berangkat dari Titik kumpul yakni UIN Satu Tulungagung jam 04:00 berarti saya harus berangkat dari rumah setidaknya setengah jam sebelum itu. Daripada tertidur dan kesiangan saya memilih bergadang. Menyiapkan perlengkapan yang akan dibawa, dan 

Belum subuh, malam masih pekat saya diantar oleh suami tercinta yang selalu ringan dalam membantuku, mengantarkau. meski dia capek karena pulang juga sudah larut. Sudah harus saya bangunkan untuk mengantar ke UIN SATU tempat kami berkumpul. 

Sepanjang perjalanan dengan rombongan ada Prof Ngainun Naim, putra beliau, mas Thoriqul Azad, mas Alfin dan Bunda Tuti, mendengarkan cerita cerita lucu dari Prof. Naim. Yang paling saya ingat adalah  cerita saat mobil macet di rel keretaapi. 

Kala itu prof Naim dan teman2 pulang dari acara, banyak yang terlelap di mobil. Tetiba di atas perlintasan rel kereta api mobil macet. Prof Naim yang berada di sebelah sopir posisi tertidur. Saat macet beliau setengah terbangun dan menoleh di sebelah kiri, ada sinar berwarna merah, refleks beliau teriak "sepooooorrr"


Kontan seluruh penumpang mobil tunggang langgang mendorong mobil dan menyelamatkan diri. Sampai di beberapa meter, mereka berhenti menoleh ke belakang. Setelah di lihat bukannya kereta api yang ada namun lampu perlintasan. 


Acara ditempatkan di lantai 5. Kapasitas 150 an peserta. Mulai masuk scan peduli lindungi cek suhu tubuh dan memakai handsanitizer. Protokol kesehatan yang harus dilalui saat akan melaksanakan kegiatan. 


Luar biasa, selain dosen UNIPA bapak M. soim Anwar, ada mbak Kirana Kejora yang biasa di kenal sebagai mbak Key. Seorang writerpreneur yang sukses menjadi penulis dan menjadikan penulis sebagai profesinya. Mindset saya benar benar terdistract oleh pemaparan beliau. 

Banyak penulis yang menuangkan ide dan gagasan mereka kalah dengan kekuatan industri perfilman saat di alihwahanakan. 

Bersyukur mendapatkan pengetahuan dari beliau bagaimana membuat novel yang baik, bagaimana novel dijadikan film  dan bukunya laris sampai sekarang. Membangun dari awal sampai sukses seperti beliau sekarang, bukan persoalan yang gampang. Jam terbang beliau sebagai novelis, dan writerpreneur sangat tinggi. Salah satu bukunya yang sudah dialih wahanakan tentang Air Mata Terakhir Ibu, memiliki kekuatan penokohan, kekuatan setting latar kejadian di lumpur Sidoarjo dan romansa yang kuat. Buku itu meledak di pasaran dan sekian puluh bukunya pun laris manis bak kacang goreng. 

Novel lainnya "Ayah menyayangi tanpa akhir, dan Yorich" sangat indah dalam penyajian dan alur ceritanya. Menginspirasi kami semua peserta yang hadir.  

Kami memerlukan pantikan semangat supaya bisa menulis. Dan sebagai penulis memerlukan ilmu dan strategi saat berhadapan dengan industri kreatif perfilman saat buku itu di alihwahanakan. 


Komentar

  1. Mantap bu Kamad. Itu Pak Ketua SPK pusat sama Prof Naim pakai sadung apa mau revolusi spiritual yach 😁☕

    BalasHapus
    Balasan
    1. Beliau berdua sama sama pake sarung yang membedakan adalah yang satu berpeci dan tidak

      Hapus
  2. Semoga setiap pengalaman dan ilmu yg begitu berharga ini senantiasa membawa kebermanfaatan dan keberkahan.
    Aamiinn.

    BalasHapus
  3. Mantap Bu, semoga ilmu yg diperoleh dr Kopdar dapat membangkitkan kiprah penulisan njenengan. Aamiin

    BalasHapus

Posting Komentar

Popular Post

RESENSI (Pesantren, Kampus Islam dan Moderasi beragama)

  Pesantren, Kampus Islam dan Moderasi beragama Karya Ngainun Naim, Abad Badruzzaman Halaman 288 + vi diterbitkan oleh Akademia Pustaka Begawan literasi di UIN SATU Tulungagung menghadiahkan buku ini pada resensator dengan catatan tulis tangan yang indah berisi tulisan adalah produk intelektual yang perlu di rawat dengan sepenuh jiwa. Sebuah kalimat yang mendalam untuk yang mampu menumbuhkan motivasi yang mendalam untuk menekuni dunia sepi membuahkan tulisan.   Penulis buku moderasi beragama yang di tulis secara duet oleh master di bidang metodologi Islam dan kelimuan tafsir hadis dan ilmu Al Qur’an, para professor ini menyoroti keberadaan Islam, pesantren dan karakter muslim dengan moderasi beragama. Isi Buku Terdiri dari 5 bab yang dimulai dengan pesantren dan dialetika sosial budaya, moderasi beragama sebuah tinjauan umum, pesantren dan perguruan tinggi serta moderasi beragama kebijakan, strategi dan implementasi. Pemembahasan mulai aspek berbeda dari pendidika...

Menggapai Ampunan Berbuah Surga

Bersegeralah mencapai ampunan Allah. Dan imbalannya adalah Surganya Allah yang luasnya seluas langit dan bumi. Surga ini diperuntukkan kepada orang orang yang bertakwa. Makna Langit disini dimaknai semua hal di luar bumi yakni alam semesta adalah langitnya Allah. bukan hanya seluas satu bintang yakni matahari dan 8 planetnya, bukan pula hanya satu galaksi yang berisi sekian milyar bintang. namun sekian milyar galaksi.  Surga seluas langit dan bumi ini diperuntukkan kepada siapa saja yang bisa bersegera mencari ampunan Allah, mereka adalah orang orang yang bertakwa. Siapa orang yang bertakwa dijelaskan di lanjutan ayat dari Surat Ali Imron ayat 134 yakni:  Pertama orang yang menafkahkan hartanya disaat lapang dan sempit . Menafkahkan harta untuk kebaikan dikala mereka kelebihan harta maupun saat kekurangan. Kebiasaan kita adalah tidak mau berbagi disaat kita merasa kekurangan.  Orang yang bisa Menafkahkan hartanya pasti akan banyak kawan. Sebaliknya orang yang kikir dan ...

Hujan di Bulan Juli

Hega menghela nafasnya dengan berat.. “Huuftt mendung, Apakah akan hujan di hari yang dingin ini?” ucapnya dalam hati. Benar karena ini bulan Juli bulan dimana negeri tropis seperti Indonesia ini sedang musim dingin. Udara dingin memang kadang tidak bersahabat. Tapi Hega sangat suka dengan musim dingin dari pada musim hujan. Bukannya benci dengan hujan. Ada beberapa serpihan kenangan duka terselip di kehidupan Hega saat kuliah dulu. “Ga…., “ teriak seseorang Hega menoleh, ternyata sahabatnya yang memanggilnya di depan perpustakaan. Wajah manis dalam senyuman dan mata lugunya membuat Hega menyambutnya dengan senyuman juga. “Ada Apa, Is?” tanyanya. “Besok kamu bisa ikut acara MUSDEGA? Kamu kan kerani. Wajib Ikut lho… “ Tanya si Aisyah. Bukan hanya tanya tapi dia lebih kepada memastikan kehadiran Hega untuk musyawarah Pandega yang akan diadakan hari Sabtu sampai Minggu esok hari. “Belum pasti” jawab Hega lesu dengan menekuk mukanya. “Ayolah semangat.. kamu past...

Kupatan

Pagi selepas jamaah subuh pada hari raya ke-8 Idul Fitri ini saya bergegas menuju dapur untuk mempersiapkan ketupat dan launya untuk dibawa ke masjid. Setiap hari bulan Syawal tanggal 8, pagi sebelum matahari terbit, tradisi di desa kami selalu mengadakan kendurian ketupat di masjid dengan seluruh masyarakat di sekitar Sewaktu kecil saya ketika bapak masih ada selalu di bangunkan dan diajak untuk kenduri di masjid. Meski dingin pagi saya semangat untuk mandi dan bersiap. Bahagianya   ketika menerima bagian ketupat dan melahapnya dengan lauk sayur blendrang dan sedikit taburan kedelai gorang yang dihaluskan, sangat enak. Sekarang gantian anak-anak yang merasakan kebahagiaan itu, mereka bersemangat untuk mempersiapkan diri ke masjid dengan mandi dan berpakaian, kemudian mengikuti ayahnya untuk bersiap ke masjid. Si kecil yang pulas dalam tidurnya terbangun mendengar kesibukan kakak-kakanya, dan berteriak “ikut”. Kupatan yang masih sangat berkesan bagi saya adal...