Minyak tidaklah memiliki jenis kelamin perempuan atau laki-laki meski kebanyakan kaum perempuan. Namun saat mendengar minyak goreng pasti sangat lekat dengan ibu ibu sedang memasak di dapur. Ya.. memang sebagai ibu rumah tangga yang dengan penuh kasih sayang menyiapkan keperluan dan
kebutuhan pangan bagi keluarganya. Memerlukan minyak untuk menggoreng bumbu,
menggoreng ikan, menggoreng tahu atau tempe sebagai lauk. Penikmatnya adalah
seluruh anggota keluarga. Pedagang makanan pun tidak terlepas dari kebutuhan
pokoknya salah satunya minyak goreng. Pedagang gorengan banyak yang mengeluh karena
kelangkaan ini, al hasil mau tidak mau mereka menaikkan nilai jual gorengannya
untuk bisa menutup modal untuk membeli bahan baku dagangan mereka.
Sudah hampir dua bulan ini terjadi fenomena aneh ini terjadi
di Indonesia, tiba tiba minyak meroket harganya. Tidak wajar kenaikan itu di
pasaran. Kenaikannya hampir mencapai 100 % dari harga normal. Resah ya..tentu
saja resah, harus berhemat betul supaya tidak sampai kehabisan minyak goreng di
rumah. Bahkan beberapa ibu muda mulai beralih dengan masakan yang biasa
menggunakan olahan dengan minyak goreng di ganti di rebus, di steam dan lain
sebagainya.
Belum lagi menerima harga minyak goreng yang melejit. Sekarang
terjadi kelangkaan stok minyak goreng di pasaran. Ibu-ibu rela antri berpuluh
puluh meter untuk sekedar bisa membeli minyak goreng barang sebungkus. Ini terjadi
di beberapa daerah, terakhir yang saya lihat di postingan natizen didaerah Trenggalek
ibu ibu rela mengantri untuk mendapatkan minyak goreng.
Akibat kelangkaan ini banyak pengamanan atau yang biasa di
istilahkan operasi pasar oleh beberapa partai, bahkan pemerintah membuat
kebijakan minyak murah dengan 1 liter di patok 14 ribu di beberapa swalayan
seperti indomart ataupun alfamart. Sedangkan di pasar tradisional tidak tersentuh
oleh kebijakan tersebut. Disini saya heran sekali kenapa pasar rakyat terkesan
dibiarkan dan yang diberi pengamanan hanya toko ritel modern.
Belum lagi diberitakan oleh KPPU (Komisi Pengawas Persaingan
Usaha) yang mendapati timbunan 1,1 juta kilogram minyak di gudang PT SIMP
(Salim Ivomas Pratama) tbk. Semakin kuat terendus di hidung kita bau kartel atau
kepentingan kelompok tertentu dengan maksud tertentu pula memainkan isu minyak
goreng ini.
Ibaratkan pepatah, ayam mati di lumbung padi ini yang
sekarang hampir terjadi di wilayah Indonesia, dimana rakyat selalu yang harus
menanggung penderitaan diatas bumi yang memiliki jargon gemah ripah loh jinawi.
Ibaratkan tongkat yang ditancapkan menjadi tanaman untuk mengibrahkan kesuburan
tanah Indonesia ternyata sekarang beberapa bahan langka di sini. Dalam ingatan
saya kelangkaan ini tidak hanya minyak goreng saat ini, pernah terjadi
kelangkaan gula, garam, elpiji, BBM berkali-kali yang lagi –lagi rakyat harus
antri mendapatkannya.
Proteksi pangan dan kebutuhan pokok dari pemerintah kepada
rakyat yang sedemikian rentan, mengakibatkan rakyat serasa dicekik. Belum lagi
badai pandemi covid ini usai. Banyak kaum miskin baru tercipta karena pandemi
ini. Rakyat kembali harus menanggung beban kelangkaan bahan bahan kebutuhan
mereka sehari-hari. Saya berharap krisis
minyak ini segera bisa diselesaikan secepatnya oleh pemerintah. Keberpihakan pemerintah
kepada rakyat kecil mutlak harus dilaksanakan. Karena pemerintah diamanahi
kewajiban menjaga hajat hidup orang banyak dalam Undang-Undang Dasar Negara ini.
Sangat berharap ibu-ibu tidak adalagi yang antre sampai
mengular dalam mencari kebutuhan pangan untuk dapur mereka. Semoga tidak ada
lagi ibu-ibu demo membawa panci, wajan dan alat alat dapurnya memprotes
kelangkaan. Berharap sekali pemerintah bisa cepat mengatasi krisis ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar