Spirit Maulid Nabi Muhammad SAW dalam menjunjung Nilai Nilai Kemanusiaan




 Bismillahirrahmanirrahim 

Allahumma sholli ala syayidina Muhammad, Wa ala ali syayidina Muhammad

Dalam SKB tiga menteri (Menteri Agama, Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara) tahun 2020, salah satunya menyatakan cuti bersama dalam rangka peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. dan bertepatan juga dengan peringatan Sumpah Pemuda. Tak tanggung tanggung cuti ini termasuk cuti panjang Rabu, Kamis, Jum'at, Sabtu. Ditambah lagi hari Minggu. Maka liburan kali ini termasuk libur yang lama dibanding libur peringatan hari-hari penting di Negara Indonesia khususnya.

Melalui media Instagram, Saya mengikuti peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW oleh Kementerian Agama secara langsung. bertemakan Spirit Maulid Nabi Muhammad SAW dalam menjunjung tinggi nilai nilai Kemanusiaan. Disampaikan oleh Prof. Dr Komarudin Hidayat (Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia). Saya bersyukur dengan kemudahan jaringan internet kita bisa menemukan berbagai pengetahuan dan ilmu serta pencerahan dari kegiatan yang diselenggarakan oleh instansi secara virtual dengan leluasa. 

Dalam Tausiahnya Prof Dr. Komarudin Hidayat mengemukakan bahwa kelengkapan sirah / sejarah Nabi Muhammad SAW bisa kita peroleh dari kitab kitab secara luas. Berbeda dengan Nabi dan Rasul sebelumnya, Nabi Muhammad di utus Allah untuk menebarkan rahmat dan kedamaian untuk umat manusia.  

Pertanyaannya adalah kenapa Nabi di musuhi oleh Umat yang sebangsa darinya untuk dibunuh? Ini juga dialami oleh Nabi Ibrahim As. Kita bisa membaca sejarah bahwa dalam alam kemunculannya sosok nabi lahir dari kaum terindas, yang kemudian melakukan kritik sehingga oleh elit penguasa ditakutkan akan menggulingkan kekuasaan mereka. Maka Nabi dan Rasul Allah ini dianggap mengancam yang akhirnya dia dimusuhi dan secara frontal mau ditundukkan. 

Dalam kenyataannya Nabi pantang menyerah dan Hijrah ke Yatsrib (Madinah) yang kemudian mendapat simpatik yang luar biasa. karena Beliau terkenal sebagai orang yang bisa dipercaya (al-Amin. trusted person) jujur, senag  menolong

keunggulan ajaran yang mampu menembus hati dan ajaran yang hanif yang membangkitkan nalar sehat. menumbuhkan nalar kritis dan tidak ada kekerasan dalam menjalankan agama denga kata lain tidak ada paksaan dalam menjalankan agama (la iqroha fiddiin)

semua peperangan yang ada pada zaman Rasul semuanya dipicu oleh pertahanan dari ancaman.   Ajaran Islam dalam Al-Qur'an Menyebutkan "diijinkan" bukan diperintah. Perang dilakukan sebagai pembelaan diri. bukan pada konteks pembinasaan dan pembasmian dan kompetisi yang mengarah kepada konflik peperangan. tapi membangun peradaban. 

Sesungguhnya ajaran yang dibawa Nabi Muhammad bila dirangkum ada dua yakni: 

1. Ketuhanan 

Apabila kita merenung dan berfikir melihat alam semesta tidak akan ada dengan sendirinya, kecuali diciptakan oleh Allah. Maha Rahman dan Rahim menciptakan dunia untuk manusia. Manusia  sebagai ciptaan tertinggi karena kelengkapan kecerdasan diatas ciptaan yang lain. maka manusia tidak layak memuja apapun dibawah kecerdasan dia, seperti jabatan, profesi. Manusia tidak layak memuja selain memuja Tuhan Allah SWT.  

2. Kemanusiaan 

Misi Rasul yang ditekankan iman, membangun insan yang bertaqwa dan menyempurnakan akhlak. Iman dan takwa yang kokoh maka manusia dengan kecerdasanya akan mudah membangun kebudayaan yang mencunjung tinggi prinsip keadilan untuk kesejahteraan manusia dengan cara Sholat dan Dzikir. karena Sholat mencegah perbuatan keji dan munkar

Terlebih seorang pemimpin dalam keputusannya agar selalu menghadirkan hati nurani, terang ilahi agar keputusannya tidak mendatangkan kerusakan sesama manusia. Ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad yakni dengan Keimanan yang tertuju kepada Allah namun buah imannya harus dirasakan kepada Manusia untuk mencegah keji dan munkar.  

Korelasi dari keimanan dengan nilai nilai kemanusiaan adalah sikap welas asih terhadap sesama dengan memberi harta yang ia cintai untuk fakir miskin, hamba sahaya, orang yang berjuang di jalan Allah. orang beriman akan  berkomitmen untuk memperjuangkan nilai nilai dan harkat kemanusiaan serta membantu kaum lemah dan  tertindas (mustadh'afiin). 

Toxic untuk Penulis

 


Suara guruh yang menggelegar beberapa kali sedikit banyak menyurutkan semangat saya mengikuti njagong santai di zoom bersama Bapak Fahru dan Dr. Ngainun Na'im. Namun dengan menghela nafas panjang sembari berucap Bismillahirrahmanirrahim saya tekatkan untuk tetap mengikuti acara bincang santai ini, dalam hati saya berdo'a semoga tidak terjadi gangguan akibat kilat dan guruh yang bersahutan terhadap peralatan elektronik yang membantu saya mengikuti njagong virtual ini. 

Njagong selama hampir 2.5 jam ini dikemas secara santai dan rasa kebersamaan yang sangat renyah. Peserta yang hadirpun ada dari luar pulau Jawa. Saya bersyukur bisa bertemu banyak orang hebat yang sudah menerbitkan buku. Baik secara Ontologi maupun Pribadi dan beberapa dari penulis sudah mampu menembus ke penerbit mayor,  maupun menerbitkan secara mandiri.  Perbincangan mengalir dengan santai meskipun materinya bernas dan berat. Dan malam ini mendapatkan magic moment  yakni menikmati menulis itu dengan enjoy saja tanpa paksaan dan tanpa menjadikan tulisan itu sebagai beban.

Dijelaskan oleh seorang peserta  bahwa Prof Amin Abdullah mengatakan Jangan banyak membaca. Nanti engkau tidak akan jadi penulis, membaca itu tidak berbanding lurus dengan menulis. Banyak membaca akan semakin membingungkan dan tidak jadi engkau akan menulis. Karena tulisanmu belum tentu sebagus buku yang kau baca.

Saya berfikir memang ada benarnya. Beberapa artikel yang saya baca di kolom kompas, Republika, jawapos semua bagus-bagus dan saya yakin tidak mampu membuat artikel sebagus itu. Minder dan merasa tidak mampu menulis sebagus itu merupakan toxic yang melumpuhkan semangat menulis. Racun ini bila tidak segera ditangani, maka pasti kejadiannya bisa fatal. Yakni tidak usah menulis dan tidak usah menjadi penulis.

Pernyataan Prof Amin Abdullah ini sangat bertolak belakang dengan perilaku beliau dalam keseharian. Beliau sangat rajinmembaca. Penuturan Bapak Ngainun Naim yang melihat sendiri dengan mata kepala saat perjalanan di pesawat Surabaya-Makasar selama 2,5 jam beliau membuka buku membaca, menstabilo dan mencoret-coretnya. Beliau mengkritisi buku tersebut. Inilah yang dikatakan ketika kita Membaca tanpa diikuti sifat kritis itu akan bisa menjadi racun.  Membaca tanpa sifat kirits bisa menjadi penganut dan pemuja sang penulis.

Menjadi kritispun tidak serta merta taken for granted. Semua itu berawal dari mempelajari dan terus menerus mengasah kemampuan nalar kiritis kita. Saat menjadi mahasiswa diskusi dan Aksi menjadi salah satu cara bisa melihat fenomena dan mengasah nalar kritis kita. Saat menyandang status Sarjana kemungkinan aksi lebih sedikit, namun diskusi adalah hal yang bisa kita tradisikan untuk tetap mengasah ketrampilan berfikir kritis.

Bukankah di Abad 21 ini yang didengungkan adalah ketrampilan terapan bukan lagi ketrampilan dasar. Kita dituntut untuk berkolaborasi, berinovasi dan memecahkan masalah dengan fleksibel dan juga berfikir kritis.


SANTRI SEHAT INDONESIA KUAT

 


 

Hari santri yang bertepatan tanggal 22 Oktober 2020 ini adalah peringatan hari santri yang ke-5. Tema hari Santri ini mengusung Santri Sehat Indonesia Kuat.

Dalam masa pandemic ini dipungkiri atau banyak aktivitas kita yang lumpuh. Pendidikan sampai saat ini belum bisa dilaksanakan secara normal secara tatap muka. Pembelajaran yang dilaksanakan secara daring diketahui banyak sekali yang merasa repot. Orang tua sering mengeluh saat melakukan pendampingan kepada putra putri mereka yang sedang melakukan kegiatan pembelajaran jarak jauh.

Apalagi apabila mendampingi anak yang masih berada di tingkat dasar dan masih memerlukan belajar membaca dan menulis. Perlu ekstra sabar membersamai anak belajar di rumah.

Kegiatan yang normal berjalan sementara ini adalah berada di pondok pesantren. Kegiatan pembelajaran dan kegiatan Ngaji semua bisa berjalan normal. Yang tidak normal adalah acara sambangan untuk anak anak saja yang dibatasi. Semua kegiatan yang ada di pondok tidak jauh berbeda dari sebelum covid dan saat pandemic covid-19 ini.

Sehingga tepat tema yang di usung pada saat HSN 2020 ini yang mengunggah Kesehatan menjadi isu utama. Santri harus sehat dalam rangka pembelajaran tetap bisa berjalan. Santri harus sehat karena pandemic ini ternyata di pondok pesantrenlah yang tetap bisa berjalan seperti biasa.






Menjaga Kesehatan Mental di Masa Pandemi

 


Bulan Oktober ini, tepatnya tanggal 10 Oktober  diperingati sebagai hari Kesehatan mental sedunia. Kesehatan mental itu merupakan hal penting untuk kehidupan kita. Karena hari ini disinyalir banyak orang hampir 1 miliar memiliki  gangguan Kesehatan mental. Ketika orang terkena gangguan Kesehatan mental banyak yang memakai obat obatan terlarang, Depresi dan bahkan bunuh diri.

Di masa Pandemi covid -19 ini penting sekali kita menjaga Kesehatan mental dalam rangka menjaga imunitas kita dan tetap waras dalam menghadapi pandemic yang lebih dari setengah tahun ini melanda di negara kita.

Awal mula adanya virus corona di Wuhan, kita dahulu merasa sangat jauh dari virus itu dan tidak akan terkena. Namun semakin lama perjalanan virus ini yang melumpuhkan hampir keseluruhan bumi ini, kita semakin merasa virus itu berada di sekitar kita. Per 15 Oktober ini saja angka positif Covid 19 di Indonesia ada kurang lebih 349.160 orang dan yang meninggal ada sekitar 12.268. Angka Ini belum   menunjukkan penurunan dan bahkan di Jawa Timur sendiri sampai saat ini masih zona merah, yang artinya kita masih sangat ketat dalam Pembatasan Sosial, protocol Kesehatan , Work From Home dan lain sebagainya.

 Dampak pembatasan Sosial bahkan PSBB tidak bisa di pungkiri meningkatkan rasa takut dan stress masyarakat. Ancaman PHK, Resesi Ekonomi dan Penyelenggaraan Sekolah Jarak Jauh memicu tambah depresi nya orang tua menghadapi beban hidup dan menjadi pengajar anak mereka.

Beberapa pikiran yang negative saat adanya pandemic covid-19 ini bisa saja terjadi, seperti khawatir terhadap keselamatan diri sendiri dan orang terdekat, merasa Kesepian, bosan akibat pembatasan sosial, putus asa dan cemas karena pandemic ini tidak kunjung berakhir,  Frustasi  kebutuhan sehari-hari semakin sulit pemenuhannya, sedih, takut yang berlebihan mendengar berita mengenai corona.

Maka dari itu butuh sekali dengan yang namanya menjaga keseimbangan (balancing) dalam hidup supaya kita bisa menghadapi pandemic ini dengan tenang dan selamat. Kita bisa menerapkan strategi menghadapi covid-19  dengan 4A : Avoid  (menghindari), Saat ada masalah kita bisa menghindarinya. Alter (Mengubah), mengubah beban menjadi tantangan dan mensupport orang lain, Adapt (Beradaptasi) dengan berfokus dengan hal hal yang menyenangkan. Accept (menerima) yakni belajar menerima walau menyakitkan. Apabila kita sudah terkena maka yang kita lakukan adalah menerima dengan berlapang dada menyerakan semua kepada yang maha kuasa.

 

Assasemen Nasional pengganti UN



Penghapusan  Ujian Nasional 2021 sudah final berdasarkan rapat terbatas pembahasan UN di bulan Maret 2020. Covid 19 inilah yang menjadi alasan utama penghapusan Ujian Nasional. Berdasar SE Mendikbud Nomor 4 tahun 2020 Ujian Nasional dalam posisi dibekukan. Padahal kebijakan penghapusan UN dirancang tahun depan, berhubung covid 2019 ini UN terpaksa ditiadakan dan siswa seakan mendapatkan give away kelulusan mereka. Kelekar anak-anak mereka menamai generasi lulusan mereka dengan "generasi covid"

Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) yang diberi mandat oleh pemerintah sebagai peyelenggara Ujian Nasional dari jalur formal mulai pendidikan dasar dan menengah mempersiapkan pengganti Ujian Nasional di tahun 2021 berupa Assamen Nasional. Pasal 59 ayat 1 UU Sisdiknas yang menyatakan Pemerintah melakukan evaluasi pengelolaan, satuan, jalur, jengang dan jenis pendidikan. Di sadari bahwa pemerintah sampai saat ini belum melakukan peran evaluasi seperti amanat sisdiknas tersebut. inilah yang kemudian menjadi dasar aturan main Assasemen Nasional. 

Asasemen Nasional 2021 dlaksanakan dalam rangka memotret dan memetakan mutu pendidikan pada seluruh sekolah, madrasah dan program kesetaraan jenjang dasar dan menengah. Pengukuran yang pakai adalah literasi dan numerasi sebagai bentuk kompetensi minimalnya. sedangkan sikap, kebiasaan nilai-nilai juag di ukur dengan menggunakan survei karakter. yang terkahir yang diukur adalah kualitas pembelajaran dan iklim sekolah yang menunjang pembelajaran melalui survei lingkungan belajar. 

Asasemen ini diikuti oleh guru, kepala madrasah dan siswa, bukan lagi siswa kelas akhir yang dibidik. bidikan assasemen ini adalah siswa kelas 5,8 dan 11 dari siswa dasar dan menengah. Guru diberikan assasemen dengan mandiri dengan dilakukan survei lingkungan belajar. Kepala Sekolahpun secara mandiri dilakukan assasemen survei lingkungan belajar. 

Tujuan pengadaan assemen sejatinya sangat bagus dalam rangka memetakan mutu pendidikan yang selama ini dinilai masih banyak ketimpangan antara pulau jawa dan luar pulau jawa, ketimpangan kualitas guru Indonesia dibanding negara lain jauhkalah. Kemampuan Analisis tingkat tingginya juga kurang, sehingga ketika mentransfer pengetahuan ke siswa juga sangat kurang dibandingkan dengan guru guru negara lain. Hasil Test PISA pun tahun 2018 anak anak Indonesia menempati skor terendah. (sumber World Economic forum)

Hasil Assemen Nasional ini sebagai langkah awalnya adalah untuk alat evaluasi diri dan perbaikan pembelajaran. karena hasil assasemen ini ditahun-tahun awal bukan sebagai penilaian prestasi dan kinerja guru dan sekolah, maka tidak perlu takut dan phobia dengan assasemen ini. Namun tidak menutup kemungkinan ketika assasemen ini berjalan beberapa tahun kedepan tujuan nya akan berubah dari bukan penilaian prestasi dan kinerja kearah penilaian prestasi dan kinerja guru dan sekolah. 


                                                                                                                                   

Melalui Jalan Terjal Membranding Madrasah


Mengapa harus dibranding, untuk apa sih di branding segala? Kita berjalan apa adanya aja, mengalir bagai air dan berjalan sesuai dengan perintah dan protocol. Guru-guru tidak perlu membuat RPP cukuplah mengajar dengan ikhlas. Karena RPP hanya diperlukan saat persiapan akreditasi aja. Cukup paste dari unduhan RPP yang banyak tersedia di search engine.

Pseudo Formalitas, atau formalitas semu yang ditunjukkan madrasah yang biasa saja. Yang menginginkan sesuatu yang luar biasa,  memang membutuhkan jalan yang Panjang dan berliku untuk menemukan nilai nilai yang mau di internalisasi di madrasahnya. Butuh pengorbanan waktu dan tenaga, butuh biaya, butuh riset dan analisis, perencanaan yang matang dan lain sebagainya.

Madrasah luar biasa diantara yang madrasah yang biasa-biasa saja memang tidak banyak jumlahnya, karena mereka telah memiliki distingsi dan kekhususan yang tidak bisa di tiru oleh kompetitornya. Baik mengenai program, cara dan nilai yang mereka bentuk untuk siswa.

Dan madrasah yang begini (yang memiliki kekhususan) biasanya banyak dilirik oleh pengguna jasa Pendidikan, yakni masyarakat. Mereka berbondong-bondong memasukkan anaknya untuk belajar dan berproses di dalam madrasah yang dipandang memiliki keunggulan.

Keunggulan tidak serta merta datang dan langsung diterima oleh masyarakat. Memerlukan jalan Panjang dan terjal untuk mengubah paradigma. Perubahan paradigma yang tersulit bukan dari masyarakat, namun biasanya dari dalam sendiri. Dari Kepala Sekolah dan Guru. Sudahkah mereka benar benar menginternalisasikan semangat perubahan atau hanya sekedar menjalankan kewajiban datang ke sekolahan dan mengajar.

Bisakah dalam internal sekolah menvisuallisasikan perubahan itu kearah yang positif. Sebagai sebuah contoh, guru yang sering bercanda kelewatan bahkan sering membuli teman gurunya, dilihat oleh murid murid, akhirnya murid juga mendapat angin untuk berbuat hal yang sama dengan teman sebayanya. Mengubah kebiasaan itupun butuh waktu dan benar-benar bisa diperlihatkan hubungan natural tanpa pembulian terhadap sebaya sebagai Langkah nyata mengubah perilaku anak didik.

Memulai datang sebelum waktu masuk itupun masih perlu penanaman kesadaran dan kekuatan dari atasan. Kebiasaan datang saat bel masuk bahkan terlambat agar mulai di kurangi.

Menginvestasikan waktu lebih adalah kunci untuk bisa memunculkan distingsi dan ide ide perubahan. Tidak sekedar menjalankan kewajiban, namun berfikir dan mengkreasi program unggulan yang mampu mencuatkan nama madrasah.

Terlebih lagi saat pandemic covid-19 yang melanda dunia ini, mulai April sampai saat ini pun belum ada tanda mereda dan memaksa sekolah di rumah. Bagaimana kita bisa membranding madrasah kita lebih unggul dari yang lain. Permasalahan yang semakin kompleks menambah deretan panjang hal yang harus kita selesaikan secara cerdas.


Timbul Tenggelamnya Semangat Menulis


Mengikuti Jagongan Santai SPK Tulungagung melalui webinar bersama Bapak Ngainun Na'im (Senin, 19:30) tadi malam adalah  bincang santai dengan tokoh literasi di Tulungagung yang menurut saya luar biasa. Betapa tidak saya yang biasanya bertemu beliau di perkuliahan Metodologi Penelitian, sekarang bisa "njagong" santai. 

Host dari Sahabat Pena Kita saudara Fahru yang memakai kopyah kebanggaan NU, membuka acara setelah teman teman lumayan banyak yang bergabung. Sebenarnya saya tidak bergabung di grup SPK, tapi di grup "kamar sebelah" yakni Ma'arif Menulis. Namun berhubung mentor dari SPK dan Ma'arif menulis sama yakni Dr. Ngainun Na'im, jagongan santai ini digabung diantara grup penggiat literasi di Tulungagung. 

Suara Tokek beberapa kali terdengar menjadi backsound dari Pak Doktor Na'im dalam memulai memantik diskusi malam ini. "Tokek saja ikut webinar" ucap saya dalam hati sambil tersenyum. Asyiknya menjadi peserta webinar kita tidak perlu dandan layaknya mau mengikuti acara di luar, bahkan beberapa teman peserta mengikuti sambil di warung kopi, di kamar dan di ruang keluarga mereka. Saya pun mengikuti Webinar ini sambil menemani anak saya yang barusan saja tidur. Bila saya tinggal dia pasti terbangun dan saya tidak bisa mengikuti acara, akhirnya saya mengikuti acara ini sambil sesekali menepuk-nepuk punggung anak saya supaya lena tidurnya. 

Tema diskusi tadi malam adalah "apa yang menjadi masalah dalam menulis" beberapa di antaranya mengemukakan dengan kejenuhan dengan aktivitas yang berulang dan monoton. Menginginkan ada semacam reward dan menginginkan adanya kritik sehingga tulisan mereka berkembang. 

Saya sendiri paling takut dikritik, karena alih-alih menambah berkembang tulisan saya, yang terjadi adalah saya takut untuk menulis. Di kritik dalam Bab I di Laporan Akhir saya saja selama empat bulan saya biarkan dan tidak saya sentuh laporan itu. Di blog ini kemudian saya bisa menuliskan apa saja yang ingin saya tulis dengan bebas dan tanpa beban. 

Menulis adalah sebuah ketrampilan, tidak serta merta langsung bisa bagus dan baik. Saat pertama menjadi annggota penulis di sebuah diklat yang diadakan Ma'arif, saya sangat bersemangat sekali dan memiliki motivasi yang luar biasa untuk menulis. Dibawah arahan Pak Doktor Ngainun Na'im kami sempat membuat ontologi, membuat blog dan mengisinya dari hari ke hari. Hari-hari di bulan pertama kedua semua peserta sangat aktif menulis, bahkan sehari ada yang bisa menghasilkan dua bahkan tiga tulisan. Sayapun termasuk yang aktif mengisi blog. hampir seratus tulisan saya buat dalam waktu tiga bulan. 

Setelah itu, ibarat badai menerpa seluruh anggota grup tiarap dalam menulis. Yang semula dalam grup ada 16 sampai 20 tulisan, di dua bulan terakhir ini nir tulisan yang di unggah di blog dan dishare di grup. Persoalan rutinitas pekerjaan yang menggelayut, persoalan pribadi dan kejenuhan melanda. Kemudian berhenti menulis.

Inilah yang saya ibaratkan bahwa menulis itu ibarat mengarungi biduk pernikahan. Di awal-awal terlihat keindahan dan semangat dalam mengarungi bahtera rumah tangga, ketika ada masalah melanda akan timbul rasa sakit, rasa tidak cocok lagi dengan pasangan dan lain sebagainya. 

Akankah semangat menulis ini tetap hilang dari hati sanubari kita? Sedangkan di luar sana banyak yang menginginkan seperti kita dan memulai menapaki penjajagan dalam dunia menulis. Timbul tenggelam semangat itu adalah wajar, namun bisa disiasati untuk tetap memegang semangat itu tetap ada di hati kita, yakni dengan bergabung dengan orang yang memiliki nada dan semangat yang sama dalam menulis. Sehingga kita bisa melakukan aktivitas menulis itu dengan enteng dan bahagia bersama orang orang yang memiliki rampak jejak langkah yang sama.     

Beras Kencur






Saat membaca kalimat Beras kencur yang terlintas di benak kita adalah minuman jamu khas Indonesia yang menyegarkan. Rasanya khas kencur yang agak petar dan pedas dicampur dengan beras yang dihaluskan. Berkhasiat untuk kesehatan badan membangkitkan kembali vitalitas dan menambah nafsu makan. Ada pula beras kecur yang digunakan untuk bobok (olesan) memar saat kita terjatuh. dan ini yang akan saya ceritakan pada tulisan ini. 

Beberapa waktu yang lalu kakak ipar saya terjatuh dari sepeda saat di turunan jalan yang curam dan tidak beraspal. Beberapa dari kami yang melihat insiden ini segera menolong dan yang terjatuh sambil meringis menahan sakit tertawa dan seakan mengatakan tidak apa-apa. Mungkin juga malu dengan keadaan sudah besar koq masih jatuh dari sepeda. 

Celana dibagian lulut yang koyak dan luka memar yang ada di sekitar lutut. Namun kakak saya memaksakan tetap mengayuh sepeda sampai rumah yang jaraknya masih lumayan jauh. Setiba di rumah segera di obati dengan olesan beras kencur. Resep ini dari orang-orang zaman dahulu yang mengoleskan beras kencur sebagai penghilang rasa sakit dan mengempiskan benjolan di tubuh setelah kena benturan. 

Di Minggu lalu saya yang terjatuh dari sepeda. Duh. malu banget rasanya ketika stang sepeda saya saya berdempetan dengan stang sepeda suami saya. suara gedubrak sepeda jatuh beserta awak yang menunggangi sepeda dan pipi ini langsung nyungsep di aspal, langsung benjol. Saat itu anak saya yang biasa ikut naik sepeda dengan kami didepan sepeda bapaknya, juga ikutan jatuh, namun Alhamdullah dia tidak apa-apa. 

Meringis menahan sakit dan malu juga akhirnya saya alami. Terlebih lagi saat itu bersama teman Kepala Madrasah dari MTs Al Huda Tulungagung yang khusus datang untuk bersepeda ke Alam Kandung bersama kami. Sontak saja mereka pengin membantu. Saya malu banget ketika bentuk ketidak hati-hatian kita menyebabkan benjol di pipi. 

Sampai di rumah saya tidak langsung mengobati luka jatuh dari sepeda. Selepas tamu istimewa pulang barulah kaku di beberapa bagian tubuh ini terasa banget. Sampai menjadi Imam sholat Dhuhur ibu saya rekaat kedua saya hampir tidak bisa berdiri. Beberapa bulan ini Ibu kesulitan berjalan ke Masjid. Akhirnya Setiap sholat wajib saya mengimami beliau. Dan sore hari saya masih ada acara buwuh di Tulungagung. 

Selepas Maghrib benar benar terasa sakitnya badan ini. Akhirnya saya cerita kepada ibu kejadian siang tadi. Ibu kaget sekali dan malah menyalahkan saya, kenapa tidak cerita saat siang tadi. Meski dengan menggerutu dia langsung membuatkan bobok beras kencur. Saya balurkan ke beberapa tubuh yang yang sakit. Saya buat tidur. Bangun di Pagi hari berkurang sakit di dibadan, Terimakasih Ibuk.. berkat beras kencurmu reda sakit di badanku 

SILENT REVOLUTION




Saya tidak pernah membayangkan dunia tekhnologi ini berkembang pesat secepat ini. Kecil saya masih bermain gundu, bermain "plinthengan", bermain masak masakan dan jualan dari pelepah pisah yang di iris sedemikian rupa, di namai wajik, iwak pethek, teri-terian, tahu, tempe dan lain sebagainya di belakang rumah dengan membuat rumah gubung beratap daun pisang. Jauh dari Youtube, Angry bird yang bermain plinthengan (ketapel) maya. Jauh pula dari namanya Handphone (gawai). 

Tahun 2000 an mulai marak dengan namanya telepon genggam, dan semakin pesat berkembang sejak adanya pandemi virus yang melanda dunia di awal tahun 2020. Hampir seluruh gerak manusia ditemani oleh aplikasi dan platform. Mulai dari dunia kerja, pendidikan, perdagangan, dan bisnis. Pertemuan pertemuan virtual  semakin  marak sejalan dengan berjamurnya platform baru terkait dengan video Conference. 

Banyak kebiasaan-kebiasaan yang telah berubah yang tanpa kita sadari terjadi dan memaksa kita beradaptasi didalamnya. Mengadaptasi kebiasaan yang baru seperti sekolah yang dulu tidak boleh membawa HP sekarang HP menjadi barang wajib yang harus dimiliki siswa, sekolah tidak perlu membawa buku, cukup mengerjakan lewat google form,  siswa tidak perlu berpakaian seragam ke sekolah karena cukup mengerjakan kelasnya virtual dan di rumah atau di tempat tempat yang memiliki fasilitas Wi Fi. Ini yang di sebut dengan Silent Revolution. 

Istilah silent revolution di Indonesia sebenarnya telah dikenal sejak zaman Reformasi 1998 yang melengserkan Soeharto dari kursi kepresidenan dan  2009 saat partai partai politik mengubah cara penetrasi ke konstituen dari cara cara kampanye, menggerakkan massa yang besar dan safari politik, ke arah persaingan melalui media Radio, Televisi, Surat Kabar dan Majalah yang lebih efisien untuk menyebarkan persuasi yang paling massif kepada konstituen (diambil dari Laporan LSI mengenai silent revolution partai). 

Kini Silent Revolution merambah ke dunia pendidikan. Revolusi diam-diam yang menggantikan habitual siswa, bahkan seakan mencerabut siswa dari masa bermain dan belajar mereka dari kehidupan bersosial kepada tatanan asosial melalui media sosial. Mereka ramah di chat, belum tentu bisa ramah saat bertemu muka. Etika, Akhlak dan Kebiasaan baik sekarang terancam digantikan peran kesehariannya dengan berada di depan layar monitor dan layar 7 inchi dari HP mereka untuk melihat seisi dunia ini. 

Dampak baiknya adalah banyak programmer, muncul dari kaum muda. Banyak penulis yang memanfaatkan blog untuk mengembangkan bakat menulisnya dan dibaca oleh banyak pembaca di seluruh dunia. Namun tidak sedikit pula dampak buruk tekhnologi yang membayangi masa depan generasi muda kita. 



Kompetensi (yang terabaikan)

Pandemi Covid ini terasa tambah tidak karuan. Informasi semakin simpang siur, seriring menipisnya ketakutan masyarakat terkena virus ini, seiring pula dengan pertambahan penderita virus ini. 

Setiap hari kita mendengar dan melihat dari media audiovisual banyak korban virus ini yang meninggal, di rawat dan isolasi mandiri. Trenyuh mendengarnya. Semoga yang terkena virus ini bisa bertahan dan bisa melanjutkan aktivitas kesehariannya dikelak sembuhnya. 

Pendidikan di era Covid ini yang benar benar terkena imbas nyata. Siswa sekolah tetapi dengan sistem online dari rumah. Dengan SK darurat dari kementerian pendidikan dan kementerian agama untuk melaksanakan daring dilaksanakan demi menjaga anak bangsa. 

Beberapa pembelajaran daring mengajarkan kompetensi inti yang diharapkan mampu mencakup KI1, KI2 dan KI3. Yakni spiritual, sosial dan nalar siswa. Namun secara nyatanya dua kompetensi, kompetensi spiritual dan sosial lebih di abaikan siswa, mereka mengerjakan tugas tugas pengetahuan saja. 

Pembiasaan pembiasaan yang dilakukan hanya sekedar penggugur kewajiban, banyak yang tidak membekas dalam diri mereka. Bahkan banyak diantaranya yang tidak belajar. Dengan dalih kuota habis, tidak bisa mengikuti pembelajaran online dan lain sebagainya. 

Sungguh sangat disayangkan ketika pembelajaran online ini diikuti siswa sambil nongkrong di kafe. Tentu siswa setaraf SD dan SMP masih harus belajar tatakrama dan etika. Mereka seakan semakin susah dididik akhlak dan etika.

SELEKTIF

Saat belum memiliki pasangan hidup, banyak tetangga, teman dan saudara yang menganyakan kapan menikah. Ayolah segera menikah, menikah itu enak nya 1 persen yang 99 persen enakk….. Kita yang belum menikah pasti bertanya-tanya dan menginginkan segera memiliki yang namanya pasangan hidup suami atau istri. Saat masih sendiri dunia ini seakan luas sekali, terserah mau kemana dan mau bersama siapa tidak ada yang mengganggu dan mempermasalahkan. 

Mau aktif di organisasi tidak ada yang melarang, mau bekerja ataupun melakukan aktivitas social lainnya tidak ada yang melarang dan tidak ada yang diberatkan. 

Menurut teman-teman apakah kondisi yang seperti ini sama juga ketika kita sudah menikah? Jawabnya tergantung. Beberapa pasangan yang istri atau suaminya juga aktivis membolehkan kita melakukan kegiatan kegiatan di luar pekerjaan yang menyita banyak waktu dan tenaga. Untuk kebutuhan berkumpul dan berorganisasi. 
Namun yang menjadi masalah adalah apabila seorang aktivis memiliki pasangan hidup yang bukan aktivis. Sudah pasti banyak yang akhirnya berhenti dari organisasi dan dengan terpaksa berhenti di rumah saja untuk mengurusi suami, anak dan mungin orang tua di rumah. 
Maka dari itu yang diperlukan sebelum menikah adalah selektif memilih bakal pasangan hidup. 

Selain Takdir dan jodoh, manusia diwajibkan untuk ikhtiar dan berusaha untuk mencari yang terbaik. Pasangan hidup adalah seseorang yang akan menemani kita dalam kurun waktu yang tidak pendek. Lagi lagi apabila kita ditakdirkan untuk bisa hidup lama. Pasangan hidup kita akan menemani kita dalam suka dan duka. 

Ketika suka semua orang pasti merasa bahagia, merasa tidak ada masalah dan merasa harmonis dengan pasangan. Namun saat badai masalah melanda diperlukan kekuatan lahir dan batin untuk menghadapi masalah itu dan meredakan masalah tersebut.

Sebuah contoh kecil masalah kecil namun akan menjadi besar apabila tidak di manage secara baik dalam rumah tangga. Saat istri memiliki peran ganda di pekerjaan dan rumah. Pulang kerja capek membersihkan rumah, menyiapkan makanan dan mengurus anak. Suami pulang tidak segera menyapa istri namun langsung rebahan dan asyik dengan handphone nya. 

Dalam bayangan istri suami ini tidak lagi perhatian dan menghargai jerih payahnya sebagai istri mengelola rumah tangga. Sedangkan di mata suami, saat dia pulang kantor capek dan banyak masalah terjadi di kantornya, mungkin lebih baik tidak mengatakannya kepada istri karena dia sudah capek dengan pekerjaan di rumah dan pekerjaannya juga di kantor. Akhirnya dia hanya bisa diam sambil bermain gawai untuk menghilangkan penat yang ada di otaknya. 

Butuh banyak seni merawat keharmonisan rumah tangga dan butuh banyak perhatian kepada pasangan apabila kita telah memutuskan untuk hidup berumah tangga. Semakin lama berumah tangga bukan semakin sedikit masalah namun semakin banyak masalah. Apabila masalah bertumpuk-tumpuk dan jarang berkomunikasi untuk sekedar meringankan masalah, maka perceraian bisa saja terjadi. 

Selektif dalam memilih pasangan dan berkomunikasi dengan baik dalam menyelesaikan masalah kecil dan masalah besar adalah kuncinya.

Featured Post

RESENSI (Pesantren, Kampus Islam dan Moderasi beragama)

  Pesantren, Kampus Islam dan Moderasi beragama Karya Ngainun Naim, Abad Badruzzaman Halaman 288 + vi diterbitkan oleh Akademia Pustak...