Langsung ke konten utama

Menulis (Lagi)

 



Sekian lama tertidur dari aktivitas ini, menyebabkan kebuntuan di otak saya. Mau menulis apa, topik apa yang akan saya tulis. Benar benar satu hal yang memeras otak dan pikiran. Selepas subuh sampai satu jam ke depannya, saya hanya bisa duduk di depan laptop tanpa bisa menulis satupun. Rasanya benar benar tumpul otak saya.

Ibarat mata pisau yang tidak pernah di asah, seperti itulah keadaan saya saat ini, tumpul dan mati ide.  meninggalkan laptop selama sebulan lebih membuat tangan saya kaku tatkala menombol tuts keyboards. Beberapa kali bahkan puluhan kali menggunakan tombol backspace untuk menghapus tulisan yang ingin saya tulis tapi tidak jadi. Salah menulis dan beberapa kata-kata yang saya rasa kurang bagus.

Kemampuan menulis memang bukan di dapat langsung dari bakat. Katanya orang orang bukan taken for granted tiba tiba bisa dengan kemampuan super. Tetapi menulis memang sebuah ketrampilan yang selalu butuh di asah. Saya harus menggunakan Bahasa ahli yang saya lihat dari mesin pencari mengenai ketrampilan menulis. Menulis sebagaimana yang diungkapkan oleh Ahmad Rofi’udin dan Darmiyati Zuhdi ketrampilan menulis ini adalah ketrampilan menuangkan pikiran, gagasan, pendapat tentang sesuatu, tanggapan tentang suatu pernyataan keinginan, atau ungkapan perasaan dengan menggunakan Bahasa tulis.

Menurut saya menggunakan bahasa tulisan dalam mengekspresikan sesuatu yang ada dipikiran sebenarnya sudah lama saya lakukan. Mulai membuat diary sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Atas. Menulis apa saja yang waktu itu ada didalam perasaan, kegiatan yang menyenangkan, menyedihkan, lucu dan terlebih lagi saat itu gemar menulis romansa saat pubertas.

Seiring dengan aktivitas pekerjaan, tenyata meluangkan waktu untuk menulis bukanlah hal yang mudah. Saya salut dengan orang orang yang bisa meluangkan waktu disela kesibukannya yang berjibun, namun tetap istiqomah dalam menulis.

Menjadi ibu rumah tangga, bekerja, dan di tambah lagi dengan merawat ibu yang sedang sakit. Membuat alasan saya untuk berhenti membuka laptop. Menfokuskan diri mengupayakan terapi untuk kesembuhan ibu menurut saya hal itu yang harus saya dahulukan daripada menulis.

Saat ini saya bisa agak bernafas lega karena beliau sudah jauh mendingan. Ditambah lagi pagi ini hujan mengguyur bumi. Merupakan waktu istimewa untuk saya menikmati suasana pagi dengan tulisan.

Komentar

Posting Komentar

Popular Post

RESENSI (Pesantren, Kampus Islam dan Moderasi beragama)

  Pesantren, Kampus Islam dan Moderasi beragama Karya Ngainun Naim, Abad Badruzzaman Halaman 288 + vi diterbitkan oleh Akademia Pustaka Begawan literasi di UIN SATU Tulungagung menghadiahkan buku ini pada resensator dengan catatan tulis tangan yang indah berisi tulisan adalah produk intelektual yang perlu di rawat dengan sepenuh jiwa. Sebuah kalimat yang mendalam untuk yang mampu menumbuhkan motivasi yang mendalam untuk menekuni dunia sepi membuahkan tulisan.   Penulis buku moderasi beragama yang di tulis secara duet oleh master di bidang metodologi Islam dan kelimuan tafsir hadis dan ilmu Al Qur’an, para professor ini menyoroti keberadaan Islam, pesantren dan karakter muslim dengan moderasi beragama. Isi Buku Terdiri dari 5 bab yang dimulai dengan pesantren dan dialetika sosial budaya, moderasi beragama sebuah tinjauan umum, pesantren dan perguruan tinggi serta moderasi beragama kebijakan, strategi dan implementasi. Pemembahasan mulai aspek berbeda dari pendidika...

Menggapai Ampunan Berbuah Surga

Bersegeralah mencapai ampunan Allah. Dan imbalannya adalah Surganya Allah yang luasnya seluas langit dan bumi. Surga ini diperuntukkan kepada orang orang yang bertakwa. Makna Langit disini dimaknai semua hal di luar bumi yakni alam semesta adalah langitnya Allah. bukan hanya seluas satu bintang yakni matahari dan 8 planetnya, bukan pula hanya satu galaksi yang berisi sekian milyar bintang. namun sekian milyar galaksi.  Surga seluas langit dan bumi ini diperuntukkan kepada siapa saja yang bisa bersegera mencari ampunan Allah, mereka adalah orang orang yang bertakwa. Siapa orang yang bertakwa dijelaskan di lanjutan ayat dari Surat Ali Imron ayat 134 yakni:  Pertama orang yang menafkahkan hartanya disaat lapang dan sempit . Menafkahkan harta untuk kebaikan dikala mereka kelebihan harta maupun saat kekurangan. Kebiasaan kita adalah tidak mau berbagi disaat kita merasa kekurangan.  Orang yang bisa Menafkahkan hartanya pasti akan banyak kawan. Sebaliknya orang yang kikir dan ...

Hujan di Bulan Juli

Hega menghela nafasnya dengan berat.. “Huuftt mendung, Apakah akan hujan di hari yang dingin ini?” ucapnya dalam hati. Benar karena ini bulan Juli bulan dimana negeri tropis seperti Indonesia ini sedang musim dingin. Udara dingin memang kadang tidak bersahabat. Tapi Hega sangat suka dengan musim dingin dari pada musim hujan. Bukannya benci dengan hujan. Ada beberapa serpihan kenangan duka terselip di kehidupan Hega saat kuliah dulu. “Ga…., “ teriak seseorang Hega menoleh, ternyata sahabatnya yang memanggilnya di depan perpustakaan. Wajah manis dalam senyuman dan mata lugunya membuat Hega menyambutnya dengan senyuman juga. “Ada Apa, Is?” tanyanya. “Besok kamu bisa ikut acara MUSDEGA? Kamu kan kerani. Wajib Ikut lho… “ Tanya si Aisyah. Bukan hanya tanya tapi dia lebih kepada memastikan kehadiran Hega untuk musyawarah Pandega yang akan diadakan hari Sabtu sampai Minggu esok hari. “Belum pasti” jawab Hega lesu dengan menekuk mukanya. “Ayolah semangat.. kamu past...

Kupatan

Pagi selepas jamaah subuh pada hari raya ke-8 Idul Fitri ini saya bergegas menuju dapur untuk mempersiapkan ketupat dan launya untuk dibawa ke masjid. Setiap hari bulan Syawal tanggal 8, pagi sebelum matahari terbit, tradisi di desa kami selalu mengadakan kendurian ketupat di masjid dengan seluruh masyarakat di sekitar Sewaktu kecil saya ketika bapak masih ada selalu di bangunkan dan diajak untuk kenduri di masjid. Meski dingin pagi saya semangat untuk mandi dan bersiap. Bahagianya   ketika menerima bagian ketupat dan melahapnya dengan lauk sayur blendrang dan sedikit taburan kedelai gorang yang dihaluskan, sangat enak. Sekarang gantian anak-anak yang merasakan kebahagiaan itu, mereka bersemangat untuk mempersiapkan diri ke masjid dengan mandi dan berpakaian, kemudian mengikuti ayahnya untuk bersiap ke masjid. Si kecil yang pulas dalam tidurnya terbangun mendengar kesibukan kakak-kakanya, dan berteriak “ikut”. Kupatan yang masih sangat berkesan bagi saya adal...