Strategi Kepala Madrasah dalam Pengembangan Literasi Digital

 



 

Sesungguhnya tidak ada sekolah yang buruk. Yang ada adalah sekolah dengan menejemen yang buruk. Manajamen menentukan kemakamuran sebuah sekolah. Letak manajemen itu berada di pundang seorang kepala sekolah. Sebagai Top manajemen / manajemen puncak untuk menentukan keteraturan dan keunggulan sebuah sekolah.

Proses mengelola sekolah tidaklah mudah. Butuh kerja keras dan kerja cerdas dan sabar. Butuh power pemimpin yang kuat dalam memanaj sekolah. Manajerial di sekolah mulai dari perencanaan, organisasi, aktualisasi dan control membutuhkan komitmen dan strategi pelaksanaan kepala madrasah.

Dalam perkembangannya, pembelajaran berkembang dari konvensional kea rah digitalisasi. Buntut adanya pandemic covid 19. Sumber belajar tidak lagi dari buku dan slide, namun sumber belajar bisa diambil dari website diseluruh dunia. Kelas tidak hanya berkutat dalam ruangan kotak 6 x 7 meter tapi sudah berubah menjadi kelas dunia.

Senada dengan salah satu program prioritas kementerian agama yakni transformasi digital bisa menjadi akar pengembangan literasi digital di madrasah. Strategi kepala madrasah dalam pengembangan literasi digital ini dapat ditempuh dengan beberapa hal.

      Penguatan Kapasitas Fasilitator

Fasilitator yang dimaksud disini adalah guru. Bagaimana guru bisa mengembangkan pembelajarannya kearah literasi digital. Guru harus literate dulu sebelum memberikan pembelajaran digital ke siswa. Maka penguatan kapasitas guru mutlak diperlukan.

Beberapa alat bantu untuk mengakses dan mempermudah siswa belajar mengenai sebuah materi tentunya guru perlu tahu, tidak sekedar tahu tapi juga bisa mendalami. Kegiatan yang bisa dilakukan adalah membekali guru dengan digital skill bagaimana membuat blog. Selain digital skill guru harus tahu digital ethic, digital culture dan digital safety.

Guru bisa memiliki blog dari beberapa penyedia layanan blog baik yang tidak berbayar maupun premium. Adapun yang tidak berbayar bisa di akses dari. google.site, blogspot.com,  wordpress.com, medium.com, penzu.com, webs.com, weeby.com, wix.com dan lain lain.  


      Peningkatan Jumlah dan Ragam Sumber Belajar Bermutu

Akses internet dibuka seluas luasnya untuk kita. Perlu kita memanfaatkan kemudahan era digital ini kearah peningkatan kualitas dan kuantitas sumber belajar kita. Sumber belajar di era digital mulai ada pergeseran dari alat, media dan bahan dan tekniknya. Yang harus diperhatikan adalah ada dua sumber belajar yang dirancang (by design) dan sumber belajar yang dimanfaatkan (by utilization).

Ragam sumber belajar digital bisa dengan media social. Apabila siswa memiliki ketertarikan kepada belajar kelompok/ kolaboratif bisa memakai media facebook, blog.

Siswa yang memiliki kreatifitas bisa berselancar memakai Instagram, mengerjakan tugas dengan aplikasi aplikasi creator seperti canva, kinemaster, flayer maker, pixel lab dan lain lain.

Banyak pula laman laman web yang menyediakan sumber belajar secara free seperti al qur’an digital, do’a keseharian, tahlil, perpustakaan digital, dongeng anak nusantara dan lain lain.

      Perluasan Akses Sumber Belajar Bermutu dan Cakupan Peserta Belajar

Menuju world class dengan cara mengakses sumber belajar dari manapun untuk peningkatan mutu belajar siswa. Siswa dan guru merupakan jejaring dan berkolaborasi dalam kesuksesan belajar. Cakupan belajar sangat luas dengan penerapan pembelajaran kontekstual dimana siswa diarahkan mandiri dalam menemukan pemahaman, baik di rekayasa dengan system project based learning, problem solving, inquiry, discovery, saintifik.

      Peningkatan pelibatan publik (Sharing session, pelibatan pemangku kepentingan, penguatan forum ortu dan masyarakat)

Pelibatan public ini bisa dilakukan dalam rangka sebagai control social kepada dunia Pendidikan khususnya madrasah. kegiatan pelibatan ini bisa berupa focus discussion grup dengan komite atau pun yayasan. kegiatan inipun tidak harus selalu dalam kondisi luring tapi bisa diadakan secara daring ataupun hybrid. Pemangku kepentingan dalam hal ini adalah pejabat terkait dengan madrasah seperti pengawas, kasi pendma dan kepala kementerian agama.

Kegiatan pelibatan public ini bisa dilakukan dengan survey kepuasan pelanggan.

      Penguatan Tata Kelola - Pengembangan system (e-administrasi), pembuatan kebijakan terkait literasi digital)

Dalam rangka menuju organisasi modern yang transparan dan akuntabel, maka perlu adanya penguatan tata Kelola dan pengembangan system e administrasi. Kementerian agama telah berkomitmen untuk meningkatkan sumberdaya dengan program REP-MEQR (Relizing Education Promise- Madrasah Education Quality Reform) dengan berbagai peningkatan mutu madrasah. programnya adalah penerapan system rencana kerja dan anggaran madrasah berbasis digital melalui e-RKAM, penerapan system hasil belajar siswa baik numerasi, literasi, sain dan social budayanya, pengembangan keprofesian guru berkelanjutan (PKB).

Abad 21 ini memerlukan ketrampilan terapan bukan lagi hard skill namun juga soft skill. Ketrampilan merupakan hal yang selalu di asah. Bukan serta merta pemberian. Bukan pula ilmu laduni. Tapi melalui proses Panjang dan kontinyu.

 

2 komentar:

Featured Post

RESENSI (Pesantren, Kampus Islam dan Moderasi beragama)

  Pesantren, Kampus Islam dan Moderasi beragama Karya Ngainun Naim, Abad Badruzzaman Halaman 288 + vi diterbitkan oleh Akademia Pustak...