Langsung ke konten utama

Aku Tidak Baik Baik Saja

 

Menulis adalah ketrampilan tertinggi di antara aspek kebahasaan. Membaca, mendengar dan berbicara menulislah yang paling akhir dari tujuan pembelajaran. Pendapat Saleh Abbas seorang pakar menulis, mengemukakan keterampilan menulis adalah kemampuan mengungkapkan gagasan, pendapat, dan perasaan kepada pihak lain dengan melalui bahasa tulis. Ketepatan pengungkapan gagasan harus didukung dengan ketepatan bahasa yang digunakan, kosakata dan gramatikal dan penggunaan ejaan.

Maksud dari penulis menulis sebuah tulisan tentu saja berbeda-beda. Ada yang ingin mengungkapkan perasaan,  Menjadikan pembaca ikut berpikir dan bernalar, Membuat pembaca tahu tentang hal yang diberitakan, Menjadikan pembaca beropini, Menjadikan pembaca mengerti, Membuat pembaca terpersuasi oleh isi tulisan, Membuat pembaca senang dengan menghayati nilai-nilai yang dikemukakan seperti nilai kebenaran, nilai agama, nilai pendidikan, nilai sosial, nilai moral, nilai kemanusiaan dan nilai estetika

Tulisan bukan lahir begitu saja, pasti tulisan muncul saat ada keresahan dan keinginan dari penulis untuk membagi kepada pembacanya. Proses kreatif dalam diri setiap orangpun berbeda beda, dengan media yang sangat luas dan terbuka, semua orang bisa mengemukakan tulisan melalui media sosial yang berkembang saat ini.

Namun, menurut Ulil Absar Abdalla proses kreatif sekarang yang sudah banyak berkembang dalam menulis, belum disertai dengan kualitas tulisan yang bagus. Secara isi, gramatikal maupun narasinya. Pendapat ini beliau sampaikan saat Kopdar teman SPK se Indonesia awal februari ini.

Karena sesungguhnya disadari apa tidak keluasan mendapatkan informasi dan mendapatkan akses untuk bisa menampilkan tulisan sekarang sangat deras kran informasi itu, berbeda dengan zaman dulu era “kompas” beliau menyebutnya untuk kalangan cendekia yang berkarya melalui opini di media massa- kompaslah media terkeren waktu itu yang menyaring tulisan tulisan para cendekia untuk dimuat.

Sekarang tulisan bila tidak dipublikasikan oleh media massa banyak yang tidak ambil pusing. Ada facebook, ada twitter, ada blog untuk wadah para penulis menuangkan pikirannya.

Tidaklah cukup dengan keresahan untuk menulis. Ternyata butuh motivasi internal dan eksternal yang melingkupi diri ketika memang benar-benar mau menulis secara kontinyu. Dorongan secara eksternal bisa didapat dengan berkumpul dengan komunitas yang satu frekuensi. Secara internal menjaga keajegan / istiqomah yang paling sulit dilakukan, apalagi buat penulis pemula.  

Maka dengan merasa kita “tidak baik baik saja” saat tidak menulis, dan meluangkan waktu untuk menghadap tuts keyboard computer. Menuangkan ide dan perasaan atau tema yang ada di kepala kita, mengurangi kerja otak untuk menyimpan memori atau ingatan dituangkan dalam tulisan. Orang bisa lupa tapi tulisan yang mengingatkan.

Komentar

Posting Komentar

Popular Post

RESENSI (Pesantren, Kampus Islam dan Moderasi beragama)

  Pesantren, Kampus Islam dan Moderasi beragama Karya Ngainun Naim, Abad Badruzzaman Halaman 288 + vi diterbitkan oleh Akademia Pustaka Begawan literasi di UIN SATU Tulungagung menghadiahkan buku ini pada resensator dengan catatan tulis tangan yang indah berisi tulisan adalah produk intelektual yang perlu di rawat dengan sepenuh jiwa. Sebuah kalimat yang mendalam untuk yang mampu menumbuhkan motivasi yang mendalam untuk menekuni dunia sepi membuahkan tulisan.   Penulis buku moderasi beragama yang di tulis secara duet oleh master di bidang metodologi Islam dan kelimuan tafsir hadis dan ilmu Al Qur’an, para professor ini menyoroti keberadaan Islam, pesantren dan karakter muslim dengan moderasi beragama. Isi Buku Terdiri dari 5 bab yang dimulai dengan pesantren dan dialetika sosial budaya, moderasi beragama sebuah tinjauan umum, pesantren dan perguruan tinggi serta moderasi beragama kebijakan, strategi dan implementasi. Pemembahasan mulai aspek berbeda dari pendidika...

Menggapai Ampunan Berbuah Surga

Bersegeralah mencapai ampunan Allah. Dan imbalannya adalah Surganya Allah yang luasnya seluas langit dan bumi. Surga ini diperuntukkan kepada orang orang yang bertakwa. Makna Langit disini dimaknai semua hal di luar bumi yakni alam semesta adalah langitnya Allah. bukan hanya seluas satu bintang yakni matahari dan 8 planetnya, bukan pula hanya satu galaksi yang berisi sekian milyar bintang. namun sekian milyar galaksi.  Surga seluas langit dan bumi ini diperuntukkan kepada siapa saja yang bisa bersegera mencari ampunan Allah, mereka adalah orang orang yang bertakwa. Siapa orang yang bertakwa dijelaskan di lanjutan ayat dari Surat Ali Imron ayat 134 yakni:  Pertama orang yang menafkahkan hartanya disaat lapang dan sempit . Menafkahkan harta untuk kebaikan dikala mereka kelebihan harta maupun saat kekurangan. Kebiasaan kita adalah tidak mau berbagi disaat kita merasa kekurangan.  Orang yang bisa Menafkahkan hartanya pasti akan banyak kawan. Sebaliknya orang yang kikir dan ...

Hujan di Bulan Juli

Hega menghela nafasnya dengan berat.. “Huuftt mendung, Apakah akan hujan di hari yang dingin ini?” ucapnya dalam hati. Benar karena ini bulan Juli bulan dimana negeri tropis seperti Indonesia ini sedang musim dingin. Udara dingin memang kadang tidak bersahabat. Tapi Hega sangat suka dengan musim dingin dari pada musim hujan. Bukannya benci dengan hujan. Ada beberapa serpihan kenangan duka terselip di kehidupan Hega saat kuliah dulu. “Ga…., “ teriak seseorang Hega menoleh, ternyata sahabatnya yang memanggilnya di depan perpustakaan. Wajah manis dalam senyuman dan mata lugunya membuat Hega menyambutnya dengan senyuman juga. “Ada Apa, Is?” tanyanya. “Besok kamu bisa ikut acara MUSDEGA? Kamu kan kerani. Wajib Ikut lho… “ Tanya si Aisyah. Bukan hanya tanya tapi dia lebih kepada memastikan kehadiran Hega untuk musyawarah Pandega yang akan diadakan hari Sabtu sampai Minggu esok hari. “Belum pasti” jawab Hega lesu dengan menekuk mukanya. “Ayolah semangat.. kamu past...

Kupatan

Pagi selepas jamaah subuh pada hari raya ke-8 Idul Fitri ini saya bergegas menuju dapur untuk mempersiapkan ketupat dan launya untuk dibawa ke masjid. Setiap hari bulan Syawal tanggal 8, pagi sebelum matahari terbit, tradisi di desa kami selalu mengadakan kendurian ketupat di masjid dengan seluruh masyarakat di sekitar Sewaktu kecil saya ketika bapak masih ada selalu di bangunkan dan diajak untuk kenduri di masjid. Meski dingin pagi saya semangat untuk mandi dan bersiap. Bahagianya   ketika menerima bagian ketupat dan melahapnya dengan lauk sayur blendrang dan sedikit taburan kedelai gorang yang dihaluskan, sangat enak. Sekarang gantian anak-anak yang merasakan kebahagiaan itu, mereka bersemangat untuk mempersiapkan diri ke masjid dengan mandi dan berpakaian, kemudian mengikuti ayahnya untuk bersiap ke masjid. Si kecil yang pulas dalam tidurnya terbangun mendengar kesibukan kakak-kakanya, dan berteriak “ikut”. Kupatan yang masih sangat berkesan bagi saya adal...