Ibadah di Madrasah

 


Di Indonesia ini sejak zaman sebelum kemerdekaan sudah dikenal Namanya madrasah. Awal nya adalah tempat mengaji dan mengkaji ilmu agama. Seiring waktu nama madrasah dipatenkan menjadi lembaga formal yang berada di bawah naungan kementerian agama.

Madrasah yang dikelola pemerintah dan madrasah yang dikelola masyarakat memiliki perbedaan dari segi pendanaan. Ketersediaan tenaga Pendidikan dari aparatur sipil negara, dan fasilitas lainnya.

Madrasah yang dikelola masyarakat penuh dengan liku dan ceritanya masing masing. Ada yang luar biasa maju dan berkembang ada pula yang biasa biasa saja. Pun ada madrasah yang kembang kempis dengan segala keterbatasannya. Kesulitan pendanaan, minimnya fasilitas dan juga kurangnya animo masyarakat menitipkan Pendidikan anaknya ke sana.

Masa PPDB adalah masa yang paling menegangkan sekaligus merana untuk madrasah yang seperti ini. Mau bersaing bagaimanapun akan sulit dengan madrasah yang sudah memiliki nama atau madrasah baru yang memiliki tokoh berpengaruh seperti kyai dan ulama yang menjadi pengasuh dan penanggung jawab nya. Madrasah ini semakin terseok dalam mencari siswa.

Perang banner dengan madrasah lain, perang promosi dengan berlomba memberikan fasilitas gratis baju, buku, tas dan bebas uang Pendidikan. Dari pintu ke pintu menawarkan sekolahnya. Apakah laku, tidak juga. Bahkan banyak yang mencibir dan mengatakan anaknya mau di sekolahkan ke madrasah X yang punya kualitas lebih baik.

Bahkan guru guru rela untuk memberikan uang gaji mereka yang tidak seberapa untuk dibelikan kain seragam untuk siswa. Karena anggaran yang tidak ada. Kepala dan pengurus juga tidak kalah pusing dengan mencoba segala inovasi yang mereka bisa demi menarik minat dari masyarakat.

Ada satu penyataan yang memotivasi mereka adalah memperjuangkan madrasah itu adalah ibadah. Sedangkan ibadah itu tidak hanya mencari kemudahan saja. Namun ada makna pengorbanan didalamnya. Pengorbanan ini yang akan menuntun halalnya rezeki dan keberkahannya.

Kenyamananan ternyata tidak bisa di ukur dari tingkat materi yang banyak. Memberikan yang dimiliki untuk perjuangan jauh lebih membahagiakan. Keikhlasan dalam memberikan ilmu dengan tidak memandang besaran gaji yang di dapat. Namun do’a yang selalu teriring dari mulut mereka saat menerima amplop bulanan “semoga dicukupkan oleh Allah”. Mampu menggetarkan dada, dan semoga Allah mengabulkan doa mereka. Mencukupkan rezeki dari yang tidak disangka sangka.

Selain lembaga Kememnterian Agama di bawah kasi Pendidikan madrasah, PTKIN dengan tridarma perguruan tingginya, seharusnya mampu memotret kondisi ini dan memberikan sumbangsih keilmuan sebagai bentuk kepedulian terhadap sesama lembaga Pendidikan Islam. Bagaimana melejitkan madrasah sebagai lembaga yang diminati masyarakat. Memberikan branding dan stigma positif terhadap keberadaan madrasah.

pengelola madrasah yang berirama "perjuangan" dalam bertahan hidup ditengah derasnya persaingan, penting memiliki kekebalan mental. Mental yang mampu tersenyum dalam perih. saling menguatkan untuk bisa tetap solid mewujudkan visi misi mulia. Karena tidak kualitas 'hebat dan bermartabat" kecuali buah dari jiwa jiwa yang terus bersemangat. 



Sawang Sinawang

 




Jujur saya sangat tertarik dengan unggahan FB dari Adinda Fitrina Kamalia, seorang sarjana psikologi yang banyak mengunggah konten konten menarik mengenai kejadian-kejadian yang menarik tentang keluarga, pola pengasuhan. Mengulas suami terbaik versi kita tidak harus seperti Han Ji Pyeong (tokoh keren yang ada di Drakor Start Up), Mengulas kehidupan bertetangga seperti bu Tedjo (yang viral dengan fil pendek “tilik”). Dan saya yakin banget karya yang dia buat adalah genuine bukan hasil copypaste.

Kali ini saya tertarik dengan sawang sinawang yang dia kemukakan. Sawang sinawang adalah sebuah sudut pandang terhadap kehidupan seseorang yang lebih kepada perasaan bahwa kehidupan orang lain lebih baik dari pada kehidupan dirinya.

Pernahkah kita merasa seperti itu? Saya hampir yakin semua pernah merasakan seperti itu. Sebagai perempuan yang bekerja kita sering mengeluh tidak punya waktu untuk Bersama keluarga, tidak bisa menemani anak anak belajar di rumah, iri melihat orang orang bercanda riang di toko sayur pagi-pagi membeli sayur sambil ngerumpi, padahal kita terburu-buru harus cepat memasak dan berangkat kerja, atau merasa belum sempat menikmati waktu istirahat, namun alarm sudah berbunyi untuk segera kerja lagi. Belum lagi bila ada kerja lemburan, anak anak tidak terurus oleh kita.

Sudut pandang kita bahwa melihat orang lain lebih baik, lebih punya waktu untuk keluarga dan tidak perlu  bekerja keras mencari uang, tentu sangat berbeda dengan orang lain yang tidak sama pekerjaannya dengan kita. Bisa jadi sudut pandang mereka akan mengatakan begini, andaikan saya menjadi ibu itu yang bisa bekerja dan punya penghasilan sendiri, tentu aku bisa beli baju, kirim uang ke orang tua bebas, gak sungkan sama suami. Atau enak sekali kerja kantoran selalu berpenampilan rapi dan bersolek, bisa bertemu teman teman, makan siang di cafĂ©, sedangkan aku ngerjain pekerjaan rumah yang itu-itu aja, tidak ada liburnya.

Apabila kita mendalami peran kita masing masing dan bersyukur dengan apa yang telah diberikan oleh Tuhan kepada kita, maka tentu kita bisa berbahagia di tempatkan dengan peran apapun. Menjadi wanita yang yang tidak bisa santai beli sayur bukan berarti yang bisa santai dan bercanda belum tentu berfikiran sama, mungkin mereka bingung mengatur keuangan karena uangnya pas pasan. Was-was bila anak yang ikut nanti minta jajan lebih. Bahagia muncul karena mereka menikmati peran mereka dengan baik. Ketika capek dan harus kerja lagi, bukan berarti ibu rumah tangga berhenti dan bersantai. Kerja dari mereka hampir 24 jam tanpa dihargai dengan rupiah, mereka ikhlas mengerjakan peran dan capek mereka sebagai bentuk ibadah.

Menjadi ibu rumah tangga adalah anugrah yang tidak ternilai sebagai Madrosatul Ula, sebagai pencetak generasi Tangguh masa depan. Bila melihat perempuan bekerja dengan pakaian yang bagus, belum tentu senyaman yang kita lihat, mereka harus bagun pagi, mempersiapkan segala kebutuhan anggota keluarga sebelum ditinggal berangkat kerja. Sepulang kerja harus lagi juga berbenah rumah dan mengecek tugas sekolah anak-anak. Dibalik tampilan yang rapi butuh usaha yang lebih untuk menjalankan multi tasking nya di kantor dan di rumah.

Maka kita perlu menyawang (melihat) di diri kita sendiri, bukan menganggap kehidupan orang lain lebih baik, menyenangkan dan Bahagia. Sehingga kita lupa bersyukur atas kehidupan yang kita miliki.

 

Mengapa Saya Menulis

 



Puji Syukur kepada Allah SWT, malam Minggu (16/1/2021) bisa melaksanakan zoom meeting bersama orang-orang yang luar biasa. dalam balutan tema "jagong buku" empat penulis maarif dan pergunu bisa terlaksana. Dan lebih excited lagi adalah saya termasuk dalah satu penulis didalamnya. Benar apa kata prof Ngainun Naim, bagaimanapun rupa buku itu kita akan bangga kalau bisa menjadikan tulisan kita menjadi buku.

Tak disangka banyak juga teman-teman yang hadir dalam acara jagong santai itu, ada dari Kalimantan, bapak empaldi, Bapak Gunawan dan teman teman dari Tulungagung Trenggalek dan Blitar. Acara dipandu oleh Bapak Supriadi, Dosen sekaligus pengurus BAZ Kab Tulungagung dan Juga Sekretaris LP Maarif NU.  dimulai sambutan bapak Mustofa dari LP maarif NU yang menggantikan pak khozin, karena beliau berhalangan. Sedianya di teruskan oleh ketua Pergunu dengan sebutan akrab mbah liem, namun karena masih ada acara kenduri maka acara diteruskan oleh sambutan sekaligus orasi dari bapak Dr. Ngainun Naim selaku Bidan yang membantu lahirnya ke empat buku kami.

Malam mingguan tapi dengan nuansa akademis, membumikan literasi dari kawan kawan maarif dan pergunu. Dan saya lebih senang lagi ternyata sambutan dari berbagai pihak dalam acara malam itu layak benar diacungi jempol.

Dan yang lebih membahagiakan lagi adalah saat blog beberapa hari mulai rame lagi dengan tulisan para penulis yang selama ini seakan kehilangan semangat. Semoga dengan jagong buku (the series) ini memantik semangat penulis maarif khususnya dalam merawat semangat menulis. Penulis yang sudah menerbitkan buku diantaranya Pak Suprianto, Kamad MI Miftahul Huda, Pakisaji Kalidawir_Merenda Asa, Kisah Hidup, Gagasan dan Pencerahan, Eti Rohmawati, Kamad MTs Arrosidiyah Rejotangan. New Normal, New Hope, Mohamad Ansori,  Kepala Sekolah Dasar  Islam (SDI) Bayanul Azhar Bendiljati Kulon Sumbergempol Tulungagung. Membangun Pembelajaran Inspiratif, Nurhadi, Pengawas Pendidikan Agama Islam (PPAI) Kemenag Tagung. Melukis Mimpi di Masa Pandemi. 

Saya sampai sekarang tidak bisa menerbitkan sebuah buku berISBN. Awalnya saya merasa itu adalah Tangeh lamun. Tidak bakalan bisa, karena pada dasarnya saya newbie dalam dunia literasi ini. Meski Beberapa kali artikel saya dimuat oleh harian radar tulungaung sejak tahun 2005. Namun tidak terbayang bagaimana rasanya bisa menerbitkan buku solo.

Di bawah asuhan tangan dingin pak dr ngainun naim. Tidak terasa kami di ajak untuk ngemil tulisan di blog. Sehari satu tulisan di unggah dalam blog masing-masing adalah langkah beliau mengawal kami untuk menulis. Tidak peduli itu dibaca orang apa tidak, dikomentari apa tidak, menulislah sesuai dengan hatimu.

Bahkan pak Naim sering mengatakan gak usah pake footnote. Tulislah yang ada di pikiranmu. Tulis saja, gak usah di backspace meskipun itu salah. Tidak usah di edit dulu, jadi tulis saja. Baru saat selesai menulis editlah tulisanmu itu.

Ketika buku “New Normal New hope” terbit, semua itu adalah tulisan dari blog yang saya tulis saat pandemic. Awal pandemic disaat orang sangat ketakutan keluar rumah, termasuk saya, daripada hanya makan minum tidur, yang saya lakukan adalah membuat tulisan.

Buku ini jauh dari kata bermutu, tapi mutu juga tidak datang tiba-tiba. Mutu menulis bisa dilihat dari seberapa kita sering menulis. Mengutip pameo yang disampaikan oleh Bapak Dr. Ngainun Naim “Jika kamu ingin di kenang oleh sejarah maka menulislah, bila kami tidak mau menulis maka suruhlah orang lain menulis tentangmu, dan kamu tidak usah menulis atau menyuruh orang lain menulis dan kau akan dilupakan”

Pemimpin yang profetik

 


Bisa Mengikuti pembukaan rakornas KAHMI Nasional dari Istana Bogor dan Grand Cempaka Resort & Convention Megamendung secara live zoom merupakan hal yang luar biasa bagi saya. Dimulai dengan acara pembukaan yang dibuka secara langsung oleh Presiden Rebuplik Indonesia Bapak Joko Widodo di Istana Negara Bogor. Hadir pula Menteri Pemuda dan Olahraga Bapak Zainudin Amali, Menteri Hukum dan HAM Bapak Mahfud MD, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan tokoh tokoh nasional KAHMI seperti Bapak Yusuf Kalla, Akbar Tanjung dan banyak yang lainnya. 

Hadir pula Pengurus Majelis Wilayah KAHMI/FORHATI se Indonesia dan Majelis Daerah KAHMI Se-Indonesia. Baik yang nonton bareng maupun sendiri sendiri di tempat masing masing tercatat 567 peserta zoom hadir di ruang virtual ini. Rakornas ini mengambil tema konsolidasi Kebangsaan dan Keumatan dalam mewujudkan Kemanusiaan yang adil dan beradab.  

Peserta yang hadir di secara luring di Megamendung harus melalui protokol kesehatan yang sangat ketat. Melalui serangkaian test, screening, test suhu tubuh sampai test rapid Antigen. Memiliki surat rekomendasi dari Wilayahnya. 

Yang menarik adalah ketika pembukaan selesai acara dilanjutkan dengan diskusi panel yang mengadirkan para pakar. Ada 6 pakar yang dihadirkan untuk membahas masalah kebangsaan dan keumatan dalam rangka memberikan kontribusi pemikiran untuk mengurai persoalan keumatan dan kebangsaan di Indonesia ini.

Salah satunya pemateri adalah Dr. Siti Zuhro, Peneliti LIPI yang memberikan uraian mengenai masalah keumatan dan kebangsaan. Banyak hal yang diungkapkan oleh beliau dalam rangka menterapi bangsa yang sedang dilanda berbagai persoalan.

Persoalan bangsa yang maritime dan berkepualauan sangat rentan menimbulkan perpecahan bangsa. Kepentingan politik sesaat pada kontestasi pilkada yang juga menjadi permasalahan akut untuk persatuan bangsa. Kemajemukan dan kebhinekaan yang seharusnya menjadi khasanah kekayaan bangsa justru banyak di politisasi dan dipertanyakan kemajemukan ini, sehingga banyak persoalan perpecahan pasca pilkada. Selain egoism, ekslusifismem dan absolutism yang bisa menjadi bencana bagi persatuan bangsa Indonesia.

Ada beberapa solusi yang dikedepankan oleh beliau untuk menjawab persoalan keumatan dan kebangsaan di Indonesia yakni :

Pertama, Kepemimpinan dan keteladanan. Menjadi pemimpin tentu saja harus bisa menjadi teladan umat. Melihat keberagaman dan kemajemukan suku, agama ras menjadi hal yang memperkaya khasanah kebangsaan. Bukan malah menjadi jurang pemisah antara masyarakat. Pemimpin yang transformatif mampu membangun peradaban kebangsaan ini kepada revitalisasi karakter kebangsaan yang kuat.

Termasuk didalam kepemimpinan dan keteladanan yakni menghadirkan pemimpin yang profetik. Pemimpin yang mampu menjadikan dasar akhlak mulia menjadi landasan dalam menjalankan kepemimpinannya. Humanisasi, Liberasi dan Transendensi adalah tiga pilar pemimpin yang profetik.

Kedua, Pemberantasan korupsi. Korupsi ini mengakar dan berkembang secara diam-diam menggurita di berbagai kalangan. Masih segar diingatan kita kasus korupsi dana sosial Covid-19 yang menyeret kemensos. Korupsi yang dikatakan oleh Edward Shils dengan Tacit Knowledge  yakni pengetahuan diam diam yang mengerangkai dan menggerakkan seluruh kesadaran kolektif bangsa ini. orang enggan menyebut korupsi namun menerima sebagai hal yang lumrah. Korupsi ini yang perlu benar benar ditangani secara serius untuk menjalankan roda pemerintahan dan roda kehidupan bernegara dan berbangsa menjadi normal kembali.  

Esensi dan Urgensi Penilaian Kinerja Kepala

 


Beberapa waktu lalu, pada medio sampe akhir tahun 2020 di Kementerian Agama Kabupaten Tulungagung di adakan kegiatan penilaian kinerja kepala madrasah baik di tingkat RA sampai pada MA. Penilaian ini bertahap mulai dari 4 tahunan. Kemudian di teruskan kepada penilaian kepala madrasah tahunan, baik yang satu tahun, dua tahun dan tiga tahun masa jabatannya menjadi kepala madrasah.

Pejabat penilaipun berbeda dari madrasah yang diselenggarakan pemerintah atau lebih kita kenal dengan madrasah negeri dan madrasah yang diselenggarakan oleh masyarakat atau lazim di sebut dengan madrasah swasta.

Penilaian Tahunan pada madrasah yang diselenggarakan pemerintah  (berdasarkan  PMA no 58 tahun 2017 dilaksanakan pada tahun pertama s.d. tahun ketiga masa jabatan dan dilaksanakan di akhir tahun anggaran, dilakukan oleh 1 Pengawas  Pembina  sebagai ketua Tim dan 1 Pengawas yang ditunjuk  dan ditetapkan oleh Kanwil.

Sedangkan Penilaian Empat Tahunan (Penilaian Akhir Periode Jabatan) Dilakukan oleh Tim Penilai yang terdiri: Kepala Bidang Pendidikan Madrasah/Pendis Kanwil Kemenag, sebagai ketua Tim, Kasi Pendidikan Madrasah/Pendis Kankemenag Kab/Kota, 1 Pengawas pembina dan 1 pengawas yang ditunjuk, 2 orang Guru, 2 orang Tenaga Kependidikan, 2 orang Komite Madrasah

Pada madrasah yang diselenggarakan masyarakat (Swasta) Penilaian Tahunan dilakukan oleh 1 Pengawas  Pembina  sebagai ketua Tim dan 1 Pengawas yang ditunjuk  dan ditetapkan oleh Kemenag Kab/ kota. Sedang empat tahunan  dilakukan oleh; Kepala Seksi Pendma/Pendis Kemenag Kab/Kota sebagai ketua Tim, 1 orang pengurus Yayasan, 1 Pengawas pembina dan 1 pengawas yang ditunjuk, 2 orang Guru, 2 orang Tenaga Kependidikan, 2 orang Komite Madrasah.

Namun sebenarnya apasih esensi dan urgensi penilaian kinerja dilaksanakan?

Penilaian kinerja kepala madrasah ini mengacu kepada Surat keputusan Dirjen pendis no 1111 tentang Juknis Penilaian Kinerja Kepala Madrasah. Esensi dari penilaian ini adalah pengukuran kualitas kepala madrasah dalam melaksanakan tugas pokoknya. Yaitu sebagai manager, pengembangan madrasah, pengembangan kewirausahaan dan supervisor.

Tujuan diadakannya penilaian kinerja ini adalah menghimpun informasi sebagai dasar pengembangan keprofesian berkelanjutan, menjaring informasi sebagai bahan pengambilan keputusan dalam menetapkan efektifitas kerja dan pertimbangan untuk penugasan kepala madrasah. Meningkatkan efektitivitas dan efisiensi kinerja kepala madrasah, menjamin objektivitas pembinaan kepala madrasah melalui system pengukuran dan pemetaan kinerja kepala madrasah.

Tujuan ini sangatlah bagus. Namun pada kenyataannya pada saat penilaian Kepala Madrasah dipusingkan menyiapkan bukti fisik yang di nilai bukan kepada semangat pengembangan madrasahnya. bukti  yang  teramati  (tangible evidences) terkadang sebagai sekedar pemenuhan saja.

Penilaian yang seharusnya jangan hanya terkesan sebagai formalitas, namun benar benar mengusung semangat perbaikan dan kemajuan madrasah. Semoga madrasah kedepan lebih baik.

Menulis (Lagi)

 



Sekian lama tertidur dari aktivitas ini, menyebabkan kebuntuan di otak saya. Mau menulis apa, topik apa yang akan saya tulis. Benar benar satu hal yang memeras otak dan pikiran. Selepas subuh sampai satu jam ke depannya, saya hanya bisa duduk di depan laptop tanpa bisa menulis satupun. Rasanya benar benar tumpul otak saya.

Ibarat mata pisau yang tidak pernah di asah, seperti itulah keadaan saya saat ini, tumpul dan mati ide.  meninggalkan laptop selama sebulan lebih membuat tangan saya kaku tatkala menombol tuts keyboards. Beberapa kali bahkan puluhan kali menggunakan tombol backspace untuk menghapus tulisan yang ingin saya tulis tapi tidak jadi. Salah menulis dan beberapa kata-kata yang saya rasa kurang bagus.

Kemampuan menulis memang bukan di dapat langsung dari bakat. Katanya orang orang bukan taken for granted tiba tiba bisa dengan kemampuan super. Tetapi menulis memang sebuah ketrampilan yang selalu butuh di asah. Saya harus menggunakan Bahasa ahli yang saya lihat dari mesin pencari mengenai ketrampilan menulis. Menulis sebagaimana yang diungkapkan oleh Ahmad Rofi’udin dan Darmiyati Zuhdi ketrampilan menulis ini adalah ketrampilan menuangkan pikiran, gagasan, pendapat tentang sesuatu, tanggapan tentang suatu pernyataan keinginan, atau ungkapan perasaan dengan menggunakan Bahasa tulis.

Menurut saya menggunakan bahasa tulisan dalam mengekspresikan sesuatu yang ada dipikiran sebenarnya sudah lama saya lakukan. Mulai membuat diary sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Atas. Menulis apa saja yang waktu itu ada didalam perasaan, kegiatan yang menyenangkan, menyedihkan, lucu dan terlebih lagi saat itu gemar menulis romansa saat pubertas.

Seiring dengan aktivitas pekerjaan, tenyata meluangkan waktu untuk menulis bukanlah hal yang mudah. Saya salut dengan orang orang yang bisa meluangkan waktu disela kesibukannya yang berjibun, namun tetap istiqomah dalam menulis.

Menjadi ibu rumah tangga, bekerja, dan di tambah lagi dengan merawat ibu yang sedang sakit. Membuat alasan saya untuk berhenti membuka laptop. Menfokuskan diri mengupayakan terapi untuk kesembuhan ibu menurut saya hal itu yang harus saya dahulukan daripada menulis.

Saat ini saya bisa agak bernafas lega karena beliau sudah jauh mendingan. Ditambah lagi pagi ini hujan mengguyur bumi. Merupakan waktu istimewa untuk saya menikmati suasana pagi dengan tulisan.

WAJAH PENDIDIKAN KITA SAAT PJJ DIPERPANJANG

 



Kalender Pendidikan untuk Semester II  sudah dimulai bulan Januari 2021 ini. Planning pemerintah saat covid -19 menjelang new normal akan dibuat scenario untuk melakukan pembelajaran tatap muka. mulai SMA, berturut-turut ke jenjang bawahnya. Ada angin segar untuk guru dan dunia Pendidikan yang akan kembali menuju normal, pembelajaran face to face dengan siswa, menyentuh pada ranah pembiasaan dan kompetensi akademik yang secara paedagogik di ajarkan. Bukan seperti sekarang ini semua diajarkan melalui online. Standar kompetensi inti I dan II yakni kompetensi Religius dan sosial sulit untuk di nilai oleh pendidik.

Namun apalah daya persebaran virus corona semakin meluas. Dengan sigap pemerintah memberikan instruksi untuk tetap belajar dari rumah baik secara daring maupun PJJ (pembelajaran jarak jauh) melalui Keputusan Gubernur Jatim no 7 Tahun 2021 tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat dalam rangka pengendalian penyebaran virus corona.

Ada 11 kabupaten yang diputuskan untuk PPKM ini, namun demikian seluruh daerah yang tidak ada di keputusan gubernur ini juga bersiap untuk memutuskan melakukan jam malam, mengantisipasi semakin meluasnya virus ini, termasuk juga dengan kebijakan tetap menutup sekolah dan membuka sekolah online.

Di kementerian agama Jawa Timur juga mengintruksikan kepada seluruh pendma se-jawa timur untuk diteruskan kepada madrasah madrasah untuk menerapkan WFH (work From Home)sebesar 75 % dan WFO (work from office) 25%. Itupun dengan protocol Kesehatan yang lebih ketat. Mengadakan kegiatan belajar mengajar secara online dari tanggal 11 – tanggal 25 Januari 2021.

Melihat kenyataan seperti ini kita harus tetap taat dengan aturan yang sudah ditetapkan. Pendidikan yang merupakan jantung kehidupan bangsa yang akan tetap berdenyut untuk manusia yang cerdas dan inovatif akan terus berlangsung meski dengan bentuk apapun. 

Hari ini kita daring, tentu saja banyak persoalan yang terjadi saat daring dibuat solusi untuk pembelajaran untuk anak didik. Semakin hari semangat belajar anak semakin tergerus. Hilang digantikan oleh game online dan youtube. Kegalauan pendidik semakin menjadi tatkala hari ini PJJ diperpanjang. Rasa rindu dengan anak-anak dan panggilan jiwa sebagai pendidik dan pembelajar tidak bisa digantikan oleh layar HP.

Bagitu banyak harapan anak-anak Indonesia semua sehat dan bisa bersekolah lagi sebagaimana biasanya. Mengukir prestasi dan belajar bersama di sekolah dan madrasah. Agar generasi penerus bangsa kita nanti bisa tumbuh dan berkembang di tengah krisis dengan bekal kekuatan mental dan fisik. 

#Rinduku kepada anak-anak

#Rinduku kepada sekolah 

Featured Post

Perempuan sebagai Garda terdepan

Dalam rangka Milad FORHATI ke 26, yang jatuh pada tanggal 12 Desember Forhati Wilayah Jawa Timur mengadakan peringatan dibarengkan dengan mo...