Langsung ke konten utama

Senang Atau Bahagia?

 


Tahukah kita bahwa Indonesia menduduki peringkat yang kurang bagus dalam kebahagiaan? Indonesia meraih peringkat ke-80  dari 134 negara di dunia mengenai konsep negara Bahagia.  Dr. Ryu Hasan. Sp.B.S Scseorang pakar neurosains menjelaskan bahwa indeks Masyarakat Bahagia di dunia ini adalah Finlandia, Swedia dan Swiss. Tiap tahun berputar peringkat 1, 2 dan 3 disana. Apa yang menjadi faktor penentu mereka dikategorikan Bahagia? Ternyata menurut dr. Riu Masyarakat Finlandia pun mereka terkejut ketika dinobatkan sebagai penduduk yang indeks kebahagiaannya tertinggi karena mereka merasa biasa biasa saja.

Yang menjadi tanda tanya apa yang menjadi indicator kebahagiaan itu sehingga kita yang berada di Indonesia ini dianggap kurang Bahagia? Nyatanya banyak orang yang tertawa dan lepas ketika hanya mengepost sesuatu yang sederhana di medsos. Caption “Bahagia itu sederhana” adalah yang paling sering ditulis oleh orang Indonesia

Ternyata mengukur kebahagiaan itu tidak sekedar dilihat dari individu yang Sejahtera, namun juga komunitas dan kebijakan sebuah negara untuk meningkatkan derajat kualitas hidup warga negaranya. Dikatakan bahagia menyangkut tingkat kemakmuran ekonomi, karena ekonomi yang meningkat berpotensi meningkatkan akses sumberdaya dan layanan untuk meningkatkan kualitas hidup.

Selanjutnya harapan hidup sehat; asupan nutrisi, pelayanan Kesehatan dan kondisi lingkungan komunitas dan negara mendukung kesejahteraan fisik dan mental warganya sehingga setiap orang mampu memberikan kontribusi secara maksimal.

Setidaknya ada 4 indikator lagi selain yang telah disebut diatas yakni dukungan sosial, kebebasan individu dalam memilih dan mengambil Keputusan, murah hati dan sukarelawan yang meningkat juga yang paling penting adalah kebebasan sebuah negara dari Korupsi.

Negara penting hadir dalam kebahagiaan warganya dengan menerapkan hal tersebut. Kesejahteraan Masyarakat akan menentukan pula kepatuhan warga terhadap kebijakan aturan yang telah tetapkan oleh pemerintah.

Komentar

  1. Jangan lupa bahagia Bu. Syaratnya katanya cuma 2, selalu bersyukur dan sabar

    BalasHapus

Posting Komentar

Popular Post

RESENSI (Pesantren, Kampus Islam dan Moderasi beragama)

  Pesantren, Kampus Islam dan Moderasi beragama Karya Ngainun Naim, Abad Badruzzaman Halaman 288 + vi diterbitkan oleh Akademia Pustaka Begawan literasi di UIN SATU Tulungagung menghadiahkan buku ini pada resensator dengan catatan tulis tangan yang indah berisi tulisan adalah produk intelektual yang perlu di rawat dengan sepenuh jiwa. Sebuah kalimat yang mendalam untuk yang mampu menumbuhkan motivasi yang mendalam untuk menekuni dunia sepi membuahkan tulisan.   Penulis buku moderasi beragama yang di tulis secara duet oleh master di bidang metodologi Islam dan kelimuan tafsir hadis dan ilmu Al Qur’an, para professor ini menyoroti keberadaan Islam, pesantren dan karakter muslim dengan moderasi beragama. Isi Buku Terdiri dari 5 bab yang dimulai dengan pesantren dan dialetika sosial budaya, moderasi beragama sebuah tinjauan umum, pesantren dan perguruan tinggi serta moderasi beragama kebijakan, strategi dan implementasi. Pemembahasan mulai aspek berbeda dari pendidika...

Menggapai Ampunan Berbuah Surga

Bersegeralah mencapai ampunan Allah. Dan imbalannya adalah Surganya Allah yang luasnya seluas langit dan bumi. Surga ini diperuntukkan kepada orang orang yang bertakwa. Makna Langit disini dimaknai semua hal di luar bumi yakni alam semesta adalah langitnya Allah. bukan hanya seluas satu bintang yakni matahari dan 8 planetnya, bukan pula hanya satu galaksi yang berisi sekian milyar bintang. namun sekian milyar galaksi.  Surga seluas langit dan bumi ini diperuntukkan kepada siapa saja yang bisa bersegera mencari ampunan Allah, mereka adalah orang orang yang bertakwa. Siapa orang yang bertakwa dijelaskan di lanjutan ayat dari Surat Ali Imron ayat 134 yakni:  Pertama orang yang menafkahkan hartanya disaat lapang dan sempit . Menafkahkan harta untuk kebaikan dikala mereka kelebihan harta maupun saat kekurangan. Kebiasaan kita adalah tidak mau berbagi disaat kita merasa kekurangan.  Orang yang bisa Menafkahkan hartanya pasti akan banyak kawan. Sebaliknya orang yang kikir dan ...

Hujan di Bulan Juli

Hega menghela nafasnya dengan berat.. “Huuftt mendung, Apakah akan hujan di hari yang dingin ini?” ucapnya dalam hati. Benar karena ini bulan Juli bulan dimana negeri tropis seperti Indonesia ini sedang musim dingin. Udara dingin memang kadang tidak bersahabat. Tapi Hega sangat suka dengan musim dingin dari pada musim hujan. Bukannya benci dengan hujan. Ada beberapa serpihan kenangan duka terselip di kehidupan Hega saat kuliah dulu. “Ga…., “ teriak seseorang Hega menoleh, ternyata sahabatnya yang memanggilnya di depan perpustakaan. Wajah manis dalam senyuman dan mata lugunya membuat Hega menyambutnya dengan senyuman juga. “Ada Apa, Is?” tanyanya. “Besok kamu bisa ikut acara MUSDEGA? Kamu kan kerani. Wajib Ikut lho… “ Tanya si Aisyah. Bukan hanya tanya tapi dia lebih kepada memastikan kehadiran Hega untuk musyawarah Pandega yang akan diadakan hari Sabtu sampai Minggu esok hari. “Belum pasti” jawab Hega lesu dengan menekuk mukanya. “Ayolah semangat.. kamu past...

Kupatan

Pagi selepas jamaah subuh pada hari raya ke-8 Idul Fitri ini saya bergegas menuju dapur untuk mempersiapkan ketupat dan launya untuk dibawa ke masjid. Setiap hari bulan Syawal tanggal 8, pagi sebelum matahari terbit, tradisi di desa kami selalu mengadakan kendurian ketupat di masjid dengan seluruh masyarakat di sekitar Sewaktu kecil saya ketika bapak masih ada selalu di bangunkan dan diajak untuk kenduri di masjid. Meski dingin pagi saya semangat untuk mandi dan bersiap. Bahagianya   ketika menerima bagian ketupat dan melahapnya dengan lauk sayur blendrang dan sedikit taburan kedelai gorang yang dihaluskan, sangat enak. Sekarang gantian anak-anak yang merasakan kebahagiaan itu, mereka bersemangat untuk mempersiapkan diri ke masjid dengan mandi dan berpakaian, kemudian mengikuti ayahnya untuk bersiap ke masjid. Si kecil yang pulas dalam tidurnya terbangun mendengar kesibukan kakak-kakanya, dan berteriak “ikut”. Kupatan yang masih sangat berkesan bagi saya adal...