Konvergensi Media Menyongsong Pemilu 2024

 



 

Tulisan ini disarikan dari pemateri stadium general pelatihan kader II dan LKK HMI Cabang Tulungagung. Pemateri yang di undang oleh adik adik mahasiswa ini adalah seorang tokoh nasional salah satu komisioner KPI Pusat. Ibu Nuning Rodiyah, M.Pd.I, beliau dengan apik meramu konvergensi media ini dalam menyongsong pemilu 2024.

 

Adanya simpang siur pemberitaan bahwa pemilu tahun 2024 ditunda, proses yang berubah dan lain sebagainya, semakin membuat publik risau dengan informasi. Tumpang tindih proses demokrasi dalam hal ini pemilihan umum membutuhkan pengawalan yang ketat oleh semua pihak.

Public dalam hal ini masyarakat luas harus berpartisipasi dalam proses demokrasi. Penguatan partisipasi public di era konvergensi media ini sangat dibutuhkan. Apa yang maksud dengan konvergensi media ini?

 

Konvergensi media ini adalah penggabungan atau pengintegrasian media-media yang diarahkan kepada satu titik tujuan. Perkembangan tekhnologi saat ini tidak bisa dipungkiri menuntun kita kea rah tekhnologi komunikasi secara digital.

 

Salah satu contoh konvergensi mendia adalah liputan6 sebagai satu program siaran di TV, derivasinya ada liputan6.com. contoh lain kolaborasi sindotrijaya itu ada sindonews.com sebagai media online menggandeng pula program televisi seputar Indonesia. Mereka memanfaatkan konvergensi media ini untuk satu tujuan tapi melalui berbagai banyak media bisa sosial media.  Media ini bisa over-the-top media televisi, radio atau media online lainnya.

 

Sebagai bentuk kesiapan masyarakat terhadap era konvergensi ini, masyarakat yang sering kali dikenal dengan sebutan natizen bisa menyikapinya dengan mengkritisi media. Media media yang konvergen ini bisa saja dimiliki oleh satu orang namun memiliki platform media yang banyak. Dan bisa dipastikan semua tajuk pemberitaan yang dipilih oleh media yang konvergen yang dimiliki oleh satu orang semuanya sama. Tidak akan pernah memberitakan yang berlawanan dari platform media satu dengan lainnya. TV, radio, media cetak online, media massa pasti akan menyampaikan tajuk yang sama.

 

bisa dilihat sinetron ikatan cinta itu tiap hari di posting oleh RCTI akun di Instagram Facebook Twitter semuanya ini bagian dari konvergensi media berikutnya ketika bicara konvergensi media itu bicara struktur maka iklannya pun akan sekarang juga semakin konvergen pasang iklannya sebenarnya di TV tapi mendapat bonus nanti tampil iklannya ada di youtube-nya RCTI tampil juga di media online RCTI tampil juga di platform lain mungkin di Sindo Trijaya dan sebagainya.

 

Pada pemilu 2019 di KPU para calon dewan perwakilan rakyat, DPD atau pun Calon Preisden mereka diwajibkan untuk mendaftar satu akun media social, baik FB, Twitter, Instagram. Disini dimaksudkan untuk kampanye mereka. Mereka diperbolehkan kampanye saat jadwal diberikan oleh penyelenggara pemilihan. Akun yang telah didaftarkan ini bisa dibilang dengan sebutan akun suci. Karena akun ini semua pemberitaannya positif.

sementara banyak akun yang tidak terdaftar penyelenggara pemilu ini akun yang luar biasa digunakan untuk black campaign, ujaran kebencian, fitnah  yang tujuannya untuk menjatuhkan lawan. Ini adalah bagian dari strategi untuk menjatuhkan lawan.

 

KPI menjelaskan fakta bahwa di tahun 2019 puncak penyebaran hoax itu terjadi menjelang pemilu 2019 data menunjukkan bulan April ada sekitar 501 hoax yang kemudian tersebar, yang isinya tentang apa tentang pemerintahan politik tentang pemilu. Contohada 4 kontainer surat suara dan lain sebagainya. Pemberitaan hoax ini muncul dengan sangat kuat dan kemudian menyebar dengan sangat mudah karena apa kita tinggal klik saja pakai broadcast di WA, FB dan media lainnya.

 

kita sekali broadcast bisa 200 orang bisa menerima informasi tersebut apalagi kalau di lagi satunya WhatsApp telegram telegram jauh lebih banyak komunikasi satu grup yang bisa tertampung penyebaran penyebaran informasi.

 

Saat iklan kampanye sudah sangat dibatasi dibatasi peserta pemilu hanya boleh beriklan maksimal 10 iklan perhari di stasiun televisi. Mereka kemudian merambah ke sosial media bahkan masing-masing akun –akun individu dibuat sebagai sarana kampanye. Mengiklankan sesuatu contoh calon bupati  di Instagram. Cukup dengan menyasar market laki atau perempuan dan di bawah usia dan di atas usia 17 tahun. Cukup dengan satu klik dengan mudah individu melakukan pengiklanan calon tersebut. Dan ini diperbolehkan secara aturan.

 

Konvergensi media ini memberikan manfaat pertama Media di satu sisi membawa dampak positif untuk penyebaran informasi untuk melakukan literasi kepemiluan, melakukan digitalisasi pendidikan politik dengan biaya yang tidak mahal. Kedua efektivitas informasi di era digital ini kemudian harus diikuti kedewasaan dalam akses dan juga menyebarkan informasi merujuk kepada sumber yang bisa dipercaya atau berdasar fakta. Ketiga komunikasi publik yang baik.  kita harus punya komunikasi public yang baik ketika terjadi satu masalah punya manajemen krisis yang baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Featured Post

Perempuan sebagai Garda terdepan

Dalam rangka Milad FORHATI ke 26, yang jatuh pada tanggal 12 Desember Forhati Wilayah Jawa Timur mengadakan peringatan dibarengkan dengan mo...