Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2021

THE GUARDIAN

Kami memimpikan madrasah model yang berbasis keunggulan masing-masing. Ada madrasah yang berbasis qur’an berbasis pertanian, berbasis keunggulan keunggulan local, jauh sebelum Gerakan Ayo Membangun Madrasah (GERAMM) dimunculkan oleh kementerian Agama. Sebuah madrasah di pelosok desa, pinggiran kabupaten Tulungagung. Mulai menata diri sedikit demi sedikit. Basis Qur’an yang kuat di masyarakat di sahuti oleh madrasah dengan mengadakan pembelajaran tartilul qur’an saat itu. Sebenarnya banyak guru dan masyarakat yang kurang setuju dengan alasan itu semua sudah bidang garap madin. Saat itu kami beri penjelasan bahwa tidak setiap anak mau mengaji di madin. Program ini bisa membantu melancarkan program madin juga. Dua tahun setelah program tartil qur’an kemudian di tambah dengan program tahfidzul qur’an. Dengan langkah awal anak-anak secara klasikal menghafalkan surat surat dari juz 30 (juz Amma), dari surat An- Naba kebawah. Dibawah asuhan beberapa guru tahfidz yang di hadirkan khusus ...

megengan minimalis

Bulan sya'ban merupakan bulan istimewa untuk umat Islam. Berada di kedua bulan Rajab dan Ramadahan. Bulan sya'ban dalam hadits nabi Muhammad disebutkan  "... Bulan Sya'ban adalah bulan diangkatnya amal-amal. Karenanya, aku menginginkan pada saat diangkatnya amalku, aku dalam keadaan sedang berpuasa." (HR Abu Dawud dan Nasa'i) Dengan diangkatnya amal amal kita. Maka perlu kita tingkatkan kebaikan yang sudah ada. Meninggalkan hal hal yang kurang baik yang pernah kita lakukan. Banyak cara untuk yang dilakukan masyarakat muslim Indonesia salah satunya dengan bersedekah, ziarah kubur dan memasak kenduri dibulan syaban yang dikenal dengan nama megengan.  Saya tidak akan mengulas filosofi megengan, namun lebih kepada adat istiadat yang turun menurun entah sejak zaman kapan. Kebiasaan memasak kendurian ini di masyarakat islam Jawa sangat kental. Hampir Semua rumah tangga mengadakan megengan.  Sedihnya datang apabila bulan syaban yang ramai dengan buday...

TERIMA KASIH JNE

  Senja   hari   saat santai di serambi rumah sembari ditemani teh tawar panas, gawai saya bergetar agak lama tidak serta merta saya angkat. Di layar tersebut ada panggilan tanpa nama. Saya agak Enggan menerima telpon yang tanpa nama, karena kebanyakan CS dari sebuah bank, finance atau produk susu yang meminta ijin promosi menawarkan produk, asuransi dan lain sebagainya. Biasanya dengan halus saya berkata masih persiapan sholat, atau kalau tidak saya memohon di telpon di jam agak siang. Saya menerima telpon namun tidak bersuara.. “ Halloo, mii….” Sapa di ujung telpon.   Ya Allah..… ternyata anakku yang menelpon. Menyesal sekali saya agak mengacuhkan telpon tersebut awalnya. Setengah terpekik saya menyapanya. Kangen sekali dengan anak ini. Selama Covid-19 melanda. Orang tua tidak diperkenankan untuk nyambangi   demi menjaga sterilisasi   lingkungan pondok. Kami maklum dengan aturan itu.   Namun sebagai orang tua wajarlah apabila merasa kangen kepa...

Ketrampilan Hidup

  Setiap anak memiliki hak dalam kehidupan ini. Generasi penerus bangsa diharapkan bisa tumbuh dan berkembang sesuai dengan zamannya. Generasi Milenial, generasi Alpha dan dan generasi baby boomer adalah istilah yang lekat pada anak-anak yang lahir di tahun 2000 an ini. Dalam kitab suci Al-Qur’an telah dijelaskan bahwa setiap anak yang lahir dalam keadaan suci dan bersih. Kita orang tuanya yang akan mewarnai kehidupan anak anak menjadi Yahudi, Majusi atau Nasrani ataupun Islam. Pun dalam kehidupan anak wajib dibekali ketrampilan hidup. Mereka akan tumbuh dan berkembang di zamannya. Sebagai orang tua kita perlu menuntun dan memberikan arahan sebagai bekal mereka kelak. Bukan sekedar materi yang disiapkan namun lebih kepada lifeskill atau ketrampilan hidup. WHO dan Unesco serta Unicef menyepakati 10 ketrampilan hidup yang perlu diberikan untuk anak anak yakni: Pertama: Problem Solving , disini individu harus mengetahui tahapan problem solving itu, semisal memahami akar perso...

MOTIVASI MENULIS

  Banyak hal yang menjadi excuse penulis pemula seperti saya untuk tidak menulis. Kesibukan   kerja, kesibukan kuliah, kesibukan mengurus rumah tangga dan kesibukan lain yang seakan tidak ada habisnya. Menulis menunggu tema yang tepat dan menanti ide datang juga merupakan alasan klasik yang sangat tepat dijadikan alasan untuk berhenti tidak menulis. Padahal kalau kita lihat didiri orang lain yang menulis, bukan pekerjaan dia sebagai penulis. Mereka juga punya segudang pekerjaan yang harus dikerjakannya. Tapi kenapa mereka bisa berkarya terus menghasilkan tulisan dan bisa meluangkan waktu untuk menulis? Kegelisahan ini yang memenuhi pikiran saya sejak berhenti sejenak menulis. Saya berdamai dengan diri sendiri untuk tidak menyalahkan karena tidak menulis. Beberapa saat perlu mengambil nafas dan menikmati hal lain selain dunia tulisan. Saya habiskan waktu untuk merenung dan mencari motivasi diri. Antara berhenti menulis ataukah meneruskan belajar merangkai kata-...

Menyemai Bibit Qur'ani dengan simaan keliling

  Simaan Keliling juz 1 Afina anakku adalah salah satu siswa Madrasah ibtidaiyah kelas IV.   Selama pandemi corona ini anakku betul-betul merasa sangat bosan dengan pembelajaran daring. Dia sering mengeluh dengan pelajaran-pelajaran yang tidak bisa dia pahami biasanya di bimbing oleh bapak ibu guru. Sedangkan fina ini sangat tidak beruntung, karena setiap hari orang tuanya (WFO) bekerja di   kantor. Sehingga dia di rumah hanya bersama Mbah dan adik balita, yang membuat dia jengkel sama mbahnya sering diperintahbeli sesuatu ke warung, jaga adik sebentar dan perintah perintah kecil untuk membantu pekerjaan rumah. Beberapa kali saya   berikan masukan untuk membantu pekerjaan rumah dulu, sambil meminta pengertian kepada mbah nya kalau dia meski   di rumah tetap belajar. Mbahnya akhirnya mengerti diberi tahu cucunya. Beberapa bulan setelah belajar dari rumah,   Madrasahnya mengeluarkan kebijakan baru dari yakni   program pendalam tahfidz. Program ta...

Tak Lelah Berjuang

Bertugas di sebuah Madrasah swasta mungkin merupakan takdir bagi saya. Sudah lebih dari lima belas tahun menjadi Aparatur Sipil Negara, sejak angkatan tahun 2005 saya ditempatkan di sebuah Madrasah Ibtidaiyah swasta. Dimana madrasah ini memiliki murid kurang dari 100.   Dengan kondisi yang minim sekali dengan fasilitas. Anak-anak untuk sekedar membuang air kecil harus menampung ke tetangga Madrasah. Kadang2 anak anak yang masih belum bisa menjaga kebersihan meninggalkan bau pesing dan membuat tetangga madrasah kurang nyaman dengan keberadaan anak-anak ini.  Guru-guru bertekad membuatkan kamar mandi di sekolah dengan dana bersama. Mereka rela gajinya yang tidak seberapa dipotong separuhnya untuk pengadaan kamar mandi ini.  Saya merasa beruntung memiliki teman-teman yang memiliki semangat yang sama dalam satu frekuensi untuk berjuang di madrasah ini. Meningkatkan kualitas dan kuantitas siswa. Sepuluh tahun selanjutnya saya pindah ke madrasah tsanawiyah...