Kami memimpikan madrasah model yang berbasis
keunggulan masing-masing. Ada madrasah yang berbasis qur’an berbasis pertanian,
berbasis keunggulan keunggulan local, jauh sebelum Gerakan Ayo Membangun
Madrasah (GERAMM) dimunculkan oleh
kementerian Agama.
Sebuah madrasah di pelosok desa, pinggiran
kabupaten Tulungagung. Mulai menata diri sedikit demi sedikit. Basis Qur’an
yang kuat di masyarakat di sahuti oleh madrasah dengan mengadakan pembelajaran
tartilul qur’an saat itu. Sebenarnya banyak guru dan masyarakat yang kurang
setuju dengan alasan itu semua sudah bidang garap madin. Saat itu kami beri
penjelasan bahwa tidak setiap anak mau mengaji di madin. Program ini bisa
membantu melancarkan program madin juga.
Dua tahun setelah program tartil qur’an kemudian
di tambah dengan program tahfidzul qur’an. Dengan langkah awal anak-anak secara
klasikal menghafalkan surat surat dari juz 30 (juz Amma), dari surat An- Naba kebawah.
Dibawah asuhan beberapa guru tahfidz yang di hadirkan khusus di jam 07.00-08.00
untuk membimbing anak-anak menghafal Qur’an.
Hasilnya di luar ekspektasi kita, anak-anak
sangat bersemangat dan memiliki motivasi luar biasa dalam menghafal. Mungkin karena
program baru, orang tua pun sangat mendukung dengan membantu membimbing
murajaah (membaca berulang-ulang) di rumah masing-masing sebagai pekerjaan
rumah anak-anak. Program yang dimulai dari kelas I sampai kelas VI ini mencapai
hasil yang beragam. Secara klasikal anak-anak kelas bawah lebih cepat
menghafalnya dari pada kelas atas.
Anak-anak di kelas atas memiliki ragam
persoalan dari yang belum bisa membaca iqro, sampai sudah memiliki bekal
hafalan yang lumayan banyak dari tempat mengaji mereka. Namun inti pembelajaran
hafalan ini adalah membantu anak – anak lebih dekat dan mencintai Al-Qur’an
sejak dini. Sampai sekarang meskipun sudah
berganti kepala madrasah Alhamdulillah program tahfidz ini tetap
berjalan dan menjadi salah satu program unggulan dari madrasah.
Sebutlah M. Ikhwan Maulana dan M. Nawa
Salafus Shalih. Dari bekal kecintaan kepada Al-Qur’an mereka melanjutkan
sekolah ke madrasah tsanawiyah yang berintegrasi
dengan pondok tahfidzul Qur’an di Magetan.
Disana mereka menempa diri untuk menghafal Al-Qur’an. Sampai pada saat
ini Ikhwan yang berada di bangku MA kelas II dan Nawa yang berada di bangku MA
kelas I telah khatam menghafalkan Al-Qur’an 30 JUZ.
Subhanallah, rasa haru menyeruak di hati para
pendidik sebelumnya. Bangga dengan pencapaian mereka. Mereka telah dipilih diantara
hamba-hamba Allah yang diwarisi Al-Qur’an. Menjadi penjaga Al-Qur’an sebagai
seorang Hafidz.