THE GUARDIAN




Kami memimpikan madrasah model yang berbasis keunggulan masing-masing. Ada madrasah yang berbasis qur’an berbasis pertanian, berbasis keunggulan keunggulan local, jauh sebelum Gerakan Ayo Membangun Madrasah (GERAMM) dimunculkan oleh kementerian Agama.

Sebuah madrasah di pelosok desa, pinggiran kabupaten Tulungagung. Mulai menata diri sedikit demi sedikit. Basis Qur’an yang kuat di masyarakat di sahuti oleh madrasah dengan mengadakan pembelajaran tartilul qur’an saat itu. Sebenarnya banyak guru dan masyarakat yang kurang setuju dengan alasan itu semua sudah bidang garap madin. Saat itu kami beri penjelasan bahwa tidak setiap anak mau mengaji di madin. Program ini bisa membantu melancarkan program madin juga.

Dua tahun setelah program tartil qur’an kemudian di tambah dengan program tahfidzul qur’an. Dengan langkah awal anak-anak secara klasikal menghafalkan surat surat dari juz 30 (juz Amma), dari surat An- Naba kebawah. Dibawah asuhan beberapa guru tahfidz yang di hadirkan khusus di jam 07.00-08.00 untuk membimbing anak-anak menghafal Qur’an.

Hasilnya di luar ekspektasi kita, anak-anak sangat bersemangat dan memiliki motivasi luar biasa dalam menghafal. Mungkin karena program baru, orang tua pun sangat mendukung dengan membantu membimbing murajaah (membaca berulang-ulang) di rumah masing-masing sebagai pekerjaan rumah anak-anak. Program yang dimulai dari kelas I sampai kelas VI ini mencapai hasil yang beragam. Secara klasikal anak-anak kelas bawah lebih cepat menghafalnya dari pada kelas atas.

Anak-anak di kelas atas memiliki ragam persoalan dari yang belum bisa membaca iqro, sampai sudah memiliki bekal hafalan yang lumayan banyak dari tempat mengaji mereka. Namun inti pembelajaran hafalan ini adalah membantu anak – anak lebih dekat dan mencintai Al-Qur’an sejak dini. Sampai sekarang meskipun sudah  berganti kepala madrasah Alhamdulillah program tahfidz ini tetap berjalan dan menjadi salah satu program unggulan dari madrasah.

Sebutlah M. Ikhwan Maulana dan M. Nawa Salafus Shalih. Dari bekal kecintaan kepada Al-Qur’an mereka melanjutkan sekolah ke madrasah tsanawiyah yang  berintegrasi dengan pondok tahfidzul Qur’an di Magetan.  Disana mereka menempa diri untuk menghafal Al-Qur’an. Sampai pada saat ini Ikhwan yang berada di bangku MA kelas II dan Nawa yang berada di bangku MA kelas I telah khatam menghafalkan Al-Qur’an 30 JUZ.

Subhanallah, rasa haru menyeruak di hati para pendidik sebelumnya. Bangga dengan pencapaian mereka. Mereka telah dipilih diantara hamba-hamba Allah yang diwarisi Al-Qur’an. Menjadi penjaga Al-Qur’an sebagai seorang Hafidz.  

 

 


 

megengan minimalis


Bulan sya'ban merupakan bulan istimewa untuk umat Islam. Berada di kedua bulan Rajab dan Ramadahan. Bulan sya'ban dalam hadits nabi Muhammad disebutkan 
"... Bulan Sya'ban adalah bulan diangkatnya amal-amal. Karenanya, aku menginginkan pada saat diangkatnya amalku, aku dalam keadaan sedang berpuasa." (HR Abu Dawud dan Nasa'i)

Dengan diangkatnya amal amal kita. Maka perlu kita tingkatkan kebaikan yang sudah ada. Meninggalkan hal hal yang kurang baik yang pernah kita lakukan.

Banyak cara untuk yang dilakukan masyarakat muslim Indonesia salah satunya dengan bersedekah, ziarah kubur dan memasak kenduri dibulan syaban yang dikenal dengan nama megengan. 

Saya tidak akan mengulas filosofi megengan, namun lebih kepada adat istiadat yang turun menurun entah sejak zaman kapan. Kebiasaan memasak kendurian ini di masyarakat islam Jawa sangat kental. Hampir Semua rumah tangga mengadakan megengan. 

Sedihnya datang apabila bulan syaban yang ramai dengan budaya megengan ini menyisakan cerita tersendiri. Terlalu banyak nasi yang diterima oleh kita, alih alih menjadi nasi aking. Dikeringkan dibawah sinar matahari, mubadzir sekali..

--
Namun saat ini orang orang lebih cerdas mengkreasi kenduri. Dengan cara mengganti nasi genduren di takir (marang) menjadi bahan mentah yang bisa tahan lama. Ada yang menggantinya dengan memberi makan anak yatim. 

Di daerah saya sudah lama menerapkan megengan minimalis. Dengan cara masing masing keluarga membawa seember nasi dan lauknya ke masjid, dimakan bersama sama warga disana. 
Tentu saja hemat sekali karena bila di hitung dengan takir, seember nasi itu tidak ada 6 takir. 

Dan budaya itu sudah saya ikuti sejak kecil sampe sekarang. Wargapun tidak mau menukar ember mereka dengan takir takir. Dengan alasan supaya tetap menjaga keakraban dan bisa makan bersama di masjid. Tua muda, semua berkumpul dan makan bersama. Sebuah kemewahan yang luar biasa dalam menjalin keakraban dan silaturrahmi. Namun tetap dalam rangka mendoakan arwah dari leluhur yang berada di alam barzah. 

Selamat menyambut bulan Ramadhan. Semoga kita diberi kemudahan dalam puasa tahun ini. 
Aminn

TERIMA KASIH JNE

 



Senja  hari  saat santai di serambi rumah sembari ditemani teh tawar panas, gawai saya bergetar agak lama tidak serta merta saya angkat. Di layar tersebut ada panggilan tanpa nama. Saya agak Enggan menerima telpon yang tanpa nama, karena kebanyakan CS dari sebuah bank, finance atau produk susu yang meminta ijin promosi menawarkan produk, asuransi dan lain sebagainya. Biasanya dengan halus saya berkata masih persiapan sholat, atau kalau tidak saya memohon di telpon di jam agak siang. Saya menerima telpon namun tidak bersuara..

Halloo, mii….” Sapa di ujung telpon.  Ya Allah..… ternyata anakku yang menelpon. Menyesal sekali saya agak mengacuhkan telpon tersebut awalnya. Setengah terpekik saya menyapanya. Kangen sekali dengan anak ini. Selama Covid-19 melanda. Orang tua tidak diperkenankan untuk nyambangi  demi menjaga sterilisasi  lingkungan pondok. Kami maklum dengan aturan itu.  Namun sebagai orang tua wajarlah apabila merasa kangen kepada anak mereka. Ketika dia menghubungi melalui telepon pondok yang difungsikan sebagai telpon umum anak anak santri untuk menelpon keluarganya di rumah.

Sejurus kemudian entah sudah berapa pertanyaan saya ajukan, mulai dari kesehatannya, makannya, baju-bajunya, temannya, ustadnya, sekolahnya, kapan libur, uang sakunya masih apa habis, dan banyak lagi pertanyaan saya. Sambil tak henti hentinya setelah dijawab nasihat untuk selalu berbuat baik dan tidak melakukan hal-hal yang tidak di sukai Allah. Tidak sadar kalau sebenarnya anak ini telpon dengan tujuan tertentu. Agak terdiam lama dan akhirnya dia meminta beberapa barang untuk di kirim.

Menghadapi bulan Ramadhan ini saya minta di kirimi kurma ya mii.. “ pesennya di ujung telpon. “Iya le.. nanti dikirim sama umi, besok kebutuhanmu saya kirim lewat jasa pengiriman barang.”  Nggih” jawabnya. 

Beberapa kali memang hanya lewat telpon si sulungku memberikan kabar dan meminta beberapa barang untuk dikirimkan. Terkadang sarung, baju, atau sekedar jajan untuk camilan. Saya sangat mafhum dan segera mengirimkan apa yang diminta. Karena pandemic ini anak anak yang mondok dan radius rumahnya tidak jauh dari pondok, sering sekali dikirim jajan, makanan, meski hanya dititipkan di pos keamanan. Sedangkan anakku termasuk yang lumayan jauh. untuk bisa mengirim jajan, bisanya melalui jasa pengiriman barang.

Pagi harinya setelah membelanjakan kebutuhan, barang – barang saya masukkan kardus kecil dan tidak terlupa kurmanya. Saya beli kurma sukari yang menurut penjualnya kurma yang enak diantara kurma-kurma yang ada. Saya kemudian mendatangi JNE di pusat kecamatan kami untuk mengirimkan paket tersebut.

Dengan ramah mas-mas di depan counter JNE memberikan pelayanannya. “Mau dikirim kemana Ibu?  “ Tanya salah satu dari mereka. “Saya mau kirim ke anak saya di pondok mas” sambil saya sodorkan alamat pondok yang sudah saya print dari rumah. “Begini bu.. kalau kiriman ke pondok, kami memiliki kebijakan untuk menggratiskan biaya pengiriman” Wow, sejak kapan mas? Tanyaku tentu saja dengan gembira. Karena biasanya setiap pengiriman saya kena biaya antara 20.000 sampai 65.000 tergantung berat barang yang dikirimkan. “Khusus di counter kami, kami berkomitmen untuk  menggratiskan kiriman ke anak-anak di pondok pesantren sejak saya mengelola cabang JNE disini” penjelasan salah satu petugas yang ternyata kepala cabang JNE di situ. Sambil saya tanya nama beliau saya berterimakasih atas inisiatif nya menggratiskan biaya pengiriman barang ke pondok pesantren. “Yazid, bu” ucapnya sambil tersenyum.

Terimakasih mas.. Semoga inovasi dan kebaikan yang diberikan membuahkan keberkahan rezeki dan kelancaran dalam pekerjaan. “  sebuah kebaikan yang memberikan kegembiraan bagi kami costumer yang sering mengirim paket ke anak yang sedang belajar ilmu agama. Semoga program ini ditiru oleh cabang yang lain juga.

 

 

Ketrampilan Hidup

 

Setiap anak memiliki hak dalam kehidupan ini. Generasi penerus bangsa diharapkan bisa tumbuh dan berkembang sesuai dengan zamannya. Generasi Milenial, generasi Alpha dan dan generasi baby boomer adalah istilah yang lekat pada anak-anak yang lahir di tahun 2000 an ini.

Dalam kitab suci Al-Qur’an telah dijelaskan bahwa setiap anak yang lahir dalam keadaan suci dan bersih. Kita orang tuanya yang akan mewarnai kehidupan anak anak menjadi Yahudi, Majusi atau Nasrani ataupun Islam.

Pun dalam kehidupan anak wajib dibekali ketrampilan hidup. Mereka akan tumbuh dan berkembang di zamannya. Sebagai orang tua kita perlu menuntun dan memberikan arahan sebagai bekal mereka kelak. Bukan sekedar materi yang disiapkan namun lebih kepada lifeskill atau ketrampilan hidup.

WHO dan Unesco serta Unicef menyepakati 10 ketrampilan hidup yang perlu diberikan untuk anak anak yakni:

Pertama: Problem Solving, disini individu harus mengetahui tahapan problem solving itu, semisal memahami akar persoalan, factor-faktor yang mempengaruhi persoalan, perbedaan dan solusinya dan bagaimana cara memilih yang terbaik. Penting diajarkan dan anak diajak berfikir mengurai sebuah masalah. Contoh di pendidikan pra sekolah anak diajarkan untuk bisa menemukan jalan keluar dengan menarik sebuah garis tanpa putus dari sebuah labirin yang tentunya disana banyak jalan-jalan buntu.

Kedua: Decision Making, sebelum membuat keputusan, sebelum mengambil keputusan harus dipertimbangkan peluang dan tantangan, kerugian dan keuntungannya dan resiko yang bisa timbul dari pengambilan keputusan itu. Perlu untuk tidak perlu malu mengkonsultasikan dengan orang yang tepat. Menentukan keputusan terkait dengan jiwa kepemimpinan anak. Apa yang harus dia putuskan dan kebijakan apa yang harus diambil disaat aturan tidak lagi pas untuk diterapkan.   

Ketiga: Creative Thinking, Berfikir kreatif dimaksudkan memikirkan inovatif dan kreatif dalam mengeksplor ide-ide baru dan metode baru. Ketrampilan ini perlu terus diasah karena kita  hidup tidak stag, tidak berhenti dalam satu lingkaran waktu yang statis. Namun kita selalu dinamis, sehingga perlu inovasi dan mengembangkan ide yang dimiliki.

Keempat: Critical Thinking, berfikir kritis diperlukan untuk mengevaluasi dan mengkritisi isu yang ada, informasi dan situasi atau rekomendasi dan permintaan yang dibuat, seharusnya tidak langsung diterima dan di laksanakan. Perlu adanya berfikir kritis tidak hanya didasarkan oleh statemen atau tekanan dari seseorang.

Kelima: Self Awareness, (kesadaran diri) Sangat diperlukan untuk memiliki wawasan tentang diri sendiri, kemampuan seseorang, dan keterbatasannya. Kekuatan & kelemahan seseorang. Harga Diri yang Tepat harus ada. Baik perasaan rendah diri & superioritas tentang diri sendiri berbahaya.

Keenam: Empathy, Seseorang harus memahami pandangan, pengalaman & ekspresi orang lain dengan simpati. Seseorang harus menempatkan dirinya pada posisi lain dan bereaksi.

Ketujuh: Interpersonal Relationship, Seseorang harus mengembangkan keterampilan membangun dan memelihara hubungan yang pantas dan bersahabat dengan sebagian besar orang, ia juga harus mempelajari keterampilan untuk mengelola orang yang bermusuhan dan merepotkan dengan menjaga jarak yang diperlukan.

Kedelapan : Good Communication, Keterampilan Komunikasi yang Baik verbal & non-verbal sangat penting dalam fungsi individu sehari-hari. Komunikasi perasaan dan emosi sangat penting untuk kesehatan mental.

Kesembilan : Management of Stress, Metode yang Tepat & Sehat untuk mengelola stres seseorang sangat membantu dalam pencegahan gangguan fisik dan mental

Kesepuluh: Management of Emotion, Metode yang Tepat & Sehat untuk mengelola stres seseorang sangat membantu dalam pencegahan gangguan fisik dan mental

 

MOTIVASI MENULIS

 


Banyak hal yang menjadi excuse penulis pemula seperti saya untuk tidak menulis. Kesibukan  kerja, kesibukan kuliah, kesibukan mengurus rumah tangga dan kesibukan lain yang seakan tidak ada habisnya. Menulis menunggu tema yang tepat dan menanti ide datang juga merupakan alasan klasik yang sangat tepat dijadikan alasan untuk berhenti tidak menulis. Padahal kalau kita lihat didiri orang lain yang menulis, bukan pekerjaan dia sebagai penulis. Mereka juga punya segudang pekerjaan yang harus dikerjakannya. Tapi kenapa mereka bisa berkarya terus menghasilkan tulisan dan bisa meluangkan waktu untuk menulis?

Kegelisahan ini yang memenuhi pikiran saya sejak berhenti sejenak menulis. Saya berdamai dengan diri sendiri untuk tidak menyalahkan karena tidak menulis. Beberapa saat perlu mengambil nafas dan menikmati hal lain selain dunia tulisan. Saya habiskan waktu untuk merenung dan mencari motivasi diri. Antara berhenti menulis ataukah meneruskan belajar merangkai kata-kata untuk menulis.

Sehari dua hari saya merasa sangat bebas tidak ada tekanan mencari ide untuk menulis. Saya tinggalkan jauh jauh laptop dan file kumpulan tulisan saya. Sengaja file kumpulan tulisan saya simpan ke dalam file yang susah dicari, harus melewati beberapa file utama untuk sampai ke file tersebut, dengan maksud supaya saya tidak mudah menemukannya.

Hari – hari berlalu dan saya habiskan untuk mager di depan handphone menikmati sekuel drama korea yang lagi trend saat ini. Dua sekuel kesukaan dan memang lagi happening yakni Penthouse dan Vicenzo.  Dua drama yang tidak mudah ditebak endingnya. Namun menarik mengamati kekuatan uang dan kekuasaan yang hampir saja mengalahkan kebaikan. Berceloteh riang di fb grup para pecinta drakor dari screenshot yang diunggah hasil mereka melihat tayang drama tersebut. Ternyata Indonesia juga demam dengan tayangan dari negeri Hankuk ini. Saya bisa buktikan ketika saya coba mengunggah satu potongan gambar, yang mengomentari ada 150 komentar.

Saat hari – hari berlalu rindu menulis menyeruak kembali dalam diri. Saya intip file di laptop. Saya lihat tulisan artikel yang saya buat, setiap artikel saya nomori ternyata ada 139 artikel  yang sudah saya buat selama setahun sejak saya beralih ke blogspot, karena semula saya menggunakan wordpress untuk alamat blog. Hitungan yang tidak sedikit meski tidak berarti banyak. Masih sangat banyak diluar sana yang produktif menulis daripada saya. Sebutlah pak Supriyanto, selalu konsisten tiap harinya menulis. Buku single keduanya telah terbit. Dr. Ngainun Naim yang tetap menulis. Memacu semangat kembali untuk mengikuti jejak mereka.

Motivasi kadang hilang dikarenakan pujian dari orang lain. Ada rasa minder ketika yang disampaikan oleh orang lain tentang kita terasa tidak pas dengan keadaan. Contohnya beberapa saat yang lalu ada yang berkata “kalau mau belajar literasi, belajarlah dari  bu Etik,” saya langsung tidak punya semangat menulis karena saya sadar saya bukan pakarnya. Saya hanyalah orang yang belajar menulis. Motivasi menulisa saya terbang entah kemana .

Bulan April ini teman teman yang juga vakum dalam menulis beberapa diantaranya kembali menghasilkan artikel tulisannya. Mereka unggah di wa grup kami dan tentu saja itu membangkitkan kembali semangat saya. Malu sebenarnya dengan challange yang diberikan oleh mentor grup kami. Siapa yang rajin menulis akan mendapat reward  berupa buku beliau. Namun saya yakin dengan tantangan ini bisa menghidupkan kembali semangat dan motivasi saya dalam menulis. Siapa tidak bangga dapat penghargaan dari beliau.

 

 

 

Menyemai Bibit Qur'ani dengan simaan keliling

 


Simaan Keliling

juz 1

Afina anakku adalah salah satu siswa Madrasah ibtidaiyah kelas IV.  Selama pandemi corona ini anakku betul-betul merasa sangat bosan dengan pembelajaran daring. Dia sering mengeluh dengan pelajaran-pelajaran yang tidak bisa dia pahami biasanya di bimbing oleh bapak ibu guru. Sedangkan fina ini sangat tidak beruntung, karena setiap hari orang tuanya (WFO) bekerja di  kantor. Sehingga dia di rumah hanya bersama Mbah dan adik balita, yang membuat dia jengkel sama mbahnya sering diperintahbeli sesuatu ke warung, jaga adik sebentar dan perintah perintah kecil untuk membantu pekerjaan rumah.

Beberapa kali saya  berikan masukan untuk membantu pekerjaan rumah dulu, sambil meminta pengertian kepada mbah nya kalau dia meski  di rumah tetap belajar. Mbahnya akhirnya mengerti diberi tahu cucunya.

Beberapa bulan setelah belajar dari rumah,  Madrasahnya mengeluarkan kebijakan baru dari yakni  program pendalam tahfidz. Program tahfidz ini sudah berjalan beberapa selama 6  tahun. sebelum Corona  yang memaksa anak anak belajar di rumah kegiatan tahfidz ini dilaksanakan di Madrasah di jam mulai dari jam 07:00 sampai 08:00 dilanjutkan sholat dhuha, semenjak Corona menyerang anak2 praktis tidak bisa maksimal dalam mengikuti kegiatan ini. Maka inisiatif dari guru  tahfidz  mengusulkan untuk memberikan pendalaman lagi dengan cara anak-anak luring di masjid.

Karena terbatasnya kuota, dan memang harus pembatasan kelas, pembimbing dalam hal ini Hafidzah menyeleksi anak-anak yang diikutkan program ini. Ada 20 an anak yang berhasil masuk dalam program. Anak yang berhasil  masuk program Dalam satu hari wajib menambah hafalan setidaknya setengah halaman. Setiap seperempat juz, setengah juz atau 1 juz pencapaian mereka wajib mengikuti ujian.

Alhasil anak – anak mampu melampaui target selama kurun waktu 4 bulan. Mereka antusias menjalani program ini, meski harus dibebani hafalan dan murajaah tiap pagi dan petang.  Program selanjutnya adalah melancarkan hafalan dengan sistem simaan keliling.  Simaan keliling ini dimaksudkan untuk tetap bisa menjaga hafalan anak dan melatih mental anak anak ketika harus di sima' oleh mustamiin. 

Meskipun beban ganda anak-anak program tahfidz Karena selain menghafal mereka juga masih harus melaksanakan pembelajaran. setiap hari senin sampai sabtu kegiatan pembelajaran daring di rumah ataupun luring terbatas.  Alhamdulillah kami  selaku orang tua bisa bernafas lega selama ini anak-anak tidak ada keluhan sedikitpun mengenai pembelajaran Alquran tersebut

Simaan keliling ini mendapat respon positif, dari wali murid juga masyarakat. Mereka mengikuti anak – anak ke masjid masjid yang telah dijadwalkan. Sambil membawa Al-Qur’an juga untuk khotmil Qur’an sesama wali murid. Sedangkan beberapa diantaranya membawa minuman, snack, makanan untuk konsumsi anak-anak.

Anak anak yang semula masih takut dan demam panggung dengan micropone. Karena saya yakin tidak mudah untuk menghafal dan diperdengarkan kepada khalayak. Semakin lama semakin terasah dan lancar dalam membacanya. Semoga mereka menjadi generasi Qur’ani penjaga Al-Qur’an dimasa depan.


Tak Lelah Berjuang

Bertugas di sebuah Madrasah swasta mungkin merupakan takdir bagi saya. Sudah lebih dari lima belas tahun menjadi Aparatur Sipil Negara, sejak angkatan tahun 2005 saya ditempatkan di sebuah Madrasah Ibtidaiyah swasta. Dimana madrasah ini memiliki murid kurang dari 100.  

Dengan kondisi yang minim sekali dengan fasilitas. Anak-anak untuk sekedar membuang air kecil harus menampung ke tetangga Madrasah. Kadang2 anak anak yang masih belum bisa menjaga kebersihan meninggalkan bau pesing dan membuat tetangga madrasah kurang nyaman dengan keberadaan anak-anak ini. 

Guru-guru bertekad membuatkan kamar mandi di sekolah dengan dana bersama. Mereka rela gajinya yang tidak seberapa dipotong separuhnya untuk pengadaan kamar mandi ini. 

Saya merasa beruntung memiliki teman-teman yang memiliki semangat yang sama dalam satu frekuensi untuk berjuang di madrasah ini. Meningkatkan kualitas dan kuantitas siswa.

Sepuluh tahun selanjutnya saya pindah ke madrasah tsanawiyah, lagi lagi Madrasah swasta. Dikarenakan satu sebab kenaikan pangkat yang tidak bisa turun karena ijazah yang tidak ada jurusannya di Madrasah ibtidaiyah. Dengan terpaksa saya meninggalkan madrasah yang sudah serasa keluarga sendiri menuju ke Madrasah Tsanawiyah. Dan benar saja tidak lebih dari 1 bulan setelah SK pindah tempat turun, saya bisa memproses kenaikan pangkat di kepegawaian yang sebelumnya hampir 6 tahun tidak bisa diurus. Juga sertifikasi yang dulunya tidak bisa cair selama 2 tahun di Madrasah Tsanawiyah Alhamdulillah bisa dicairkan.

Madrasah swasta tempat saya berjuang bukanlah madrasah yang punya siswa yang banyak namun saya merasa suasana kekeluargaan yang mungkin jarang dimiliki oleh yang lain. Kami sering terlibat diskusi pnajang bagaimana cara bisa menarik siswa. Kita akhirnya terbiasa melihat kekurangan kita untuk diperbaiki. Secara peadagogik maupun attitude. Mencoba berbagai strategi pemasaran pendidikan supaya kami bisa dipandang dan menarik minat masyarakat. 

Dengan minimnyaa siswa kita bisa bahu-membahu mencurahkan seluruh fikiran kekuatan baik moral dan material untuk bisa menambah jumlah siswa, karena sampai saat ini masih banyak yang meyakini bahwa sekolah yang bagus itu adalah sekolah yang banyak siswanya.

kami pun berjuang dengan jatuh dan bangun ditolak, dicemooh masyarakat dengan sembunyi-sembunyi bahkan terang-terangan depan mata kami.Terlebih lagi ketika lulusan yang kami keluarkan ada beberapa yang bermasalah itu menambah rapor merah dari Madrasah ini. 

Namun secara pribadi bagi saya hal itu malah merupakan satu cambuk untuk melecut diri lebih baik. Bisa merasakan pahit getir perjuangan, semakin mengokohkan diri untuk menancapkan bendera lebih dalam untuk bisa menikmati jalan menuju ikhlas dan semangat tidak pernah lelah berjuang. 
Secara materi pun kami sering urunan untuk membelikan baju membelikan sepatu atau membantu siswa yang kesulitan dalam masalah keuangan. Banyak guru yang ikut serta membantu siswa-siswi yang secara finansial kesulitan.

Hampir 50% dari siswa siswi kami adalah siswa siswi kurang mampu, inilah yang bisa menjadi ladang amal bagi kami. sekali lagi ini meneguhkan, mengikrarkan diri untuk bisa lebih menjadi orang yang bisa berarti.

Pendidikan adalah garda terdepan pendidikan harus tetap berjalan meski kesulitan membentang, secara keuangan ataupun yang lainnya. Hal lain kesulitan dalam mendidik anak-anak secara moral juga merupakan sebuah tantangan. Bagaimana kita bisa menaklukkan tantangan ini dan membuat habitual siswa berubah dari sesuai yang biasa menjadi siswa yang memiliki kepekaan sosial dan berakhlakul karimah dan bisa beramal sholeh di dalam kehidupannya. Ini merupakan cita-cita besar dari kami. 

Kami rela menjadi lilin buat anak-anak supaya anak-anak ini bisa diterangi kehidupannya dan kami rela untuk kemudian mengorbankan diri demi kehidupan yang lebih baik untuk anak-anak kami semoga hal ini bisa mendapatkan ridho dari Allah subhanahu wa ta'ala.


Featured Post

Sedekah Pohon

  Yang dinamakan sedekah itu bukan hanya memberi uang atau barang kepada orang lain. Dalam hadits nabi, menyingkirkan duri/batu dijalan, b...