Langsung ke konten utama

Sedekah Pohon

 



Yang dinamakan sedekah itu bukan hanya memberi uang atau barang kepada orang lain. Dalam hadits nabi, menyingkirkan duri/batu dijalan, bahkan tersenyum itupun dinamakan sedekah. Sedekah memberi kita sebuah kepuasan batin karena telah dimampukan memberikan kepada orang lain. Sebuah hal yang membuat kita merasa kaya. Manisfestasi dari rasa Syukur kita kepada Allah SWT.

Sedekah adalah mental kaya dari para dewmawan yang mau memberi kepada sesama bahkan kepada makhluk Ciptaan Allah lainnya. Memberi adalah sifat Allah yang luar biasa. Menjadikan nilai nilai profetik ini sebagai sebuah hal yang baik dan membanggakan. Allah Insyaallah bangga dengan perbuatan manusia yang memberi secara Ikhlas dengan semata-mata mengharap Ridho Allah.

Setiap pulang sekolah saya punya kebiasaan baru menanam bibit bonsai dan beberapa bibit tanaman buah dan sayur di belakang rumah. Di bawah jambu yang berbuah lebat. Kami beberapa waktu semenjak April kemarin mengubah kebiasaan dengan lebih merawat tanaman tanaman kebun kami.

Allah memberikan buah yang lebat untuk tanaman jambu air dan jambu biji kami. Setiap berbuah kami rawat, dibungkus buahnya supaya bisa matang dengan baik. Kami bagikan ke tetangga dan guru-guru di sekolahan. Bilapun di jual pasti laku karena banyak saya menemui kios rujak buah jambu Mutiara.

Beberapa ranting jambu yang sudah tinggi tidak serta merta saya tebang. Kami cangkok untuk di rekayasa bisa ditanam Kembali. Meski sempat mendapat penolakan dari suami saya, kenapa harus repot repot dicangkok? Mau di tanam dimana lagi?

Alasan saya tentu tidak terlepas dari pemahaman saya saat menanam pohon dalam Islam, menanam pohon selain bermanfaat untuk menjaga lingkungan tetap hijau, bayangkan kita saat menanam satu pohon berapa banyak Oksigen yang akan dihasilkan oleh pohon tersebut. Berapa banyak manfaatnya untuk kehidupan.

Satu pohon yang kita tanam dengan niat yang baik, maka insyaallah amal kita akan terus mengalir, tidak hanya di dunia namun menjadi amal sholeh kita sampai kita beralih ke kehidupan selanjutnya setelah dunia.

Bahkan Hadits nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Muslim menjelaskan “ tiada seorang muslim yang menanam pohon atau tumbuhan lalu dimakan oleh seseorang, hewan ternak, atau apapun itu, melainkan ia akan bernilai sedekah bagi penanamnya” ***

 

 

Komentar

Popular Post

RESENSI (Pesantren, Kampus Islam dan Moderasi beragama)

  Pesantren, Kampus Islam dan Moderasi beragama Karya Ngainun Naim, Abad Badruzzaman Halaman 288 + vi diterbitkan oleh Akademia Pustaka Begawan literasi di UIN SATU Tulungagung menghadiahkan buku ini pada resensator dengan catatan tulis tangan yang indah berisi tulisan adalah produk intelektual yang perlu di rawat dengan sepenuh jiwa. Sebuah kalimat yang mendalam untuk yang mampu menumbuhkan motivasi yang mendalam untuk menekuni dunia sepi membuahkan tulisan.   Penulis buku moderasi beragama yang di tulis secara duet oleh master di bidang metodologi Islam dan kelimuan tafsir hadis dan ilmu Al Qur’an, para professor ini menyoroti keberadaan Islam, pesantren dan karakter muslim dengan moderasi beragama. Isi Buku Terdiri dari 5 bab yang dimulai dengan pesantren dan dialetika sosial budaya, moderasi beragama sebuah tinjauan umum, pesantren dan perguruan tinggi serta moderasi beragama kebijakan, strategi dan implementasi. Pemembahasan mulai aspek berbeda dari pendidika...

Menggapai Ampunan Berbuah Surga

Bersegeralah mencapai ampunan Allah. Dan imbalannya adalah Surganya Allah yang luasnya seluas langit dan bumi. Surga ini diperuntukkan kepada orang orang yang bertakwa. Makna Langit disini dimaknai semua hal di luar bumi yakni alam semesta adalah langitnya Allah. bukan hanya seluas satu bintang yakni matahari dan 8 planetnya, bukan pula hanya satu galaksi yang berisi sekian milyar bintang. namun sekian milyar galaksi.  Surga seluas langit dan bumi ini diperuntukkan kepada siapa saja yang bisa bersegera mencari ampunan Allah, mereka adalah orang orang yang bertakwa. Siapa orang yang bertakwa dijelaskan di lanjutan ayat dari Surat Ali Imron ayat 134 yakni:  Pertama orang yang menafkahkan hartanya disaat lapang dan sempit . Menafkahkan harta untuk kebaikan dikala mereka kelebihan harta maupun saat kekurangan. Kebiasaan kita adalah tidak mau berbagi disaat kita merasa kekurangan.  Orang yang bisa Menafkahkan hartanya pasti akan banyak kawan. Sebaliknya orang yang kikir dan ...

Hujan di Bulan Juli

Hega menghela nafasnya dengan berat.. “Huuftt mendung, Apakah akan hujan di hari yang dingin ini?” ucapnya dalam hati. Benar karena ini bulan Juli bulan dimana negeri tropis seperti Indonesia ini sedang musim dingin. Udara dingin memang kadang tidak bersahabat. Tapi Hega sangat suka dengan musim dingin dari pada musim hujan. Bukannya benci dengan hujan. Ada beberapa serpihan kenangan duka terselip di kehidupan Hega saat kuliah dulu. “Ga…., “ teriak seseorang Hega menoleh, ternyata sahabatnya yang memanggilnya di depan perpustakaan. Wajah manis dalam senyuman dan mata lugunya membuat Hega menyambutnya dengan senyuman juga. “Ada Apa, Is?” tanyanya. “Besok kamu bisa ikut acara MUSDEGA? Kamu kan kerani. Wajib Ikut lho… “ Tanya si Aisyah. Bukan hanya tanya tapi dia lebih kepada memastikan kehadiran Hega untuk musyawarah Pandega yang akan diadakan hari Sabtu sampai Minggu esok hari. “Belum pasti” jawab Hega lesu dengan menekuk mukanya. “Ayolah semangat.. kamu past...

Kupatan

Pagi selepas jamaah subuh pada hari raya ke-8 Idul Fitri ini saya bergegas menuju dapur untuk mempersiapkan ketupat dan launya untuk dibawa ke masjid. Setiap hari bulan Syawal tanggal 8, pagi sebelum matahari terbit, tradisi di desa kami selalu mengadakan kendurian ketupat di masjid dengan seluruh masyarakat di sekitar Sewaktu kecil saya ketika bapak masih ada selalu di bangunkan dan diajak untuk kenduri di masjid. Meski dingin pagi saya semangat untuk mandi dan bersiap. Bahagianya   ketika menerima bagian ketupat dan melahapnya dengan lauk sayur blendrang dan sedikit taburan kedelai gorang yang dihaluskan, sangat enak. Sekarang gantian anak-anak yang merasakan kebahagiaan itu, mereka bersemangat untuk mempersiapkan diri ke masjid dengan mandi dan berpakaian, kemudian mengikuti ayahnya untuk bersiap ke masjid. Si kecil yang pulas dalam tidurnya terbangun mendengar kesibukan kakak-kakanya, dan berteriak “ikut”. Kupatan yang masih sangat berkesan bagi saya adal...