Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2024

Jejak Pergunu Menjemput Asa (2)

  PC Pergunu Tulungagung dalam rangka Halal Bi Halal sowan ke Ketua Umum PP Pergunu di Pacet, Mojokerto, tepatnya di Universitas KH. Abdul Chalim. Didalam kompleks universitas ini terdapat berbagai Fakultas mulai Tarbiyah, Syariah, Ushuluddin dan Dakwah serta Pascasarjana S2 dan S3.  Digedung perkuliahan dilantai paling atas bersatu dengan asrama mahasiswa. Sehingga mahasiswa disana tidak memerlukan angkutan umum atau transport yang lain apabila mau kuliah. Ada Masjid UAC yang sangat megah dan tempat untuk Kyai Asep menerima tamunya.  Di ruang tamu yang inheren ruangan transit, ruang makan dan aula. Kami diterima sebagai tamu namun diperlakukan dengan luar biasa. Kyai benar benar memperlakukan tamu dengan baik karena perintah Allah untuk menghormati tamu.  Saat berbicara Nada suara kyai Asep tidak begitu keras, lembut namun begitu menghipnotis kami. Suara khas kyai yang memiliki segudang pengalaman dan pengetahuan yang luas. Sehingga kami khusyuk tenggelam mendenga...

Jejak Pergunu Menjemput Asa (1)

    Pelantikan PERGUNU Tulungagung yang sedianya dihadiri oleh Ketua Umum PP Pergunu Prof. Dr. Asep Syaifuddin Chalim menjelang Ramadhan 1445 H kemarin tidak jadi. Pelaksanaan pelantikan tanpa kehadiran beliau karena Ketua PP mendadak ada acara yang lebih penting. Prof Asep yang tidak lain dan tidak bukan adalah pimpinan Pondok Pesantren Amanatul Ummat, Pacet Mojokerto. Pada Momentum Halal Bi Halal di bulan Syawal ini sebagian pengurus Pergunu memutuskan untuk sowan ke Pacet untuk mendengar petuah sekaligus siraman semangat dari beliau. Bersama 33 peserta saya ikut didalamnya. Wanhat alias dewan penasehat PERGUNU Prof. Dr. Akhyak dari UIN SATU Tulungagung, juga turut dalam rombongan kami. PERGUNU merupakan organisasi profesi guru yang diakui oleh pemerintah. Organisasi guru yang semula diakui hanya PGRI, sejak di undangkannya perundangan no 14 tahun 2005 tentang guru dan Dosen, maka bermunculan lagi organisasi-organisasi guru yang dahulu pernah ada dan juga organisasi ba...

Pernik mudik

Pulang kampung yang sering diistilahkan dengan mudik. Pada lebaran kali ini, dimana saya dan keluarga menjadi salah satu pesertanya. Menuju kampung kelahiran suami hampir 1000 km dari sini. Ada saja ternyata kisah dikala mudik lebaran. Baik yang haru maupun yang lucu. Perjalanan ini saya dan anggota keluarga yang berjumlah lima orang, kami memakai mobil wuling milik adik karena kapasitas mobil kami lebih kecil. Saya bersama suami, anak sulung kami yang menginjak kelas 1 menengah atas, putri kedua kami yang dan si bungsu yang masih kelas 1 Sekolah dasar. Kami berlima berangkat ba’da shalat tarawih. Menyengaja malam kami berangkat dengan harapan sampai tol semarang atau pintu tol Banyumanik kami tidak dikeluarkan dari tol. Berdasar pengalaman dua tahun yang lalu pemudik yang dari barat ke timur sangat banyak, menguasai seluruh jalan tol ruas kiri maupun kanan. Sehingga pemudik yang menuju keaarah barat diturunkan dari tol. Berdasar informasi juga pintu tol dibuat searah ke timur pu...

Pahlawan Emansipasi dan Literasi

Memperingati hari kartini yang jatuh pada setiap tanggal 21 April, banyak khalayak yang memperingatinya dengan berbagai macam event. Ada yang lomba memakai kebaya, menggambar Kartini, mewarnai gambar Kartini, yang hampir semua menggambarkan sosok kartini sebagai perempuan jawa yang bersanggul dan memakai kebaya. Apakah memang karena kartini ini orang jawa sehingga diidentikkan dengan pakaian jawa dan sanggul. Dan saya tidak banyak menyoroti disana. Hal yang perlu sekali kita maknai dari peringatan hari Kartini adalah bahwa Kartini adalah seorang pahlawan Nasional di bidang Emansipasi Perempuan. Dilahirkan di lingkup   darah biru, nama Raden Ajeng Kartini, putri wedana yang kemudian menjadi bupati di Jepara hidup dalam kungkungan tembok tinggi keningratan. Dimana perempuan tidak bisa menikmati hak kebebasan seperti halnya kebebasan lelaki. Salah satu contoh kekangan yang didapat oleh Kartini, dia hanya boleh bersekolah sampai usia 12 tahun. Meski gurunya menyarankan untuk mene...

Menjumpa Rindu Sang Bumi Ruwa Jurai

  Agenda dwitahunan kami sekeluarga adalah mudik ke kampung halaman untuk melepas rindu dengan orangtua terkasih. Meski bentangan jarak yang tidak dekat, biaya yang berat, insyaallah tidak ada apa apa nya dengan luapan rindu dan keinginan untuk meminta maaf kepada ibu dan ayahanda. Tahun ini kami tetapkan niat untuk ke tanah kelahiran suami yang di kenal dengan sebutan Sang Bumi Ruwa Jurai. Ratusan kilometer kami tempuh dengan menaiki mobil. Tentu saja persiapan baik fisik maupun mental ditambah lagi finansial sangat butuh ditata dengan sebaik-baiknya. Kamis Malam 5 April kami mengawali perjalanan safar ke pulau Sumatera. Suami sebagai amir safar dan saya sebagai bendahara perjalanan. Anak kami tiga kami ajak untuk ikut serta dalam setiap perjalanan mudik kami. Tugas saya adalah menyiapkan keperluan BBM, Top Up e-Toll, ASDP penyeberangan ferry dan konsumsi saat perjalanan. Sedang tugas utama suami mengemudi kendaraan. Saya Sebagian kecil membantu menggantikan mengemudi dia saa...