Langsung ke konten utama

Merangkul kecewa

 




Kita semua pasti pernah merasakan luka batin. Bisa jadi hari ini pun belum bisa terlupakan dari alam sadar bahkan alam bawah sadar kita. Terkadang atas semua masalah yang terjadi membikin bahu kita berat. beban kecewa yang kita tanggung dan menggelayut di Pundak kita. Pada akhirnya kita hanya bisa menangis, kecewa dan marah.

Kekecewaan bisa terjadi saat realitas yang dihadapi tidak sesuai dengan ekspektasi kita sedangkan dalam batin kita tidak bisa menerima hal tersebut. Harapan indah namun kenyataan pahit sepahit empedu. Banyak orang yang tidak bisa menerima kekecewaan ini dan mengambil jalan pintas mulai tidak percaya dengan Tuhannya, sampai Mengakhiri hidup yang berharga ini.  

Beberapa faktor yang bisa membuat kita mudah merasa kecewa diantaranya adalah:

Faktor luka masa lalu yang tidak tuntas, masa lalu bukan berarti dimasa anak2, bisa jadi kemarin kita dikhianati suami, ditipu teman, yang akhirnya batin kita terluka. Luka luka ini disebut tidak tuntas mungkin juga karena diri kita menganggap kita paling benar sendiri, Tingginya ego kita yang tidak mau menerima kata maaf dari orang lain. Dan yang paling utama saat luka itu terjadi kita tidak segera kembali ingat kepada Dzat yang Maha Sempurna yang menciptakan kita dan muhasabah, berdamai dengan diri kita sendiri.  

Factor selanjutnya adalah perfeksionis, sifat ingin segala sesuatu menjadi sempurna menjadi salah satu factor kekecewaan yang mendalam. Sebenarnya kita sadar tidak ada kehidupan yang sempurna, namun tidak disadari kita berlari kearah kesempurnaan yang dilihatnya. Kita diajarkan oleh diri kita mengejar sesuatu tanpa diberengi oleh menerima keadaan yang terjadi dengan kita.

Faktor Self esteem yang rendah, rasa tidak percaya diri karena keluarga bahkan lingkungan menolak keberadaan kita. Kita sering dianggap manusia pembawa sial. Keluarga tidak terima dengan kekurangan yang kita miliki, juga menjadi pemicu kekecewaan yang menumpuk menjadi sampah batin dan sampah emosi.

Pengin gak kita pulih, jawabnya tentu dong, kita menginginkan pulih dan merasa nyaman menerima keadaan dan merangkul kekecewaan dengan hati yang lapang. Namun kadang kita salah mempersepsikan bahwa untuk menghilangkan kekecewaan orang lain harus berubah dulu baru kita bisa meredakan kekecewaan kita, itu tenyata asumsi yang salah. Ternyata untuk memeluk kekecewaan menjadi kenyamanan yang perlu kita lakukan adalah mengisi diri kita dulu dengan rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah.

Apabila kita telah stabil emosinya, maka dunia diluar diri kita tidak akan berpengaruh banyak. Contoh saat kita terpuruk dan ditimpa masalah yang bertubi-tubi, orang mengajak kita jalan jalan menikmati pantai. Bisakah dengan nyaman kita menikmati suasana pantai. Tentu saja hati kita tetap merasa sesak dengan masalah yang kita hadapi. Namun apabila kita telah menerima keadaan dan berdamai dengan masalah, maka di rumah sambil menyapu pun terasa enak dan ringan.

Tahapan untuk melepas kekecewaan dengan cepat (fast recovery of disappointment) yakni berlatih mendekatkan diri dengan Allah dan berlatih melepas harap.

Komentar

  1. Waktu akan menyembuhkan banyak luka hati

    BalasHapus
  2. Hal yang paling efektif adalah pendekatan diri kepada Allah. Melalui RahmatNya akan dilapangkan pikiran dan hati kita. Seiring berjalannya waktu, kekecewaan akan semakin luntur.

    BalasHapus

Posting Komentar

Popular Post

RESENSI (Pesantren, Kampus Islam dan Moderasi beragama)

  Pesantren, Kampus Islam dan Moderasi beragama Karya Ngainun Naim, Abad Badruzzaman Halaman 288 + vi diterbitkan oleh Akademia Pustaka Begawan literasi di UIN SATU Tulungagung menghadiahkan buku ini pada resensator dengan catatan tulis tangan yang indah berisi tulisan adalah produk intelektual yang perlu di rawat dengan sepenuh jiwa. Sebuah kalimat yang mendalam untuk yang mampu menumbuhkan motivasi yang mendalam untuk menekuni dunia sepi membuahkan tulisan.   Penulis buku moderasi beragama yang di tulis secara duet oleh master di bidang metodologi Islam dan kelimuan tafsir hadis dan ilmu Al Qur’an, para professor ini menyoroti keberadaan Islam, pesantren dan karakter muslim dengan moderasi beragama. Isi Buku Terdiri dari 5 bab yang dimulai dengan pesantren dan dialetika sosial budaya, moderasi beragama sebuah tinjauan umum, pesantren dan perguruan tinggi serta moderasi beragama kebijakan, strategi dan implementasi. Pemembahasan mulai aspek berbeda dari pendidika...

Menggapai Ampunan Berbuah Surga

Bersegeralah mencapai ampunan Allah. Dan imbalannya adalah Surganya Allah yang luasnya seluas langit dan bumi. Surga ini diperuntukkan kepada orang orang yang bertakwa. Makna Langit disini dimaknai semua hal di luar bumi yakni alam semesta adalah langitnya Allah. bukan hanya seluas satu bintang yakni matahari dan 8 planetnya, bukan pula hanya satu galaksi yang berisi sekian milyar bintang. namun sekian milyar galaksi.  Surga seluas langit dan bumi ini diperuntukkan kepada siapa saja yang bisa bersegera mencari ampunan Allah, mereka adalah orang orang yang bertakwa. Siapa orang yang bertakwa dijelaskan di lanjutan ayat dari Surat Ali Imron ayat 134 yakni:  Pertama orang yang menafkahkan hartanya disaat lapang dan sempit . Menafkahkan harta untuk kebaikan dikala mereka kelebihan harta maupun saat kekurangan. Kebiasaan kita adalah tidak mau berbagi disaat kita merasa kekurangan.  Orang yang bisa Menafkahkan hartanya pasti akan banyak kawan. Sebaliknya orang yang kikir dan ...

Hujan di Bulan Juli

Hega menghela nafasnya dengan berat.. “Huuftt mendung, Apakah akan hujan di hari yang dingin ini?” ucapnya dalam hati. Benar karena ini bulan Juli bulan dimana negeri tropis seperti Indonesia ini sedang musim dingin. Udara dingin memang kadang tidak bersahabat. Tapi Hega sangat suka dengan musim dingin dari pada musim hujan. Bukannya benci dengan hujan. Ada beberapa serpihan kenangan duka terselip di kehidupan Hega saat kuliah dulu. “Ga…., “ teriak seseorang Hega menoleh, ternyata sahabatnya yang memanggilnya di depan perpustakaan. Wajah manis dalam senyuman dan mata lugunya membuat Hega menyambutnya dengan senyuman juga. “Ada Apa, Is?” tanyanya. “Besok kamu bisa ikut acara MUSDEGA? Kamu kan kerani. Wajib Ikut lho… “ Tanya si Aisyah. Bukan hanya tanya tapi dia lebih kepada memastikan kehadiran Hega untuk musyawarah Pandega yang akan diadakan hari Sabtu sampai Minggu esok hari. “Belum pasti” jawab Hega lesu dengan menekuk mukanya. “Ayolah semangat.. kamu past...

Kupatan

Pagi selepas jamaah subuh pada hari raya ke-8 Idul Fitri ini saya bergegas menuju dapur untuk mempersiapkan ketupat dan launya untuk dibawa ke masjid. Setiap hari bulan Syawal tanggal 8, pagi sebelum matahari terbit, tradisi di desa kami selalu mengadakan kendurian ketupat di masjid dengan seluruh masyarakat di sekitar Sewaktu kecil saya ketika bapak masih ada selalu di bangunkan dan diajak untuk kenduri di masjid. Meski dingin pagi saya semangat untuk mandi dan bersiap. Bahagianya   ketika menerima bagian ketupat dan melahapnya dengan lauk sayur blendrang dan sedikit taburan kedelai gorang yang dihaluskan, sangat enak. Sekarang gantian anak-anak yang merasakan kebahagiaan itu, mereka bersemangat untuk mempersiapkan diri ke masjid dengan mandi dan berpakaian, kemudian mengikuti ayahnya untuk bersiap ke masjid. Si kecil yang pulas dalam tidurnya terbangun mendengar kesibukan kakak-kakanya, dan berteriak “ikut”. Kupatan yang masih sangat berkesan bagi saya adal...