Saya lama mematikan akun twitter saya, karena gerah dengan ucapan ucapan kebencian yang terlontar di banyak akun. Banyak yang nynyir dan saling serang. Orang-orang yang nota benenya pintar semakin berani menulis kata-kata provokatif yang cenderung kotor dan tidak layak dibaca. Secara kebetulan saja setelah melihat status teman dari twitternya, saya klik masih bisa membuka dengan akun saya. kemudian memaksa saya untuk menulis terkait dengan noise yang ada di salah satu aplikasi medsos ini. Masih ingat kubu cicak dan buaya? Mungkin embrio ini terus ada dan semakin ramai bahkan mengusik dari ramainya mereka berkomentar di sosial media. Inilah yang saya katakana noise. Mereka berisik dan mengganggu ketenangan. Keberisikan atau noise ini membikin mental kita larut kedalam hal yang tidak sehat. Saling caci dan saling benci. Menciptakan gap komunikasi. Apakah budaya noise ini akan selalu di pertahankan? Siapa yang bisa membendung keberisikan sosial media? Geram itulah yang say...