LOMBA POSTER MODERASI BERAGAMA

 LOMBA POSTER MODERASI BERAGAMA MTS ARROSIDIYAH 

TEMA: JIHAD MODERAT MELAWAN COVID 19



Penjelasanan: 

Tindak radikalisme yang mengatasnamakan agama di dunia ini tidak pernah lebur dari peradaban. Tindakan tersebut dilakukan oleh umat yang ‘mengaku’ Islam dengan dasar berjihad di jalan Allah Swt.

Akan tetapi mereka melakukan dengan cara kekerasan. Padahal agama tidak mengajarkan tindakan sebagaimana demikian.

Moderasi beragama adalah bentuk upaya untuk menanggulangi tindakan-tindakan radikal yang ada dalam pribadi seseorang.

Moderasi sendiri berasal dari kata moderation yang berarti orang yang memiliki sikap sedang dan tidak berlebih-lebihan.

Dalam redaksi Bahasa Arab sering diistilahkan dengan wasathiyah yang menurut Raghib al-Asfahani berarti titik tengah, seimbang tidak terlalu ke kanan (ifrath) dan tidak terlalu ke kiri (tafrith).

Pandangan moderat dan moderasi beragama tidaklah sama dengan kedua kelompok di atas. Pandangan moderat meyakini adanya perintah perang jikalau memang dibutuhkan untuk perang sungguhan.

Maksudnya dengan mengangkat senjata dengan musuh yang nyata. Akan tetapi juga tidak meniadakan konteksnya, sehingga perintah perang yang dimaksud jika dalam keadaan aman, bentuk perang tidak hanya ditafsirkan dengan ‘mengangkat senjata’.

Jihad harus dipahami secara moderat. Tidak hanya dimaknai sebagai perang fisik ataupun hanya dengan non fisik.

Jihad dalam konteks saat ini ada banyak macam jenis dan cara. Mengembangkan ilmu pengetahuan termasuk berjihad, dengan mengikuti program belajar mengajar yang dijalankan oleh pemerintah setiap umat baik dalam segala hal telah dinilai berjihad.

Bekerja keras menafkahi keluarga juga termasuk jihad. Sebagai seorang yang bertanggung jawab, seorang ayah misalnya dengan jerih payahnya membanting tulang demi mencukupi kebutuhan keluarga juga dinilai berjihad. Begitu juga sebaliknya, seorang ibu yang dengan ikhlas merawat dan mendidik anak-anaknya juga bernilai jihad.

Sementara itu dalam kondisi pandemi sekarang ini melawan virus juga termasuk jihad. Dengan menerapkan protokol kesehatan, memamakai masker, sering mencuci tangan/handsanitizer, menjaga jarak (pisychal distancinng), suntik vaksin atau segala upaya untuk mencegah penularan virus juga dapat dikatakan berjihad.


School Branding - Bagaimana Implementasinya di Madrasah

 


LENSA MASSARO- Lenbaga Pendidikan Ma'arif NU Kab. Tulungagung tidak pernah sepi dari kegiatan. Hari ini digelar Diklat Branding Madrasah / Sekolah di bawah naungannya. Sabtu, 26 November 2022. 

Diklat ini diadakan tengah kota Tulungagung di Kantor PC LP Ma'arif NU, dengan narasumber Dr. Sholehuddin, S.Ag, M.Pd.I. Widyaiswara Madya Balai Diklat Keagamaan Surabaya yang juga Pengurus Wilayah LP Ma'arif NU Jawa Timur. 

Branding Madrasah diawali dengan dengan memahami keunikan yang ada didiri sendiri. 
Apabila kita di madrasah ma'arif namun kita tidak hanya menguatkan karakter Ke-NU-an, namun harus di cari karakter khusus di madrasah ini . 

Karakter Ke-NU-an jangan hanya terlena dengan sekedar amaliyah saja. di luar sana banyak yang mengiblat amaliyah kita. mereka mengatasnamakan pengajian, tabligh akbar, ngaji kitab kuning dalam rangka masuk di wikayah NU harus meniru amaliyah NU. Yang perlu diperkuat adalah Ideologi NU.    

Saat beliau menjadi WI dia harus menempatkan diri secara netral. namun Ideologi tetap harus dipegang kuat. Apabila kita berbicara di warga Katolik tidak perlu harus memjadi Katolik. 

Selanjutnya pemaparan beliau mengenai Branding School adalah cara seseorang membedakan satu sekolah dengan sekolah lainnya, adalah citra visual. harus ada yang unik dan spesifik 
Unsur Branding  bisa dari: Nama Merek, visi-misi, logo, jargon, media sosial dan website 

Beberapa Tips School Branding adalah: 

1. gunakan tagline yang semenarik mungkin  
2. Jangan menjiplak ide dari sekolah lain
3. Desain Website semenarik Mungkin 

cara lain untuk membranding sekolah / madrasah adalah : dengan Seragam yang keren, Ciri Khas Positif, Kejar Prestasi, Dokumentasi dan Publikasi menarik, Membuat Slogan, Pemanfaatan Tekhnologi,  Alumni Value.  

Beliau mencontohkan beberapa Sekolah/ Madrasah yang beberapa menjadi binaan Dr.Sholehudin 

MI Darussalam/ MIDAS wajah (gedung) yang bagus  
MI MAS - MI Al Akbar, Logo Sekolah dan Seragam 
MI Miftahul Ulum Lumajang - Gedung yang Minimalis, Warna cat bukan melulu Hijau, 
SD Al Hikmah - Tagline : Berbudi dan berpestasi 
 

Contoh Madrasah Unggul di Bidang Lingkungan Tanam pohon bersama siswa lintas agama, bukti nyata toleransi ada (MTs disebuah pesantren Jombang) MTs- MA Al Hikam, SD-SMP Kristen Petra, MI Sabilunnajah Gudo, MTs H. Agus Salim Gudo, TK Hong San Kiong Gudo dan Joglo Sinau untuk turut serta dalam aksi tanam pohon memperingati Hari Toleransi dan Haul Gus Dur 2022.

MTs Al Hikam Mendapat tiga penghargaan 2021, Adiwiyata Nasional; Madrasah Mandiri berprestasi; Pesantern Prenenur.  Sekarang menggandeng dari lintas agama untuk wujud toleransi  

School Branding dan leadership madrasah berbanding lurus dengan menggunakan prinsip sebagai berikut: Menjadi diri sendiri, Prinsip memberi untuk menerima, Focus demham skill yang dimiliki, Kembangkan jaringan di medsos, Memegang nilai prinsip dan kepribadian positif, Konsisten dan mampu menentukan prioritas. 

School branding  juga tidak terlepas dengan Personal branding berupa aktivitas sosial keagamaan, menambah prestasi, publikasi, media online, medsos.

Dengan perencanaan dan analisis bisa melakukan pilihan madrasah unggul seperti; Bilingual, Adiwiyata, Olimpiade, Qur’ani, Literasi, akselerasi, moderasi beragama, Robotik, budaya lingkungan

Terakhir yang tidak kalah penting adalah selain branding madrasah, kita harus melibatkan Allah disegala gerak langkah untuk memajukan madrasah.  


Semua Sayang Nayla

 


“Bundaaa……. Ada anak jatuh dari lantai dua.. “ Teriak bu Suci sembari tergopoh menghampiriku.

Aku terkesiap, saya langsug meloncat dari tempat duduk kepala sekolah dan meninggalkan begitu saja pekerjaan di atas meja ku ini. Aku dan bu suci berlari secepat cepatnya menuju ke tempat anak yang jatuh tersebut.

Bunda adalah sebutan teman teman guru kepadaku. Mereka merasa saya sebagai ibu untuk tempat konsultasi, bertanya dan bahkan curhat. Banyak hal yang sebenarnya saya tidak bisa tapi dianggap bisa oleh teman-teman. Sehingga saya mesti banyak belajar, mempelajari pengalaman hidup dari berbagia buku parenting dan seni mengajar untuk menghadapi guru-guru di sekolah ku ini.

Saya tidak lagi peduli kaki ku keseleo karena lari. Maklum selama ini jarang sekali saya berolahraga lari. Saya hanya ingin mengetahui keadaan anak yang terjatuh itu. Siapa dan bagaimana keadaannya.

Anak ini Bernama Nayla, jatuh meringkuk di kebun jeruk milik sekolahan. Teman teman sudah banyak yang mengerumuninya. Kontan saja saya dan bu Suci segera membopong dia. Alangkah terkejutnya saya anak ini termasuk kecil tubuhnya tapi beratnya, sangat berat. Saya minta tolong anak2 perempuan yang lain untuk ikut mengangkat menuju kelas terdekat.

Itupun kami kewalahan, terlebih lagi kaki ku yang keseleo ini mulai terasa sakit. Akhirnya datang guru laki-laki dan dengan sigap membopong ke kelas terdekat. Saya terbersit keheranan kenapa tubuh anak ini sangat berat?

Banyak teman2 Nayla yang menangis kasihan dengan Nayla. Namun saya mencoba menguatkan hati untuk memberikan pertolongan pertama. Saya lihat bagian tubuh nya, tidak ada yang luka. Anak ini masih sadar namun dia meracau.

Saya semakin melihat keanehan kedua. Dia dari lantai dua dia jatuh tubuhnya tidak tergores sedikitpun, memar saja tidak. Lantai dua memang baru saja selesai pengecoran,  belum meninggikan dinding lantai 2. Karena dana sekolahan yang hanya cukup mengecor lantai 2 saja.

Saya tanya “apa ada yang sakit? “

Dia diam saja dan hanya meracau “semua tidak ada yang bisa dipercaya”.

Mungkin saja anak ini mengalami depresi. Tapi masalahnya apa belum sempat saya tanyakan. Saya berfokus kepada luka fisiknya, kalau tidak ada luka, mungkin ada bagian tubuhnya yang patah. Saya segera meminta bantuan guru yang bisa menyetir mobil untuk mengantar ke tempat pelayanan Kesehatan terdekat.

Sembari saya peluk anak ini tidur di pangkuan saya di jok belakang. Dia meracau “semua tidak bisa di percaya, semua pembohong”

Progressif


 

Duduk dalam ruangan dingin membuat saya kerasan berlama-lama. Apalagi ruangannya bersih dan petugasnya ramah ramah.  Saya sudah sekian puluh tahun menjadi langganan disini.

Bagi orang orang yang memiliki kekurangan seperti saya pasti sangat memerlukan pelayanan ini. Kekurangan yang ada di diri saya saya ketahui sejak masuk bangku kuliah. Ya penglihatan saya sering kabur Ketika melihat infokus atau tulisan di papan tulis.

Dengan kekurangan ini ada yang bisa membantu yakni Optik yang menyediakan berbagai kacamata dengan berbagai ukuran juga.

Dulu saya memandang orang yang memakai kacamata terlihat keren, pintar karena dia lebih banyak  menghabiskan waktu membaca alias kutu buku. Ternyata setelah saya memakai kacamata, saya sadar bahwa memakai kacamata itu adalah kekurangan. Meskipun memakai kacamata menurut saya tetap keren.

Kalau mau menyebutkan berapa banyak kacamata yang telah saya pakai. Sudah melebihi jumlah jari tangan dan kaki. Hal itu disebabkan karena ganti ukuran, Sebagian hilang, Sebagian lagi rusak.

Rusaknya kacamata saya lebih pada perawatannya, saya sering lupa menaruh kacamata dibagian lensanya dibawah, atau meletakkan di tas tanpa memakai boxnya. Sehingga mika ataupun kacanya sering terkelupas.

Ada lagi kerusakan kacamata saya akibat jatuh akhirnya lensanya retak. Gagang kacamata yang patah. Kalau sudah begitu, ganti kacamata menjadi hal yang biasa buat saya.

Sekarangpun berada dalam optik mewah yang berAC ini dalam tujuan yang sama yakni ganti kacamata. Bedanya kalau sekarang ada tambahan irisan kacamata dibagian bawah. Ya.. kacamata plus untuk membaca jarak dekat. Sering disebut dengan kacamata progresif.

Seiring waktu memang ketajaman mata manusia berubah. Memang sudah sunnatullah. Dan kita hanya bisa menjalani kehidupan ini. Hmmmm…***

 

Mengide kebesaran Literasi di Ma’arif

 

Mengide kebesaran Literasi di Ma’arif

Budaya Literasi Jati Diri Warga Nahdliyin

 

Kopi darat (Kopdar) sebenarnya bukan pertama kali diadakan. Saya masih ingat kami pernah bertemu di sebuah tempat nongkrongnya anak muda di Tulungagung. Saat itu merayakan kehadiran buku “Pendidikan di Era Digital.”

Kali ini Ma’arif secara kelembagaan menghadirkan Prof Ngainun Naim Pembina grup Ma’arif Menulis secara ofline, di Kantor cabang Ma’arif Tulungagung. Hadir diantaranya Abah Nursalim, Bu Nurhamidah, Bu Filza, Bu Ana, Bu Siti Kustiani dan beberapa penggiat literasi di Ma’arif.

Lumayan lama menunggu kehadiran peserta satu persatu. Setelah hampir 1,5 jam berlalu dari jam yang di rencanakan. Bapak Dr. Supriyadi, M.Pd.I memberikan sambutan sekaligus memotivasi peserta. Beliau  mengatakan literasi sangat penting untuk membangun peradaban.

Warisan berupa tulisan kita menjadi pembangunan peradaban warga nahdliyin. Kedepan maarif diharapkan mampu membentuk kader literasi, mengadakan roadshow membangun budaya literasi siswa di Ma’arif.

Bukanlah hal yang mudah untuk istiqomah dalam menulis. Namun budaya ini harus tetap kita pertahankan untuk mencitrakan lembaga pendidikan yang sangat dengan dengan keilmuan dan dekat dengan dunia tulis menulis.

Di Ma’arif sendiri memiliki Legacy berupa pembelajaran LPPTQ  Annahdliyah yang sudah go internasional. Buktinya Annahdliyah ini diterapkan di Ma’had UIN SATU Tulungagung.

Sesaat Pak ketua Ma’arif H. Khozin, M.Pd.I menyambut dalam acara ini. Beliau terkesan pada ulama zaman dulu yang memiliki kitab yang banyak dan bermafaat.  Contohnya Syech nawawi beliau menghasilkan kitab sebanyak hari selama hidup. Semangat menulis syech Nawawi ini yang perlu diwarisi oleh kita semua. 

 

Recharge dari Prof. Ngainun Naim, M.HI

Sosok Prof Naim memang sangat berkharisma. Bertemu beliau saja sudah mendadak literat. Semangat menulis tumbuh dari sentilan sentilan beliau. Masa anak kecil kelas 2 SD saja bisa nulis dan menghasilkan karya buku, guru bahkan kepala sekolah gak bisa. Kata kata itu yang disampaikan di workshop penguatan kepala madrasah di lingkup Maarif sebelum pandemi.

Sampai akhirnya beberapa kepala madrasah aktif memulai menulis dengan asuhan beliau. Mulai dari membuat tulisan di blog. Mengisinya setiap hari minimal 5 paragraph. Memberikan tips tips menulis, memotivasi saat kami merasa jengah.

Menulis itu perlu selebrasi namun tidak selalu orang bisa memberi apresiasi kepada tulisan kita. Maka yang paling penting menjadi penulis memaksa diri dari dalam.

 

Apabila kita lembek tidak memaksa diri sendiri, maka tunggulah kita terjebak dalam kebuntuan untuk menulis. “Allahumma mekso awak dalam kebaikan” adalah doa untuk memaksa kita tidak lembek mengerjakan kebaikan dalam hidup kita.

Menulis bukanlah hal yang susah, namun bukan hal yang mudah pula apabila kita tidak merawat ketrampilan ini. Menjalani kegiatan menulis dengan setapak demi setapak, akan mengasah kemampuan kita dibidang itu.

Kita sering melihat orang sukses berkarya, menghasilkan novel yang best seller, tulisan yang di baca ribuan orang. Melihat proses kesuksesan itu dan ingin mengikutinya secara instant. Dibalik kesuksesan seseorang pasti ada peristiwa behind the scene yang beragam.

Juga yang terkadang dilupakan adalah komitmen diri untuk membulatkan tekad apa mewujudkan keinginan kita. Hidup adalah kondisi yang harus dijalani bukan pilihan dan hanya komitmen yang bisa mewujudkan tulisan.

Menurut Prof Naim, Tulisan itu ajaib.. semakin banyak tulisan semakin banyak keajaiban yang interconnected. Orang sering berfikir praksis. Hitam putih. Menulis nanti dapat apa? Materi berupa uang yang dari hasil pembelian buku? Bukan itu, itu adalah cara berfikir yang salah.

Menurut beliau kita bisa menebar Amal sholeh melalui menulis. Keuntungan menulis kemanapun ada teman. Dan tentu saja membahagiakan hati.

Menulis itu adalah meninggalkan warisan, sekali pun jangan membandingkan kegiatan menulis dengan mutu. Itu adalah hal yang berbeda. Menulis adalah bentuk aktualisasi rasa syukur kita.

Terkait tulisan kita bermutu atau tidak nyiyiran orang pasti ada, jangan terlalu berfikir orang mau berbicara apa, yang paling penting berkaryalah dengan menulis. ***

Jejak-jejak teracak dalam kemah moderasi

 


Sudah menjadi agenda tahunan pembinaan ASN di lingkup Kementerian Agama digelar. Namun tahun ini berbeda dengan pembinaan sebelumnya.

Yang membuat berbeda adalah rentang waktu pembinaan yang cukup panjang 2 hari semalam. Diagendakan dengan kemah moderasi.

Sementara ada beberapa kesalahpahaman yang terjadi diantara kami ASN yang berada di DPK kan di madrasah yang diselenggarakan masyarakat. kurangnya informasi menyebabkan sebagian dari kami salah paham dengan agenda kegiatan ini.

Namun semua itu bisa teratasi dan semua bisa mengikuti acara kemah moderasi ini dengan penuh ceria. Pun saya yang sendirian dari satmingkal tempat kerja sendirian, di lokasi kami berbaur dengan teman teman sesama ASN.

Acara ini pagi berkostum olahraga dan siangnya berganti baju batik. Tentu saja batik yang kami pakai beraneka ragam.

Selesai acara pembinaan di dalam ruangan kami bersama menuju ke tenda. Disitulah saya bertemu dengan Mas Nurhadi, senior dan panutan saya dalam menulis. Sebelumnya kami sering menyapa melalui grup WA Ma’arif Menulis sebuah wadah tempat kami mengirimkan hasil tulisan di blog pribadi.

Mas Nurhadi beberapa waktu ini jarang mengunggah tulisan, namun ternyata diam diam dia menulis untuk dijadikan buku. Sudah buku solo yang kedua yang dia karyakan. Berbeda dengan saya. Meski rajin menulis tapi belum bisa meneruskannya menjadi buku.

Saya beruntung bertemu beliau, dan mendapatkan karya “jejak-jejak teracak”  buku yang mengisahkan perjalanan hidup beliau semasa muda. Selamat atas karyanya. Di tunggu karya karya berikutnya. ***

 



Featured Post

RESENSI (Pesantren, Kampus Islam dan Moderasi beragama)

  Pesantren, Kampus Islam dan Moderasi beragama Karya Ngainun Naim, Abad Badruzzaman Halaman 288 + vi diterbitkan oleh Akademia Pustak...