Cegah Stunting

 



Apa stunting? Stunting diidentikkan dengan kekurangan gizi pada anak sampai pada istilah gizi buruk.  Tumbuh kembang anak akan melambat dibanding dengan anak anak lainnya. Istilah stunting sekarang terkenal, saya mencoba mencarinya dalam bahasa Indonesia apa sebenarnya padan kata untuk mengistilahkan stunting itu. Ternyata agak susah mencarinya dan ketemu kata “tengkes” dari istilah stunting itu yang memiliki arti kerdil, kecil atau tidak dapat tumbuh menjadi besar.

Istilah Stunting sendiri  menurut Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Sekretariat Wakil Presiden  diartikan sebagai adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi dibawah lima tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga tinggi maupun berat anak terlalu pendek di usianya.

Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun atau 1000 hari pertama balita. Balita pendek (stunted) dan sangat pendek (severely stunted) adalah balita dengan panjang badan (PB/U) atau tinggi badan (TB/U) menurut umurnya dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS (Multicentre Growth Reference Study).

Seberapa besarkah stunting ini dialami oleh Negara Indonesia? Menurut Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengatakan tahun 2021 prevalensi stunting Indonesia saat ini tercatat sebesar 24,4 persen. Sementara, standar WHO tak boleh melebihi angka 20 persen. Angka 24,4 ini dari 23 juta balita berarti ada 6,1 juta balita terhambat pertumbuhannya.

Angka ini termasuk besar dan pemerintah memiliki target menurunkan jumah balita terkena stunting sebesar 50% di tahun 2025. Tentu saja beberapa scenario pemerintah diadakan untuk mencegah stunting. Diantaranya dengan

Pertama; gizi seimbang. Pemberian gizi yang seimbang pada anak sangat penting, anak memerlukan protein, karbohidrat, zat besi yang terkandung dalam 4 sehat lima sempurna.

Kedua; dengan meningkatkan peranan ibu. Ibu merupakan kunci utama anak stunting apa tidak. Sebelum hamil bahkan seharusnya gizi dari remaja juga dipantau, pendampingan terhadap gizi saat hamil dan pemberian ASI ekslusif pada anak, imunisasi anak dan makanan pendamping ASI.

Ketiga; perlu sekali memperhatikan lingkungan dan air di sekitar. Menjaga sanitasi, sanitasi baik maka kualitas kesehatan akan juga meningkat. Pemeliharaan air bersih berperan dalam meningkatkan derajat kesehatan.

Pencegahan stunting ternyata tidak hanya sekedar memperhatikan seputar gizi tapi kesehatan lingkungan. Meningkatkan kualitas generasi penerus kita wajib kita lakukan untuk keberlangsungan kehidupan kita yang lebih baik.

 

3 komentar:

Featured Post

Perempuan sebagai Garda terdepan

Dalam rangka Milad FORHATI ke 26, yang jatuh pada tanggal 12 Desember Forhati Wilayah Jawa Timur mengadakan peringatan dibarengkan dengan mo...