SERBA SALAH

 


Kata kata ini banyak diungkapkan manakala kita berada di dua pilihan yang sama sama berpotensi  mengalami kesalahan dan bisa jadi menjadi bahan pembicaraan orang. Pembicaraan yang tentu saja memojokkan posisi kita dalam posisi yang tidak benar. Kita memiliki resiko untuk di gunjing oleh orang yang merasa benar versi mereka. Bahkan anak zaman now menyebut dengan natizen maha benar.

Kapankah terjadi kita menjadi serba salah? Yang paling sering kita dibuat serba salah adalah saat kita menggelar hajatan terutama hajatan pernikahan. Pernikahan sebagus apapun pasti tidak lepas dari omongan. Omongan pedas tidak jarang terjadi sepedas sambel korek.

 Hal kecil mulai nasi untuk isi takir yang tidak matang di masak, kata orang jawa masih nglenis karena kebanyakan tamu. Tukang masaknya tergesa gesa ngentas nasi menjadi bahan perbincangan. Jenang yang gosong atau kurang mateng atau rasanya tidak enak pun tidak luput dari perbincangan.  Kalau asul-asul (berkat yang dibawa pulang) isi tas atau ember itu sedikit juga tidak luput dari perkataan orang . katanya yang punya rumah pelit. Makanan hambar dirasani  siapa sih tukang masaknya? Apa yang punya rumah beli bumbunya terbatas??  Bila ada biduanita yang menyanyi terus pakaian nya agak terbuka, pasti belum pulang ibu-ibu sudah nyinyirin yang punya hajat.  Belum lagi kalau ada yang nitip amplop tapi lupa memberi bingkisan untuk pulang.

Apalagi hal besar yang terlihat, seperti menutup sebagian besar jalan untuk kepentingan menggelar hajatan. Pasti seluruh pengendara yang lewat menggerutu dan ada pula yang nyumpahi yang punya hajat.  Nyusah –nyusahin orang yang mau lewat harus melipir ke gang kecil. Tak jarang yang dilewati jalan yang bukan aspal dan becek.

Sebenarnya bila kita telaah lebih dalam tujuan hajatan pernikahan adalah mulia, mempertemukan dua keluarga, menjalin sillaturrahim, mengabarkan berita gembira bahwa si fulan sudah sah menjadi suami si fulanah. Pasti rangkaian hajatan sudah dipersiapkan sebaik baiknya. Orang lain yang melihatpun seharusnya turut bergembira. Tidak sekedar ucapan rangkaian bunga dan ucapan lisan selamat menempuh hidup baru.

Kesalahan kesalahan kecil akan hilang dan tidak perlu dibesar-besarkan.  Kesalahan kecil bisa dinetralisir dengan kita tidak sering ghibah membicarakan aib orang lain atau kesalahan yang ada. Akan sangat sakit apabila yang punya hajat mendengar, mereka sudah capek pikiran, capek badan bahkan rela merogoh kocek dalam-dalam yang tujuannya adalah menghormat tamu yang datang.

Toh kalau kita sendiri nantinya yang mempunyai hajat, belum tentu kita bisa lebih baik melaksanakan hajat kita dibanding orang tersebut. Untuk itu selain tidak ghibah kita juga harus pandai menjaga diri, mengintrospeksi diri dan berbesar hati untuk menerima kekurangan dari tetangga atau kawan atau siapapun yang menyelenggarakan suatu acara.

 


3 komentar:

  1. hehehe... menggelitik kuping.... makanya kalo punya hajatan jangan nanggung BU... merogoh koceknya juga yang rada dalam dikit, untuk sewa tempat yang lebih nyaman, tamu nyaman, parkir nyaman, hidangan sedap jadi kenyang, dan tidak ada yang pusing kepayang ikut mikirin dan nyinyirin tuan rumah yang lagi gelar hajatan.... kakaka. jangan lupa kirim TONJO kan yaa... plak...plak...plak....

    BalasHapus
    Balasan
    1. merogoh kocek rada dalam ketemunya apa hayoooo.. jangan jangan malah bukan uang.. hehehe

      Hapus
    2. Hemmmm... Bisa jadi ini atau itu bu... Kwkkww

      Hapus

Featured Post

RESENSI (Pesantren, Kampus Islam dan Moderasi beragama)

  Pesantren, Kampus Islam dan Moderasi beragama Karya Ngainun Naim, Abad Badruzzaman Halaman 288 + vi diterbitkan oleh Akademia Pustak...