Langsung ke konten utama

Apresiasi



Kemarin  Rabu, 29 April  2020, Pengurus Lembaga Pendidikan Ma'arif Cabang Tulungagung mengadakan bedah buku dari judul kepala madrasah menulis.

Saya adalah salah satu penulis yang ada di buku tersebut. Bahagia sekali rasanya saat kerja kami diapresiasi oleh lembaga pendidikan Ma'arif cabang Tulungagung.Meskipun di tengah pandemic Covid-19, LP Ma'arif tetap aktif dalam kegiatannya dan sukses mengantarkan acara bedah buku
tersebut dengan basis aplikasi zoom.
Pertemuan online semacam ini sudah biasa dilaksanakan oleh banyak orang untuk tetap beraktifitas sebagaimana biasanya. Menggantikan kegiatan tatap muka. Seminar ataupun forum forum ilmiah yang lain di laksanakan melalui media online seperti ini dan sejenisnya.
Pembicara hari itu adalah Bapak ketua LP Ma'arif cabang Tulungagung yakni Pak H. Khozin dan tentu saja Bapak Ngainun Naim  yang telah sukses membidani terbitnya buku ini. 

Saya salah satu dari penulis Antologi buku "Kepala Madrasah Menulis" keseluruhan yang berada 19 orang merasa bahagia dan bangga dengan agenda bedah buku ini, karena ini memotivasi dari insan-insan pendidikan terutama kepala madrasah untuk bisa menulis dan bisa memperlihatkan karyanya untuk kemudian bisa memacu semangat dari guru maupun anak didik.

Semangat literasi yang ditularkan dari Dr. Ngainun Naim ini mampu mewujudkan sebuah kumpulan tulisan yang ditorehkan dalam sebuah buku.
Di dalam paparan pemateri Pak Naim beliau mengatakan bahwa menulis itu perlu Istiqomah kami diharapkan menjadi penulis mandir.  Dan memang dari beberapa penulis saya rasa mempunyai potensi yang cukup besar dalam mengembangkan tulisannya, karena beliau sudah kaya dengan pengalaman membaca buku-buku yang berkualitas sudah dia baca dan tulisannya pun berbobot.

Disampaikan oleh Pak Naim bahwa tulisan-tulisan yang bisa diterbitkan dikategorikan menjadi dua diterbitkan oleh penerbit mayor. Ketika diterbitkan oleh penerbit mayor kita tidak lagi berpikir mengenai harga yang mesti kita bayar untuk mencetaknya bisa malahan penulis mendapatkan royalti.

Menulis adalah karya seni sehingga penulis bisa dikatakan juga sebagai seniman buku-buku hasil tulisan dari karya seni ini merupakan khasanah kekayaan intelektual yang dimiliki oleh seseorang orang lain tidak bisa atau tidak boleh menyalahkan atas hasil karya seni yang telah kita buat memberi masukan kan tapi untuk menyalahkan itu menurut tidaklah etis.

Tentu harapan besar semangat literasi ini bisa menular kepada keluarga besar LP Maarif di Tulungagung. Bisa berkontribusi baik untuk perkembangan khazanah pengetahuan.

Komentar

Posting Komentar

Popular Post

Menggapai Ampunan Berbuah Surga

Bersegeralah mencapai ampunan Allah. Dan imbalannya adalah Surganya Allah yang luasnya seluas langit dan bumi. Surga ini diperuntukkan kepada orang orang yang bertakwa. Makna Langit disini dimaknai semua hal di luar bumi yakni alam semesta adalah langitnya Allah. bukan hanya seluas satu bintang yakni matahari dan 8 planetnya, bukan pula hanya satu galaksi yang berisi sekian milyar bintang. namun sekian milyar galaksi.  Surga seluas langit dan bumi ini diperuntukkan kepada siapa saja yang bisa bersegera mencari ampunan Allah, mereka adalah orang orang yang bertakwa. Siapa orang yang bertakwa dijelaskan di lanjutan ayat dari Surat Ali Imron ayat 134 yakni:  Pertama orang yang menafkahkan hartanya disaat lapang dan sempit . Menafkahkan harta untuk kebaikan dikala mereka kelebihan harta maupun saat kekurangan. Kebiasaan kita adalah tidak mau berbagi disaat kita merasa kekurangan.  Orang yang bisa Menafkahkan hartanya pasti akan banyak kawan. Sebaliknya orang yang kikir dan ...

Kekuatan kata "kita" dalam pernikahan

Pernikahan adalah penyatuan dua manusia yang berjenis kelamin berbeda dari awalnya sendiri (self) menjadi bersama orang lain yang senantiasa melekat kepada kita (us). penyatuan karakter yang berbeda, kebiasaan yang berbeda, pernikahan juga menyatukan dua keluarga besar dari pihak laki laki dan perempuan.  Seorang laki laki dan perempuan apabila telah memantapkan diri menjadi pasangan yang terjalin hukum dan hubungan yang kuat maka perlu yang namanya "the promise of usness" yang akan menjadi dasar hubungan rumah tangga harmonis. "The Promise of Usness"   adalah janji kebersamaan, komitmen untuk saling menjaga, dan kesadaran bahwa hubungan ini adalah sesuatu yang bernilai untuk dirawat. Kata Usness atau kita termaktub makna sepaham dan saling mengikat, bersepakat dan rela memberikan sebagian dirinya untuk menciptakan keutuhan, rasa kedekatan. Bentuk relasi tertinggi dalam makna usness adalah keintiman suami istri dalam melakukan hubungan seksual.  Namun janji ini tida...

kekuatan kata "kita" dalam penikahan (3)

  Merawat kata "kita" sebagai bentuk the promise of usness dalam pernikahan yang ketiga adalah rasa aman. memahami bahwa dalam pernikahan itu adalah saling terpaut, rela membagikan diri untuk menciptakan satu keutuhan dalam mengarungi bahtera rumah tangga adalah salah satunya dengan memberikan rasa aman. Usness akan berkembang saat pasangan dalam pernikahan merasa aman. Aman dalam hal apa, dalam hal menjadi diri sendiri, tanpa takut dihakimi, di tolak dan dilukai. Rasa aman bukan hanya terbebas dari ancaman fisik, tetapi merasa diterima, di cintai dan didengarkan. Saat rasa aman itu diperoleh dalam hubungan pernikahan maka seseorang yang terikat dalam mahligai ini akan bebas mengekpresikan emosi, saat senang ataupun saat kurang baik suasana hatinya. Istri berani bercerita tentang luka masa lalu, tentang kehidupan yang kelam atau trauma masa kecil tanpa dihakimi dan disalahkan oleh suami. Atau saat suami kehilangan segalanya saat berbisbis, istri tidak serta merta meninggalka...

Cuilan Cerita dari Dr. Muhsin Kalida

Rangkaian Haflah Khotmil Qur'an di Ponpes Roudhotu Huffadzil Qur'an masih melekat dihatiku. Betapa tidak, 27 Khotimin dan Khotimat salah satunya adalah murid saya di MI. Ahmad Mulki Miftah Arroziq yang sekarang duduk di semester 2 di UIN SATU Tulungagung. Saya salah satu guru yang bahagia saat melihat anak didik selesai dalam menghafal Al-Qur'an.  Ditambah lagi dengan suasana penuh khidmat mendengarkan tausiyah dari penceramah yang tidak lain adalah Dr. Muhsin Kalida. Saya belum pernah bertemu muka dengan beliau tapi namanya sudah tidak asing di saya karena beberapa kali mengikuti zoom beliau yang diselenggarakan oleh Sahabat Pena Kita, penggiat literasi di bawah asuhan Prof. Ngainun Naim.  Beliau saat covid memberikan support kepada kami, orang gabut yang ingin memanfaatkan waktu dengan hal yang positif. Beliau hadir bersama semangat dan dorongan kepada kami untuk menulis. Karena menulis itu bukan sekedar hobi tapi itu adalah perintah agama namun banyak orang yang abai den...