Perempuan sebagai Garda terdepan



Dalam rangka Milad FORHATI ke 26, yang jatuh pada tanggal 12 Desember Forhati Wilayah Jawa Timur mengadakan peringatan dibarengkan dengan moment peringatan hari ibu tanggal 22 Desember. Bentuk peringatan milad ini adalah Sarasehan Bersama FORHATI Daerah di wilayah Jawa Timur.

Acara di Adakan di Ghra KAHMI JATIM dengan acara Baksos Bersama Ojol Perempuan, Potong Tumpeng dan puncak acara adalah Sarasehan.

Ayunda Dr. dr. Herlin Ferliana, M.Kes adalah Pemateri dalam acara sarasehan, dipandu oleh Ayunda Dini L Nafiati, M.Psi, Dr. Herlin yang barusan purna tugas dari Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur mengaku senang berkumpul dan berhimpun lagi Bersama perempuan perempuan hebat di Jawa Timur.

Dr. Herlin yang juga istri dari Anggota DPR RI tahun 2014-2019 Achmad Rubai menguatkan keberadaan perempuan di ranah publik sebenarnya memiliki kesempatan yang lebar dan luas. Beliau mengalami periode Gubernur dari bapak Imam Oetomo, Pakde Karwo dan Bu Khofifah ini tentu saja telah sangat tahu betul lika liku perjalanan pemerintahan di provinsi Jawa Timur ini.

Menurutnya penting sekali perempuan berperan dalam setiap kebijakan di setiap tingkatan struktur mulai dari desa- pusat. Karena perempuan juga salah satu factor penting dalam penentu sukses tidaknya pembangunan terutama di daerah Jawa Timur.

Dalam hari ibu kali ini Dr. Herlin sebagai dewan penasehat FORHATI berpesan untuk kader KOHATI dan FORHATI untuk bisa menjadi istri, ibu, dan pemimpin masyarakat. Menjadi istri bagaimana bisa mendorong suami untuk sukses, senada dengan slogan Ki Hajar Dewantoro bisa ing madyo mangun karso.

Perempuan sebagai ibu juga harus bisa memanage anak anak sebagai generasi penerus yang sukses juga, karir bagus maka anak anak pun harus tidak boleh tertinggal, harus bagus pula.

Perempuan sebagai pemimpin masyarakat, sekarang banyak perempuan dalam ranah publik menjadi pemimpin yang tidak kalah kiprahnya dengan laki laki. Di Jawa Timur selain gubernur ada 5 kepala daerah perempuan dan sekian wakil kepala daerah juga perempuan. Di berbagai SKPD dan dinas juga sudah banyak dipimpin oleh perempuan.

Dr. Herlin pun menyitir hadits nabi, saat sahabat bertanya siapa di dunia ini yang harus dihormati? Ibumu. Sampai tiga kali nabi mengatakan yang dihormati adalah ibu. Maka kita sebagai ibu harus mampu memantaskan diri sebagai ibu.

Hadir dan membuka acara sarasehan Kordinator Presidium Bawon Adi Yitoni dan Bersama Presidium FORHATI  Dr. Eti Rohmawati, Dr. Sopanah, Anis Lailiana, SE, Dini Latifatun Nafiati, M.Psi, serta beberapa Forhati dari Daerah se-Jawa Timur.

Mental Kaya



Didalam Islam kita tidak dilarang menjadi miskin atau menjadi kaya. Yang dilarang Islam adalah Mental Miskin. Islam mengharapkan semua orang bermental kaya. Meskipun orang tersebut miskin namun diharapkan bisa bermental kaya. apa maksudnya??

Pernahkah kita bertemu orang meskipun dia kaya, saat bertemu dengan orang pesohor atau orang kaya lain dia berfikir apa yang bisa diambil dari pesohor ini? Mental ini adalah mental miskin. mereka mau menadah. 

Rosulullah SAW mensabdakan bahwa 'Al Yaddu ulya khoiro min yadis sufla' Bahwa Tangan diatas (memberi) lebih baik daripada tangan dibawah (menerima). Menjadi mental kaya adalah tangan diatas yang selalu memikirkan apa yang bisa aku bantu dan apa kemanfaatan diri saya untuk orang lain. 

Alkisah saat nabi berhijrah ditemani kaumnya termasuk didalamnya adalah Abdurrahman bin auf, dia adalah orang terkaya di Mekah. Saat Hijrah Abdurrahman diperbolehkan oleh kaum kafir Quraisy dengan syarat semua harta yang dia dapat di Makkah tidak boleh dibawa. Karena kecintaannya kepada Allah dan Rosul sahabat Abdurrahman bin Auf rela meninggalkan semua. Dia berhijrah mengikuti Rosulullah membawa baju yang melekat pada dirinya saja. 

Di Madinah Abdurrahman bi Auf dipersaudarakan dengan kaum Anshor bernama Sa'ad bin Rabi', Beliau orang terkaya juga di Madinah. Pada hubungan ini mereka berdua sama sama memiliki mental kaya. Sa'ad bin Rabi' menawarkan Abdurrahman untuk memilih istri nya karena istrinya ada dua, dia akan ceraikan dan diberikan kepada Abdurrahman. Toko toko yang berpuluh puluh toko dia akan bagi dua dan Abdurrahman dipersilahkan memilih yang dia mau. 

Apa jawaban Abdurrahman bin Auf dia tidak memerlukan semua itu.. Tunjukkan aku dimana letaknya pasar supaya aku bisa berdagang disini. Dan satu tahun kemudian Abdurrahman bin Auf telah menjadi saudagar kaya di Madinah melebihi Saad bin Rabi'

Kesimpulannya adalah ketika dua orang bermental kaya bertemu, dia telah tahu jalan fikiran masing masing. Saad tahu bahwa ketika Abdurrahman ditawarkan istri dan hartanya dia tahu Abdurrahman tidak akan mau. 

Dan menjadi kaya bukan berarti hanya membincang terkait harta yang berlimpah. Tapi nilai kebermanfaatan kita dan kemauan kita untuk selalu berfikir dan berlaku apa yang bisa aku berikan kepada sesama makhluk di muka bumi ini. ***


Sedekah Pohon

 



Yang dinamakan sedekah itu bukan hanya memberi uang atau barang kepada orang lain. Dalam hadits nabi, menyingkirkan duri/batu dijalan, bahkan tersenyum itupun dinamakan sedekah. Sedekah memberi kita sebuah kepuasan batin karena telah dimampukan memberikan kepada orang lain. Sebuah hal yang membuat kita merasa kaya. Manisfestasi dari rasa Syukur kita kepada Allah SWT.

Sedekah adalah mental kaya dari para dewmawan yang mau memberi kepada sesama bahkan kepada makhluk Ciptaan Allah lainnya. Memberi adalah sifat Allah yang luar biasa. Menjadikan nilai nilai profetik ini sebagai sebuah hal yang baik dan membanggakan. Allah Insyaallah bangga dengan perbuatan manusia yang memberi secara Ikhlas dengan semata-mata mengharap Ridho Allah.

Setiap pulang sekolah saya punya kebiasaan baru menanam bibit bonsai dan beberapa bibit tanaman buah dan sayur di belakang rumah. Di bawah jambu yang berbuah lebat. Kami beberapa waktu semenjak April kemarin mengubah kebiasaan dengan lebih merawat tanaman tanaman kebun kami.

Allah memberikan buah yang lebat untuk tanaman jambu air dan jambu biji kami. Setiap berbuah kami rawat, dibungkus buahnya supaya bisa matang dengan baik. Kami bagikan ke tetangga dan guru-guru di sekolahan. Bilapun di jual pasti laku karena banyak saya menemui kios rujak buah jambu Mutiara.

Beberapa ranting jambu yang sudah tinggi tidak serta merta saya tebang. Kami cangkok untuk di rekayasa bisa ditanam Kembali. Meski sempat mendapat penolakan dari suami saya, kenapa harus repot repot dicangkok? Mau di tanam dimana lagi?

Alasan saya tentu tidak terlepas dari pemahaman saya saat menanam pohon dalam Islam, menanam pohon selain bermanfaat untuk menjaga lingkungan tetap hijau, bayangkan kita saat menanam satu pohon berapa banyak Oksigen yang akan dihasilkan oleh pohon tersebut. Berapa banyak manfaatnya untuk kehidupan.

Satu pohon yang kita tanam dengan niat yang baik, maka insyaallah amal kita akan terus mengalir, tidak hanya di dunia namun menjadi amal sholeh kita sampai kita beralih ke kehidupan selanjutnya setelah dunia.

Bahkan Hadits nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Muslim menjelaskan “ tiada seorang muslim yang menanam pohon atau tumbuhan lalu dimakan oleh seseorang, hewan ternak, atau apapun itu, melainkan ia akan bernilai sedekah bagi penanamnya” ***

 

 

RESENSI (Pesantren, Kampus Islam dan Moderasi beragama)

 


Pesantren, Kampus Islam dan Moderasi beragama

Karya Ngainun Naim, Abad Badruzzaman

Halaman 288 + vi diterbitkan oleh Akademia Pustaka

Begawan literasi di UIN SATU Tulungagung menghadiahkan buku ini pada resensator dengan catatan tulis tangan yang indah berisi tulisan adalah produk intelektual yang perlu di rawat dengan sepenuh jiwa. Sebuah kalimat yang mendalam untuk yang mampu menumbuhkan motivasi yang mendalam untuk menekuni dunia sepi membuahkan tulisan.  

Penulis buku moderasi beragama yang di tulis secara duet oleh master di bidang metodologi Islam dan kelimuan tafsir hadis dan ilmu Al Qur’an, para professor ini menyoroti keberadaan Islam, pesantren dan karakter muslim dengan moderasi beragama.

Isi Buku Terdiri dari 5 bab yang dimulai dengan pesantren dan dialetika sosial budaya, moderasi beragama sebuah tinjauan umum, pesantren dan perguruan tinggi serta moderasi beragama kebijakan, strategi dan implementasi. Pemembahasan mulai aspek berbeda dari pendidikan Islam, mulai dari sejarah dan perkembangan pesantren dan kampus Islam, hingga peran mereka dalam mendorong sikap moderat di kalangan umat Islam. Penulis menekankan pentingnya pesantren dan kampus Islam dalam mengajarkan nilai-nilai toleransi, dialog antaragama, dan pemahaman Islam yang inklusif.

Ngainun Naim dan Abad Badruzzaman juga mengangkat bagaimana pesantren dan kampus Islam dapat menjadi benteng bagi pengembangan moderasi beragama, terutama di tengah tantangan radikalisme dan ekstremisme yang semakin meningkat. Buku ini tidak hanya memberikan pandangan teoretis, tetapi juga menyajikan studi kasus dan pengalaman nyata dari berbagai pesantren dan kampus Islam di Indonesia.

Keunggulan Salah satu keunggulan buku ini adalah pendekatan multidisiplinernya yang menggabungkan kajian sejarah, pendidikan, dan sosiologi untuk memberikan gambaran yang komprehensif tentang peran pendidikan Islam dalam moderasi beragama. Selain itu, penulis menggunakan bahasa yang mudah dipahami, sehingga buku ini cocok untuk pembaca dari berbagai kalangan, termasuk akademisi, mahasiswa, dan masyarakat umum.

Kelemahan, buku ini mungkin terasa kurang mendalam bagi pembaca yang mencari analisis lebih kritis atau solusi praktis terhadap masalah-masalah yang dibahas. Beberapa pembahasan mungkin terasa terlalu umum dan tidak memberikan panduan spesifik bagi institusi pendidikan Islam yang ingin mengimplementasikan konsep moderasi beragama.

Kesimpulan Secara keseluruhan, "Pesantren, Kampus Islam, dan Moderasi Beragama" adalah buku yang relevan dan penting untuk dibaca oleh mereka yang tertarik pada pendidikan Islam dan upaya-upaya dalam mendorong moderasi beragama. Buku ini menawarkan wawasan berharga tentang peran institusi pendidikan Islam dalam membentuk sikap moderat dan mendorong harmoni di tengah keragaman masyarakat Indonesia.

Kail Atau Ikan?



Menjadi pendidik seringkali dihadapkan kepada anak anak yang beragam. Dari berbagai latar belakang keluarga yang tidak sama. Masuk ke sekolah mereka dihadapkan dengan peraturan yang sama. Maka reaksi yang terjadi juga beragam. Menerima dan melaksanakan dengan patuh, tapi tidak sedikit pula yang memberontak baik dengan diam diam maupun terang terangan. 

Kondisi kesiapan mental anak didik untuk belajar merupakan hal utama yang harus disiapkan baik oleh orang tua maupun guru. Ada banyak siswa yang merasa sekolah hanya membelenggu kebebasan mereka, sangat bahagia kalau jam kosong atau pulang pagi karena gurunya sedang rapat dinas. 

Sering saya mengelus dada apabila remaja awal ini sedang dalam keadaan tidak baik baik saja. Terlambat datang ke sekolah dengan alasan mereka bangun kesiangan. Mata mereka memerah tanda telat tidur. bahkan beberapa sudah terlihat matanya tidak normal. 

Sesungguhnya tidak ada orang tua yang mau anaknya sengsara. Semua orang tua menginginkan anaknya enak dan sukses, ini yang terkadang menjadi pola asuh yang salah. Bukannya memberi pengalaman berharga untuk bekal hidupnya.

kata pepatah dahulu berilah kail untuk anakmu jangan kau beri ikan. maknanya adalah memberikan pancingan untuk bisa belajar survive dalam kehidupan, yang terjadi kebanyakan sekarang orang tua lebih memberikan fasilitas maupun perlakuan yang membuat anak tidak bisa belajar bertahan menghadapi beban hidup mereka. 

Hebohnya Uji Kompetensi Guru

 


Pernik naik pangkat untuk ASN sekarang di tambah lagi dengan Uji Kompetensi. Dulu belum ada ujian-ujian seperti ini. Saya masuk dalam peserta uji kompetensi untuk naik tingkat dari guru muda ke guru madya. Dari portal kemdikbud yang terintegrasi dengan SIMPKB dari aplikasi simpatika kemenag. Kami bisa masuk ke SIMUKKJ.

Ada beberapa tahapan yang harus kami lakukan untuk sampai pada ujian hari ini 27/8/2024. Mulai proses pengajuan berkas, verval berkas, uji kompetensi dan hasil uji kompetensi. Banyak dari kami ASN yang merasa ribet dengan penyiapan berkas berkas. Beberapa menginjak usia yang tidak muda lagi sehingga untuk masuk ke portal, scan berkas dan mengunggahnya.  

Terhitung mulai bulan Juli kami disibukkan dengan penyiapan berkas. Grup grup ASN berisik dengan beberapa pertanyaan. Bagaimana cara masuknya, bagaimana kalau ada kekurangan berkas, bagaimana kalau ini dan itu banyak lagi yang dipertanyakan. Termasuk saya sendiri juga agak ribet di tengah tengah proses menata dan mengelola sekolahan menghadapi siswa baru. Saya agak kesulitan membagi waktu untuk menyempatkan menangani kepentingan pribadi.

Belum lagi berkas yang ketlisut harus mencari kemana-mana. Terutama berkas SK guru pertama dan SK jabatan Fungsional. Karena SK ini sering tidak dipakai, ketika diperlukan maka harus membuka berkas yang tertimbun lama.

Tahap selanjutnya adalah verval berkas. Dilakukan oleh pihak Kemenag dan pihak kemdikbud. Sekali lagi di grup berisik karena waktu yang diinfokan dan waktu pengumuman berkas di terima atau di tolak tidak sama. Waktu pengumuman sangat terlambat, sehingga banyak yang panik bisa apa tidak mengikuti ujian ini.

Baru di tengah bulan Agustus saat membuka portal https://ujikompetensi.simpkb.id/ kami menerima pemberitahuan pengumuman ujian. Waktu dan tempat untuk ujian. Yang dikatakan TUK (Titik Ujian Kompetensi) ditentukan oleh kemenag kabupaten. Dipusatkan di MTsN 1 Tulungagung kami sebanyak kurang lebih 150 orang mengikuti ujian ini dengan harap harap cemas.

Tanggal 27 Agustus 2024 jam 13.00 – 15.00 Uji Kompetensi dimulai. Ada celotehan dari beberapa orang dengan sumir. Koq mau maunya mau naik tingkat wong naik tingkat ke golongan lebih tinggi berarti pajaknya lebih banyak.

Ada 68 soal yang terdiri dari manjerial, sosio kultural dan teknis. Mengacu kepada kurikulum merdeka dan pengimplementasian profil pelajar Pancasila. Kami serius sekali di sejam yang pertama tapi setelah ujian berlangsung sejam mulai ada gerakan dari tubuh maupun mulut peserta. Akhirnya pecah canda dan tawa dengan berbagai versi. ditambah 12 item untuk studi kasus yang harus dikerjakan sebagai pengganti wawancara.  Alhamdulillah kami bisa menyelesaikan semua soal dengan tepat waktu. Semoga hasilnya juga memuaskan dan sesuai ekspektasi.

More reaction, more tear more fear




Sebagai orang tua kita perlu belajar bagaimana memberikan respon terhadap si kecil yang sedang tumbuh kembang. Saya pernah mempraktekkan kekuatan respon ini terhadap mental anak. 

Anak saya pernah terjatuh, tidak sengaja neneknya berteriak dan berkata "ya Allah... Kamu tidak apa apa nak... Mana yang sakit??" didekati dengan tergopoh gopoh dan muka yang cemas dari neneknya. Alhasil si kecil menangis dengan keras. 

Saya sangat maklum dengan seorang nenek yang menginginkan cucunya aman dan tidak terjadi apa apa. Saya coba untuk berkomunikasi dengan beliau lain kali kalau ada kejadian anak jatuh dari karena belajar berjalan atau belajar naik sepeda untuk tidak memasang muka cemas, dan menanggapi dengan sewajarnya saja. 

Di lain waktu anak saya terjatuh karena melompat lompat di kamar tidur, jatuhnya ke lantai karena kakinya terpeleset pinggir ranjang. Dengan tenang sang nenek mendekati dan mengatakan "gak papa kan... Ayo bangun..". Alhasil anak yang mau menangis tidak jadi. Dia tidak menangis karena respon dari lingkungan disekitarnya tidak memanjakannya. 

Kekuatan reaksi/respon yang berlebihan akan membuahkan ekses yang lebih mengerikan. Sama sama jatuh atau terbentur pintu, dengan respon yang berlebihan membuat anak lebih keras menangis dan ketakutan dan cemas.

Maka lebih baik kita sebagai orang tua juga belajar bagaimana memanaj hati untuk menguatkan diri dan tidak memperlihatkan kecemasan kita terhadap sesuatu yang terjadi pada anak atau pasangan kita. 

Itu akan lebih membawa pengaruh positif untuk keluar dari masalah daripada merespon secara berlebihan. 



Kompetensi Kepala Madrasah yang Sering Terlupa

 


Apa yang terlintas di pikiran saat membaca kata kewirausahaan. Ada tiga jawaban teratas saat penulis dengar dari jawaban peserta DDTK penguatan kepala madrasah kewirausahaan terkait bisnis, untung rugi, koperasi sekolah. 

Sebenarnya kewirausahaan kepala sekolah tidak melulu diartikan dengan tendensi dengan bisnis. Kewirausahaan menurut Soeharto Prawiro merupakan suatu nilai yang dibutuhkan untuk memulai usaha dan mengembangkan usaha Kewirausahaan kepala madrasah adalah suatu sikap jiwa dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru yang sangat bernilai dan berguna bagi dirinya dan orang lain. 

Dari berbagai sumber wirausaha juga diartikan sebagai sikap mental dan jiwa yang selalu aktif dan kreatif atau berdaya, bercipta, berkarya dan bersajaya dalam rangka mengingkatkan pendapatan dalam kegiatan usahanya. Kewirausahaan menjadi salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh kepala madrasah selain 4 kompetensi lainnya sesuai yang termaktub dalam regulasi pemerintah, yakni Permendikbud no 13 tahun 2007. Sedangkan kewirausahaan diregulasikan oleh Permenag No 58 tahun 2017 diperbaharui nomor 24 tahun 2018. 

Tantangan yang dihadapi kepala dalam mengembangkan madrasah sebagai berikut: 

Pertama Pergesaran budaya anak anak lebih suka K pop dari pada budaya ketimuran. Ketertarikan anak atas budaya luar, sangat besar dibandingkan dengan budaya barat. Kedua Tantangan tekhnologi penggunaannya pada kegiatan yang produktif, mengakses media sosial belum diintegrasikan pada media pembelajaran. Tekhnologi untuk mempublikasikan mempromosikan kegiatan di medsos untuk menjangkau lebih luas.  Ketiga Tantangan selanjutnya adalah Lost generation, saat pandemi Covid melanda banyak murid yang lack dan tidak mampu menyesuaikan gaya belajar melalui daring sehingga  tekhnologi yang dijadikan untuk pembelajaran, menghambat mereka mendapat ilmu dengan maksimal 

Selain itu penggunaan sumber belajar melalui tekhnologi ini mengakibatkan hilangnya karakter. Pendidikan karakter lemah saat tidak terjadi pertemuan antara siswa dan guru secara langsung. Karena pendidikan karakter harus dilewatkan dari suri tauladan dan ulang-ulang. 

Ada 4 kriteria Profil kepala madrasah menuju kepada kewirausahaan kepala madrasah.

1. Memiliki kompetensi unggul dalam menjalankan profesinya

Hari ini yang sedang kita didik adalah anak anak generasi Z dan Generasi Alpha. Sedangkan pendidiknya adalah generasi X dan generasi Milenial. Perlu jiwa-jiwa kewirusahaan, inovasi, kerja keras kreatif untuk menghadapi tantangan dalam pengembangan madrasah.Tidak hanya kegiatan belajar mengajarnya.

2. Memiliki karakter SDM abad 21

Kepala madrasah harus memiliki ketrampilan Abad 21 diantaranya adalah berfikir kritis, berkolaborasi, kreatif inovatif dan komunikatif. 

3. Sejahtera professional dan mulia

Tujuan semua orang saat bekerja adalah sejahtera, kepala madrasah juga harus professional bekerja sesuai tupoksi. 

4. Tanggap dan cepat mengikuti perubahan jaman 

Di era 4.0 ada disrupsi technology yang diartikan sebagai pergerseran fundamental aktifitas masyarakat, dari aktifitas nyata menuju aktivitas digital yang sifatnya cenderung maya. Ketrampilan digital harus di kuasai oleh kepala madrasah. 


Saat inipun sulit untuk mengatakan jiwa Kewirausahaan kepala madrasah berkembang, karena paradigma yang dibangun masih belum komprehensif. ada 4 faktor penghambat berkembangnya kompetensi kewirausahaan kepala madrasah yakni:

1. Belum banyak Inovasi yang berguna bagi perkembangan madrasah

2. Belum Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah sebagai organisasi pembelajar yang efektif. kita tahu bahwa Perancangan strategi dalam membangun budaya kerja keras dan penerapannya, serta etos kerja akan mencapai keberhasilan.

3. Belum Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pemimpin. Motivasu adalah bahan bakar untuk sukses, melakukan upaya positif untuk mencapai target.

4. Gampang menyerah dan dalam menghadapi kendala yang dihadapi


Sistem Zonasi (keinginan) memeratakan Mutu Pendidikan di Indonesia


Bulan Juni adalah bulan yang menghantui para orang tua yang putra putrinya sudah menginjak kelas 6, dan kelas 9. Tahun tahun lalu Mencari sekolah terbaik untuk anaknya sesuai NUN yang diperoleh. Anak bisa mencari sekolah yang dia inginkan berdasar Nilai Akhir. Namun situasi ini berubah saat diundangkan Permendikbud No 14 tahun 2018, No 51 tahun 2018, No 20 tahun 2019 dan no 44 tahun 2019. 

Tujuan Utama Zonasi adalah meningkatkan akses pemerataan pendidikan, mengurangi ketimpangan antar sekolah, mengurangi kemacetan dan meningkatkan keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak. 

Dengan sistem Zonasi yang mewajibkan sekolah dapat menerima siswa yang berdomisili di sekitar sekolah dalam radius zona tersebut 90 % dari daya tampung, selebihnya jalur prestasi dan perpindahan orang tua wali. 

Sistem ini menuai pro dan kontra, bagi yang berada dalam zona sekolah favorit tentu saja mereka gembira, dengan kuota yang sangat terbuka lebar untuk menyekolahkan anaknya ke sekolah impian, dan tidak perlu lagi berkompetisi terutama dengan nilai. 

Yang kontra terhadap kebijakan sistem zonasi ini tentu saja tidak sedikit. Opini yang berkembang adalah siswa yang memiliki kualitas baik kesulitan dalam mendaftarkan ke sekolah yang lebih unggul hanya karena jarak rumahnya jauh. Sedangkan sekolah yang berada di dekat dia belum tentu bisa memgembangkan kualitas anak tersebut.

Ada juga fakta tentang manipulasi alamat. Demi sang anak bisa bersekolah yang diinginkan, mereka memanipulasi alamat tempat tinggal. Ini akhirnya yang mengakibatkan deviasi dari tujuan utama dari sistem zonasi itu sendiri. 

Sekarang, Setelah berapa tahun zonasi di terapkan, dirasa oleh banyak fihak masih belum sesuai dengan tujuan awalnya. Di Sekolah, hampir setiap sekolah mendapatkan input siswa dengan prestasi beragam. terdapat Sekolah-sekolah yang terletak diperbatasan kabupaten dengan sekolah swasta terutama kurang mendapat prioritas. 

Selain itu, pembelajaran di kelas dengan siswa kategori berprestasi dicampur dengan siswa yang tertinggal dalam belajar terjadi gap yang cukup jauh. Siswa yang kurang serius belajar memiliki semangat belajar yang rendah. 

Sepengetahuan Penulis apabila anak kurang memiliki keseriusan dalam belajar mereka acapkali tidak membawa buku paket, berpakaian tidak lengkap, mengantuk ketika diajar, beberapa kali meninggalkan jam pelajaran tanpa keterangan, hingga beberapa kali bolos sekolah.

Dari pihak gurupun gap motivasi terjadi guru lebih semangat mengajar pada kelas unggulan daripada kelas biasa. Inilah potret zonasi yang sekarang terjadi di sekeliling kita. ***


Featured Post

Perempuan sebagai Garda terdepan

Dalam rangka Milad FORHATI ke 26, yang jatuh pada tanggal 12 Desember Forhati Wilayah Jawa Timur mengadakan peringatan dibarengkan dengan mo...