Langsung ke konten utama

Mekso

Kata kata terpaksa atau memaksa memang identik dengan hal yang negatif. Bahkan bayangan kita bisa mengarah kepada kekerasan. Tapi tunggu dulu, ada juga terpaksa yang membuahkan hasil manis. Yakni memaksa diri untuk bisa menyelesaikan sebuah pekerjaan, memaksa diri untuk menyelesaikan studi. Alhasil adalah kata kata syukur yang keluar. Alhamdulillah. Bila tidak memaksa diri mungkin kita juga tidak sampai pada titik pencapaian kita sekarang.


Memaksa diri menulis saat keadaan tidak fit dan memaksa untuk menyelesaikan tulisan juga perlu usaha dan pengorbanan yang lebih. Ada yang namanya batas waktu yang untuk membatasi kita harus menyelesaikan pekerjaan yang kita kenal dengan deadline.

Deadline tulisan seorang wartawan surat kabar harian misalnya harus sebelum jam 12 malam untuk segera di cetak dimedia mereka. Deadline seorang mahasiswa adalah semester 14 untuk menyelesaikan studinya. Bila mundur dari tenggat waktu yang ditentukan maka konsekuensinya adalah harus rename dan mengulang lagi.

Deadline seorang penulis? Sebenarnya tidak ada deadline bagi seorang penulis. Mereka bebas untuk menyelesaikan tulisan mereka. Yang bisa membatasi mereka adalah diri mereka sendiri. Penulispun kadang juga harus memaksa diri menyelesaikan tulisan mereka. Akan ada kepuasan batin saat tulisan itu selesai.

Menulis bagi penulis bisa saja hobi, menjadi sebuah kesenangan. Namun tidak sedikit yang menulis karena dituntut oleh karir dan pekerjaan. Bisa jadi ini yang dikatakan terpaksa itu. Bagi penulis yang masih terpaksa memang harus banyak memaksa diri untuk belajar dan menjadi terampil menulis. Perlu diingat bahwa menulis butuh jam terbang. Butuh waktu untuk bisa merangkai kata menjadi bermakna.

Maksud penulis untuk bisa sampai kepada pembaca pun perlu diasah terus. Karena apa yang ditulis belum tentu bisa ditangkap oleh pembaca sesuai apa yang dimaksudkan oleh pembaca. Harus ada keteraturan dan keruntutan berfikir supaya pembaca paham yang dimaksudkan oleh penulis.

Memaksa diri tidak selamanya jelek. Bahkan kita perlu memaksa diri untuk mampu mengalahkan mental blok kita. Rasa tidak percaya diri, rasa minder akan selamanya menghantui bila tidak kita paksa untuk hilang. Perlu memotivasi diri sendiri dan merayakan keberhasilan diri untuk pencapaian kita sekecil apapun itu.  


Komentar

Posting Komentar

Popular Post

Menggapai Ampunan Berbuah Surga

Bersegeralah mencapai ampunan Allah. Dan imbalannya adalah Surganya Allah yang luasnya seluas langit dan bumi. Surga ini diperuntukkan kepada orang orang yang bertakwa. Makna Langit disini dimaknai semua hal di luar bumi yakni alam semesta adalah langitnya Allah. bukan hanya seluas satu bintang yakni matahari dan 8 planetnya, bukan pula hanya satu galaksi yang berisi sekian milyar bintang. namun sekian milyar galaksi.  Surga seluas langit dan bumi ini diperuntukkan kepada siapa saja yang bisa bersegera mencari ampunan Allah, mereka adalah orang orang yang bertakwa. Siapa orang yang bertakwa dijelaskan di lanjutan ayat dari Surat Ali Imron ayat 134 yakni:  Pertama orang yang menafkahkan hartanya disaat lapang dan sempit . Menafkahkan harta untuk kebaikan dikala mereka kelebihan harta maupun saat kekurangan. Kebiasaan kita adalah tidak mau berbagi disaat kita merasa kekurangan.  Orang yang bisa Menafkahkan hartanya pasti akan banyak kawan. Sebaliknya orang yang kikir dan ...

Kekuatan kata "kita" dalam pernikahan

Pernikahan adalah penyatuan dua manusia yang berjenis kelamin berbeda dari awalnya sendiri (self) menjadi bersama orang lain yang senantiasa melekat kepada kita (us). penyatuan karakter yang berbeda, kebiasaan yang berbeda, pernikahan juga menyatukan dua keluarga besar dari pihak laki laki dan perempuan.  Seorang laki laki dan perempuan apabila telah memantapkan diri menjadi pasangan yang terjalin hukum dan hubungan yang kuat maka perlu yang namanya "the promise of usness" yang akan menjadi dasar hubungan rumah tangga harmonis. "The Promise of Usness"   adalah janji kebersamaan, komitmen untuk saling menjaga, dan kesadaran bahwa hubungan ini adalah sesuatu yang bernilai untuk dirawat. Kata Usness atau kita termaktub makna sepaham dan saling mengikat, bersepakat dan rela memberikan sebagian dirinya untuk menciptakan keutuhan, rasa kedekatan. Bentuk relasi tertinggi dalam makna usness adalah keintiman suami istri dalam melakukan hubungan seksual.  Namun janji ini tida...

kekuatan kata "kita" dalam penikahan (3)

  Merawat kata "kita" sebagai bentuk the promise of usness dalam pernikahan yang ketiga adalah rasa aman. memahami bahwa dalam pernikahan itu adalah saling terpaut, rela membagikan diri untuk menciptakan satu keutuhan dalam mengarungi bahtera rumah tangga adalah salah satunya dengan memberikan rasa aman. Usness akan berkembang saat pasangan dalam pernikahan merasa aman. Aman dalam hal apa, dalam hal menjadi diri sendiri, tanpa takut dihakimi, di tolak dan dilukai. Rasa aman bukan hanya terbebas dari ancaman fisik, tetapi merasa diterima, di cintai dan didengarkan. Saat rasa aman itu diperoleh dalam hubungan pernikahan maka seseorang yang terikat dalam mahligai ini akan bebas mengekpresikan emosi, saat senang ataupun saat kurang baik suasana hatinya. Istri berani bercerita tentang luka masa lalu, tentang kehidupan yang kelam atau trauma masa kecil tanpa dihakimi dan disalahkan oleh suami. Atau saat suami kehilangan segalanya saat berbisbis, istri tidak serta merta meninggalka...

Cuilan Cerita dari Dr. Muhsin Kalida

Rangkaian Haflah Khotmil Qur'an di Ponpes Roudhotu Huffadzil Qur'an masih melekat dihatiku. Betapa tidak, 27 Khotimin dan Khotimat salah satunya adalah murid saya di MI. Ahmad Mulki Miftah Arroziq yang sekarang duduk di semester 2 di UIN SATU Tulungagung. Saya salah satu guru yang bahagia saat melihat anak didik selesai dalam menghafal Al-Qur'an.  Ditambah lagi dengan suasana penuh khidmat mendengarkan tausiyah dari penceramah yang tidak lain adalah Dr. Muhsin Kalida. Saya belum pernah bertemu muka dengan beliau tapi namanya sudah tidak asing di saya karena beberapa kali mengikuti zoom beliau yang diselenggarakan oleh Sahabat Pena Kita, penggiat literasi di bawah asuhan Prof. Ngainun Naim.  Beliau saat covid memberikan support kepada kami, orang gabut yang ingin memanfaatkan waktu dengan hal yang positif. Beliau hadir bersama semangat dan dorongan kepada kami untuk menulis. Karena menulis itu bukan sekedar hobi tapi itu adalah perintah agama namun banyak orang yang abai den...