Independensi Etis dan Independensi Organisatoris

 


Saat berorganisasi bukan hal yang asing mendengar kata independensi. Kata yang bisa diartikan dengan sebuah kondisi ketidaktergantungan terhadap pihak manapun. Didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata ini memiliki 15 arti. Kata ini bisa diartikan dengan merdeka dari segala ketergantungan. Seorang yang independen adalah orang yang bebas baik fikirannya maupun perbuatannya. Dia bebas mengeluarkan opini dan berpendapat.

Independen ini juga bisa dimaknai dengan dia tidak memihak kepada kelompok tertentu, dia hanya memihak kepada kebenaran. Selama berpegang teguh dengan kebenaran bila ada hal yang salah meskipun itu dilakukan oleh dirinya sendiri dia akan mengatakan salah, bila itu dilakukan oleh atasannya diapun juga akan tetap mengatakan salah.

Jiwa independensi ini yang menurut sekarang hampir hilang. Banyak yang mengatakan benar bila itu menguntungkan kelompoknya, namun ketika kelompoknya salah dia diam saja. Tidak jarang mereka menggantungkan hidupnya dalam sebuah kelompok atau organisasi.

Sejak menyandang predikat mahasiswa saya diajari independen, baik secara etis maupun organisatoris. Independen etis merupakan sebuah hal yang harus dimiliki oleh setiap individu  mengaktualisasikan dirinya sebagai hamba Allah dimuka bumi ini untuk selalu mencari kebenaran dan menegakkan kebenaran itu dimanapun berada. Aktualisasi dari hablumminallah terwujud dari perilaku sehari hari kepada sesama manusia dan alam ciptaan Allah.

Sikap untuk berpihak kepada sesuatu itu hanyalah keberpihakan pada kebenaran, obyektifitas, kejujuran dan keadilan. Sulit dilakukan memang tapi akan menjadi hal yang mengakar pada diri kita apabila kita latih dan kita selalu mencondongkan diri dengan hal yang benar dan obyektif. Apabila ada rasa subyektifitas seminimal  mungkin segera beralih kepada pemikiran yang obyektif.

Independen organisatoris merupakan kondisi saat kita di organisasi terutama di organisasi mahasiswa tidak memihak dan condong kepada salah satu partai. Akan sangat berbahaya bila mahasiswa bergerak dengan di tunggangi oleh kepentingan partai politik. Mahasiswa akan kehilangan citra diri sebagai agen pembaharu dan agen perubahan manakala dirinya sudah terjun kepada partai politik

Saat ini sebagai organisasi profesi pun saya di tuntut untuk tetap berpegang kepada independensi organisatoris. Dimana profesi sebagai Aparatur Sipil Negara diwajibkan untuk tidak berpartai politik atau mendukung partai tertentu.

Terapi menghadapi masalah

 





Semua orang punya masalah. Tidak ada yang tidak punya masalah.  Sampai Nabi kekasih Allah yang menjadi utusan untuk menyeru Tauhid dan memperbaiki Akhlak umat manusiapun tidak lepas dari masalah. Banyak yang berhasil menghadapi masalahnya, namun tidak sedikit pula yang tidak berhasil mengatasi masalah.  Banyak yang merasa stress dan putus asa dalam hidup ini atas masalah yang dihadapi. Mereka ingin berlari dari masalah. Namun ternyata dalam pelariannya itu, mereka bertemu masalah –masalah yang lain.

Dimasa pandemic ini, tidak lagi satu masalah yang kita hadapi. Kompleks sekali masalah yang harus kita hadapi dan kita urai untuk kita pribadi, keluarga maupun lingkungan kita. Saat PPKM sudah sampe kepada level melebihi jari di satu tangan kita, saat itu pula kita mulai banyak melihat orang-orang mengeluarkan cara untuk protes sebagai bentuk rasa tidak senang mereka menghadapi kebijakan pemerintah. Ada seorang artis yang memakai pakaian bikini two piece keluar ke trotoar demi memprotes, puluhan pedagang dan pebisnis yang sudah gulung tikar, menutup kantor, mengurangi jumlah karyawan dan merumahkan mereka tanpa pesangon. Melanggar aturan kebijakan pekerjaan non esensial yang tidak perlu mempekerjakan full karyawan mereka, demi mencapai target mereka harus masuk kerja dan menyelesaikan target perusahaan, dan banyak lagi persoalan saat ini.

Pandemi ini mau tidak mau kita harus menghadapi sebagai sebuah masalah dan harus kita hadapi dengan otak dingin dan hati yang ikhlas juga. Ada hal-hal yang bisa kita perlu renungkan untuk membuat kita lebih bisa menghadapi masalah terutama di masa pandemic ini.

Pertama Bersyukur. Kita patut sekali bersyukur masih diberikan kesehatan oleh Allah SWT. Triwulan ini angka kematian di Jawa Timur saja mencapai 50.000. salah satu penyebabnya adalah paparan virus ini kepada masyarakat.  Kita juga patut bersyukur bahwa sebagai ASN atau yang memililik pekerjaan tetap. Dalam masa pandemic ini kita tetap menerima honor, meski tidak besar kita bersyukur dibandingkan dengan orang yang di sekeliling kita yang dalam masa pandemic ini. Banyak yang mengeluh dengan kondisi ekonomi yang kembang kempis, berjualan tidak diperbolehkan malam hari. Mau makan masih kesulitan. Membayar uang sekolah anak yang sudah menunggak dan lain sebagainya.

Kedua Bersabar. Dimasa ini kita perlu bersabar. Sabar Menjaga jarak. Karena Sesungguhnya filosofi menjaga jarak itu adalah memberikan ruang untuk sama. Tidak berbeda pejabat ataupun rakyat, karena virus ini akan menyerang bagi orang yang melakukan kerumunan. Sabar untuk selalu memakai masker, sabar berdiam diri dirumah, sabar bekerja dari rumah, dan  Sabar menghindari kerumunan.

Ketiga berbaik sangka, kita sekuat-kuatnya selalu berbaik sangka atas apa yang terjadi kepada kita, keluarga kita. Karena apapun yang terjadi tidak terlepas dari kodrat dan iradat Allah SWT. Sehelai daun yang jatuhpun itu atas izin dari Allah SWT. Memelihara baik sangka ini sangat berat, namun akan indah pada waktunya. Manusia selalu mencari makna dibalik musibah, dan ketika kita meyakini bahwa tidak ada musibah selain atas izin dari Allah, maka perjalanan menghadapi corona ini akan semakin ringan.

Keempat untuk mengahadapi masalah adalah memperbaiki sholat, kita semua sering melantunkan surat Al-Ma’un yang didalamnya dijelaskan ada orang yang mendustakan agama salah satunya adalah orang yang lalai dalam sholatnya. Apabila kita mau keluar dari masalah maka langkah ini sangat tepat karena dalam sholat yang sempurna kita bisa menjadi pribadi yang sempurna pula. Sholat menjauhkan kita dari perbuatan keji dan munkar. Sholat pula yang menjadi tegaknya agama kita. Didalam sholat inilah ketika kita lurus menuju jalan Allah, maka kita akan mampu keluar dari masalah dengan selamat di dunia dan akhirat.



Refleksi Tahun Baru Islam 1443 H

 



Terbayang di beberapa tahun yang telah lalu dimana setiap perayaan tahun baru selalu penuh dengan hingar bingar. Di kecamatanku setiap tahun baru seluruh madrasah sa hiyeg sa eka praya, semua bergerak untuk memperingati tahun baru Hijriyah 1 Muharram dengan perayaan yang semeriah mungkin. Dengan mengadakan pawai taaruf. Mulai dari anak anak RA, MI, MTs, MA, Guru Agama dan Penyuluh Agama ikut serta memeriahkan tahun baru hijriyah ini.

Panggung besar, sound system yang menggelegar, ribuan massa berkumpul di lapangan. Drumband setiap sekolahan yang memiliki di keluarkan. Jumlah kumpulan akan semakin bertambah ketika di tambah dengan orangtua yang ikut serta mengantarkan, menunggu dan menjemput anak anaknya. Juga tak lupa pedagang kali lima berderet sepanjang jalan mencari rezeki di tengah peringatan tahun baru ini.

Tujuan memeriahkan tahun baru ini tidak lebih adalah syiar Islam, menanamkan kepada anak didik dan kita untuk mengingat tahun baru islam. Kalender masehi yang biasa diperingati dengan tahun barunya dengan count down di hampir seluruh dunia, berkumpul di alun-alun dan tidak sedikit yang mengadakan hiburan untuk menunggu pergantian tahun. Pawai motor pun sering di temui untuk memeriahkan.  Semua itu terjadi saat pandemi belum melanda.

Kali ini dua kali sudah peringatan tahun baru Islam ini  diperingati dalam suasana yang unusual. Tidak seperti biasa karena terjadi wabah di seluruh dunia. Namun sebenarnya kita tetap bisa memeriahkan peringatan tahun baru hijriyah ini dengan berbagai macam cara. Membuat status berisikan ucapan selamat tahun baru Islam, membuat kegiatan kegiatan virtual yang bertema religius menyambut tahun baru ini, dan lain sebagainya.

Sekarang banyak masyarakat yang tahu dengan aplikasi aplikasi untuk bertatap muka secara virtual, bukan hanya kaum intelektual saja, namun masyarakat biasapun telah familiar dengan zoom atau video call bersama. Mereka meramu pertemuan ini biasanya untuk mengadakan muhasabah dan doa bersama, saling menanyakan kabar dan keadaan juga mengobrol dengan sesama.

Tahun baru 1 Muharram yang merupakan peringatan hijrahnya nabi Muhammad saw dari Mekah ke Madinah. Dikarenakan kota Mekah tidak lagi aman untuk dijadikan tempat dakwah nabi Muhammad saw. Beberapa kali beliau akan dibunuh oleh orang kafir Quraisy. Kemudian Allah memerintahkan Nabi untuk berhijrah ke Yatsrib. Menuju kehidupan yang lebih aman dan dakwah beliau bisa diterima oleh masyarakat.

Semangat berpindah untuk kehidupan yang lebih baik inilah yang mengilhami sebagian orang untuk berpindah untuk kehidupan yang lebih baik. Meski semua tidak bisa dimaknai secara tekstual berpindah itu berpindah tempat, namun lebih kepada semangat batin untuk berpindah dari masa lalu yang kurang baik menuju kepada kehidupan yang lebih baik. Motivasi dan inovasi memang sangat  diperlukan dan menjadi ketrampilan penting untuk bisa survive.

MENULIS DARI HATI

 




Beberapa hari terkena covid 19, seharusnya saya produktif untuk menulis. Saya memang tidak pernah lepas dari hadapan laptop selama isoman. Mantengin di kotak dengan layar kaca ini sampe larut malam. Namun tidak menulis artikel lima paragraf. Artikel lima paragraph ini di gagas oleh bapak Dr. Ngainun Naim kepada perkumpulan grup menulis maarif beberapa waktu yang lalu.

Saya lebih mengejar untuk menyelesaikan tugas-tugas akademik sekolah. Membuat laporan madrasah, dari laporan kegiatan gurum, pembuatan kurikulum, Rencana Kerja Madrasah, sampai pada mengisi E-SAPK untuk ASN. Semua menyita waktu sehingga saya terkadang lupa untuk beranjak dari laptop hanya sekedar makan siang atau makan malam.

Untunglah suami dan anak-anak care sekali. Mereka menjadi perawat terbaikku.  Mereka meletakkan makanan, buah-buahan, jamu temulawak instan di depan pintu kamar selama isoman 10 hari. Si bungsu yang masih 4 tahun sering intip intip dengan membuka pintu kamar sedikit dan sering bertanya: “Umi masih sakit?” kalau saya jawab “masih, adik jangan dekat dekat umi dulu ya.. “ dia kemudian menyemangatiku dengan suara dalam dan lirih.. “ Cepet sembuh ya mi” Ucapan itu menguatkanku untuk cepat pulih. sekaligus membuatku pengin menangis, karena saya tahu banget dia pasti sedih berpisah sementara dengan ibunya. Saat tidur terutama, sebelumnya dia tidak bisa tidur sebelum meletakkan kepalanya di tanganku dan menyentuh bibirku dengan tangannya. Sekarang selama isoman dia tidak bisa melakukan semua itu.

Kegiatan yang bersifat virtual beberapa saya ikuti, zoom meeting untuk mendoakan beberapa keluarga dan kolega secara virtual, rapat, dan yang terbaru ini mengikuti kopdar Sahabat Pena Kita. Saya tergabung dalam grup menulis ini selama satu tahun. Selama pandemic dengan mewajibkan menulis seminggu satu tulisan dan satu tulisan lagi sebagai tulisan sunnah. Namun beberapa bulan sudah saya stag dan mandeg menulis. Juga banyak ternyata anggotanya yang sama seperti saya, nulisnya jarang-jarang.  Beberapa waktu saya sempat menginginkan keluar aja dari grup menulis. Karena kesibukan dan malu tidak menulis.

Sampai pada saat sabahat pena mengadakan Kopdar virtual yang diadakan dua hari Sabtu dan minggu 7-8 Agustus 2021, menggugah lagi tidur suri menulisku. Gol A Gong adalah duta baca yang didaulat sebagai pemateri di Kopdar kali ini, beliau mengemukakan Janganlah menulis pakai otak, menulislah dengan yang mengendalikan otak, yakni hati. Dengan menulis dengan hati maka pesanmu akan sampe ke hati pembacanya juga.

Ya menulis dari hati, saya sangat sepakat dengan quote ini. Saya akan mencoba untuk tetap bisa belajar merangkai kata. Belajar bukan berarti tidak ada ujian. Dan ujian saya saat ini adalah karena merasa kesibukan menjadi penghalang untuk menulis. Hati yang berbisik tidak usah lagi menulis, membuang-buang waktu. Padahal setelah menulis benar-benar menghilangkan beban yang terpendam di hati dan membuat pikiran jadi enteng sekali.

Banyak sekali peristiwa peristiwa yang terlalu indah berlalu begitu saja tanpa terekam dalam tulisan. Hari ini menulis lepas, besok menulis tema, besok menulis novel, besok lagi menulis apapun yang mau kita tulis. Akan menambah indah dunia kita sendiri. Warna penulis itu lebih banyak daripada yang tidak menulis. Meski terkadang lidah kita tidak mampu mengatakan keindahan tulisan kita, namun tuts keyboard kita membantu mengungkapkan makna hati kita.

Menulis dari hati, tentu tidak akan sama ide dengan orang lain. Bahkan norma kebenaran mungkin berlaku bagi kita, namun tidak berlaku bagi orang lain. Namun dengan bisa kita ungkapkan kita bisa diskusikan dengan orang lain. Seperti yang dikatakan oleh Prof Imam Suprayogo yang juga sebagai pembina SPK, bahwa ketika dia mengomentari tulisan bukan berarti benci dengan tulisan tersebut, dia menjalankan fungsinya sebagai Pembina, dan berarti respect terhadap tulisan tersebut.

Featured Post

RESENSI (Pesantren, Kampus Islam dan Moderasi beragama)

  Pesantren, Kampus Islam dan Moderasi beragama Karya Ngainun Naim, Abad Badruzzaman Halaman 288 + vi diterbitkan oleh Akademia Pustak...