Saya anggota SPK Tulungagung yang bisa dibilang
pasif. Dan saat kopdar kali ini saya tidak berani ngelist kehadiran karena
takut saat ngelist malah tidak bisa. Dan benar saya datang masbuq yang paling
akhir, karena harus mengumpulkan keberanian untuk bertemu dengan teman teman
yang luar biasa. Jujur karena minder dengan teman teman yang sudah akrab dengan
buku dan tulisan. Sedangkan saya masih tetap berkutat dengan kesibukan mencari
arah menulis.
Tulisan saya cenderung banyak di blog. Tapi
untuk di kumpulkan menjadi sebuah buku masih sangat jauh api dari panggang. Banyak
tema tema yang menurut saya gak nyambung. Satu satunya buku yang bisa dipaksakan
terbit adalah new normal new hope saat pandemic.
Di kopdar SPK Tulungagung sempat di sentil
oleh dewan Pembina SPK Prof Ngainun, dengan kelekarnya semoga buku nya tidak
hop (kata beliau sambil mengisyaratkan tangan lima = isyarat hop atau berhenti.
Semoga saya bisa membukukan tulisan dan coretan yang bermakna. Minimal bagi
saya sendiri.
Kopdar ini tentu saja menjadi membakar
semangat menulis dan membaca. Saya sangat terharu saat mendapat buku dari kehadiran
saya. Dan itu menjadi sangat berharga buat saya. Menjadi kenang-kenangan kopdar
kali ini. Selain stiker yang diberikan oleh mas Roni.
Stiker Kopdar ini lebih menancapkan
kenangan yang lebih lama. Saya tempel di kaca mobil untuk selalu ingat bahwa
SPK selalu menginspirasi buat menulis. Sebuah harapan untuk bisa terus
mengupgrade kapasitas diri dalam hal tulis
menulis.
Tak lupa ucapan selamat untuk Mas Roni dan
kabinetnya yang terpilih kali ini, dan terimakasih kepada ketua SPK domisioner,
Mas Thoriqul Azzad. Sepanjang kenal mas thoriq ini sosok yang sangat pendiam
tapi berisi di tulisan tulisannya.
Tak lupa selamat anniversary buat pernikahan
Pembina SPK Prof Naim yang telah berlalu di beberapa hari yang lalu. Semoga langgeng
dan selalu tenteram dalam membina rumah tangga.