Berbenah

Wajah transportasi utamanya Kereta Api di Indonesia saat ini semakin baik. Masih ingat zaman tahun 1999 semasa mengikuti UMPTN di sebuah kampus di Kota Malang, saat itu naik kereta api harus berdesak desakan. Panas, bau keringat, kejepit, belum lagi pedagang asongan yang sering lalu lalang dari gerbong ke gerbong. Pengamen yang juga ikut ikutan menyeruak di tengah padatnya penumpang. Sesekali harus selalu waspada dengan dompet di saku atau di tas kalau tidak bisa jadi menjadi mangsa pencopet. 

Belum lagi sejumlah kecelakaan kereta api, tabrakan, rel ambles dan lain-lain yang menyebabkan semakin kompleks persoalan transportasi massa ini. Memang ketika dilihat dari tiket saat itu sangatlah murah dan mungkin juga banyak penumpang liar yang tidak punya tiket sengaja memberikan uang ke kondektur di atas kereta api. Ketidakjujuran ini juga yang mungkin mengakibatkan PT KAI selalu mengalami kerugian di tiap tahunnya. 

Setelah berbagai peristiwa itu terjadi, maka lambat laun PT KAI mengubah sistem dan pelayanannya. Saya masih ingat banyak keluhan di awal awal sistem baru ini di tetapkan. Pedagang asongan juga memprotes kebijakan ini. Sistem dari tiket yang di jual manual diubah ke penjualan online. Kasihan juga para orang tua yang buta tekhnologi saat itu, kesulitan mengakses tiket. Belum lagi harus membawa bukti identitas diri dengan foto kopi KK dan KTP dirasa cukup menyulitkan para penumpangnya.

Lambat laun sistem ini berjalan dengan alamiah dan diterima masyarakat. Hal yang mencolok lainnya adalah pelayanan di kereta api yang lebih baik. Dimana dulu kereta api panas, yang dingin hanya gerbong kereta api bisnis dan eksekutif yang harganya mahal. Sekarang garbing ekonomi pun sudah difasilitasi pendingin ruangan. sehingga sangat terasa kenyamanannya. 

Bila dulu Kereta api terkesan dengan petugas yang sudah tua dan tidak menarik. Sekarang di gerbong-gerbong kereta petugasnya muda dan energik. Petugas cleaning service dan penjaja makanan pun juga tidak kalah menarik dari pramugari yang ada di pesawat. Kesan kumuh dan kotor sekarang berganti dengan kesan elegan bagus dan nyaman. 
Meski harus mengalami kesulitan di awal awal dalam mengimbangi sistem yang diciptakan PT KAI mengenai tiket yang harus dipesan secara online. Namun dengan seiring perkembangan tekhnologi dan semakin terbukanya akses jaringan internet, maka calon penumpang sekarang lebih cerdas untuk memilih dan memesan tiket dan merencanakan perjalanan mereka. Sehingga sekarang tidak terlihat lagi antrian mengular di loket penjualan tiket di stasiun. 

Dengan semakin berbenahnya transportasi  massal seperti kereta Api, Pelni, Busway, komuter dan yang lain saya optimis persoalan-persoalan kemacetan di beberapa kota besar bisa teratasi. Karena masyarakat sudah percaya dan nyaman menaiki salah satu moda transportasi ini, tidak lagi banyak yang menggunakan mobil pribadi kecuali karena keadaan yang mendesak atau tempat kerja yang belum terjangkau dari transportasi massal ini. 


Kita memang harus selalu berbenah, ke arah yang lebih baik. Islam telah memberi kita anjuran untuk meningkatkan kualitas dengan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Ketika hari ini sama dengan hari kemarin maka kita termasuk orang yang rugi. 

Bentuk-bentuk kreatifitas dan perbaikan yang terus menerus / continuous improvement ini yang akan membawa kemanfaatan untuk umat. Nilai-nilai Islam senantiasa mengiringi kehidupan manusia yang mampu berfikir. 

Terinspirasi dari Youtube “Ngaji Literasi”


 

Melihat status Dr. Ngainun Naim selalu inspiratif, beliau sering membuat Qoute yang menggugah spirit menulis. Melalui status nya beliau juga saya tahu youtube di cahnnel Ngaji Literasi , saya bisa  menambah pengetahuan mengenai Literasi. Menggali potensi dan memberdayakan diri. Pas sekali dalam pandemic ini, kita bisa memberdayakan diri menulis, dipandu oleh konten beliau yang lugas dan mampu menelisik sisi sisi sederhana kehidupan menulis menjadi sebuah tulisan yang bermakna. 

Menggunakan konten youtube ini saya kira masih baru tapi Pak memiliki lebih dari 2000 subscriber. Menjadi penulis dan youtuber bukan sesuatu yang mudah. Bahkan bisa dikatakan inilah yang bisa dijadikan passif income seseorang selain pengetahuan beliau yang begitu luas.

Simaklah ajakan beliau untuk penulis pemula. Mengajak dengan memulai menulis keseharian kita. Menulis hal hal yang kita ketahui dalam kehidupan kita. Tentu hal ini tidak sulit dibanding kita harus menulis karya ilmiah yang mbulet. Belum menulis tapi sudah merasa susah dan akhirnya tidak jadi menulis.

Saran beliau untuk menulis cukup lima paragraph dalam satu hari. Lima paragraph itu sudah menjadi seperempat halaman A4. Apabila ini kita lakukan secara rutin, setahun kita sudah bisa menghasilkan minimal 4 buku.

Yang paling perlu mendapat titik tekan adalah keajegan. Menjaga Konsistensi menulis ini yang harus terus di pupuk supaya kita menjadi terbiasa menulis. Tidak ada kamusnya orang yang tidak pernah Latihan menulis tiba tiba memiliki kemampuan membuat buku beratus-ratus lembar.  Menulis dimulai dari sebuah huruf dirangkai menjadi sebuah kata dan kata dirangkai menjadi sebuah kalimat.

Kalimat akan menjadi indah dan bermakna apabila kita telah terampil menggunakan ejaan, menggunakan tata Bahasa dan unsur-unsur kebahasaan. Darimana bisa dipelajari. Dari praktek yang terus menerus.

Featured Post

RESENSI (Pesantren, Kampus Islam dan Moderasi beragama)

  Pesantren, Kampus Islam dan Moderasi beragama Karya Ngainun Naim, Abad Badruzzaman Halaman 288 + vi diterbitkan oleh Akademia Pustak...