Puasa tahun 2021 ini dipenuhi keprihatinan. Suasana Pandemi yang tak kunjung usai membuat banyak orang kehilangan pekerjaan, Agen travel terpaksa gulung tikar. Beberapa warung dan café pun terpaksa tutup karena sepi pembeli. Yang diuntungkan oleh suasana pandemic ini adalah penjual bunga dan penjual sepeda. Karena banyak orang untuk membunuh sepi berkebun dan mengalihkan hobi kepada bersepeda, menghilangkan kejenuhan di rumah saja, sekaligus berolahraga meningkatkan imun dan menghilangkan stress.
Disinyalir juga beberapa mall akan tutup karena
banyak pelanggan yang berpindah ke belanja online. Berubahnya lifestyle dari
bertemu menjadi bertemu dengan system virtual juga menghentak sector perhotelan,
karena tidak ada perjalanan dinas dari para pejabat. Semua diatur melalui layar
HP dan layar computer di ruang kerja masing-masing.
Yang diuntungkan adalah startup seperti zoom,
toko computer, HP dan pernik pernik yang mengiringi orang berkomunikasi melalui
layar, seperti tripot, headset, podcast, ringlight dan lain-lain.
Seiring waktu pandemic yang berjalan lama,
beberapa vaksin di suplay pemerintah untuk meningkatkan kekebalan tubuh rakyat.
Tidak tanggung tanggung, seluruh lapisan masyarakat dijadikan sasaran vaksinasi.
Dari mulai tenaga kesehatan, tenaga pendidik dan kependidikan, mulai dari
tingkat bawah sampai perguruan tinggi, pedagang pasar, pekerja pemerintah mulai
dari pusat sampai pemerintah desa, lansia.
Tibalah jadwal vaksinasi ke lembaga
pendidikan kami. Saat pemberian jadwal bisa dibilang sangat mendadak, karena
hari itu diumumkan hari itu juga jadwal vaksin harus dilakukan. Kamis,
6-04-2021 Madrasah kami diberikan informasi melalui Humas Kemenag melalui grup
WA sekitar jam 6:30 WIB, sedangkan kami
harus hadir di rumah sakit yang di tunjuk sebagai tempat vaksinasi. Kontan saja
sebagai kepala madrasah saya langsung mengkondisikan guru-guru untuk bersiap. Saya
wa grup, sebentar kemudian saya cek sudah terkirim apa belum. Setelah terkirim
saya telpon satu persatu. Beberapa diantaranya tidak membaca dan tidak
terkirim. Suasana pagi yang semula tenang seakan menjadi hectic gara-gara
jadwal vaksin.
Beberapa yang telah diberitahu pengumuman
itupun ada yang siap dan ada yang tidak siap. Ada yang takut, ada yang memang
hari itu tidak sehat. Yang merasa tidak ada keluhan sama sekali saya sarankan
untuk segera hadir di tempat vaksinasi.
Vaksinasi ini tidak serta merta langsung
disuntik , namun beberapa meja yang harus kami lalui. Meja 1 Registrasi dan cek
tekanan darah serta suhu tubuh. Setalah lolos dari pengecekan pertama menuju
meja 2 yakni screening. Di sini ditanyai beberapa riwayat penyakit oleh dokter
umum, apa bila screening dinyatakan baik maka diberikan vaksinasi.
Di meja dua ini giliran saya, di tanyai
pernah sakit apa? Saya menjawab “pernah punya riwayat hipertiroid”, dokter
itupun sejenak melirik kertas screening dan sejurus kemudian menemukan kolom
bahwa penyakit hypertiroid untuk tidak di vaksin dulu. Saya mengatakan itu
sudah lama sekitar 4 tahun yang lalu. Dokter tersebut meneruskan pertanyaannya “Ibu
sudah cek laborat terakhir sudah normal?”
Saya menjawab bahwa beberapa waktu setelah
melahirkan kadar T3 dan TSH saya masih
tinggi, namun saya sengaja untuk menghentikan minum obat demi memberi ASI
kepada anak. Karena saran dokter kala
itu bilamana sang ibu terkena tiroiditisme, maka tidak boleh memberikan ASI
karena nanti akan berdampak kepada perkembangan si kecil.
Saya kala itu bertekad untuk memberikan ASI
dengan konsekuensi tidak meminum obat hypertiroid. Dan menghentikan terapi
serta visitasi ke dokter di poli dalam. Entahlah apakah jalan yang saya tempuh
itu benar apa salah, namun saya merasa amanah anak ini harus lebih utama.
Dokter di meja screening itupun kemudian
memberikan selembar kertas rujukan untuk menurus BPJS dulu baru ke Dokter
penyakit dalam. Sore harinya saya mencari rujukan ke Dokter Faskes I saya. Kemudian
di Tanya mau di rujuk kemana? Saya memilih ke RS swasta yang agak cepat
pelayananya. Karena pengalaman ke RSU harus menghabiskan setidaknya 3 hari,
untuk bisa sampai mendapat penanganan dokter, sehari habis untuk antri tiket
dan mendapat surat permohonan cek laborat, setelah itu cek laborat setidaknya
butuh sehari berikutnya untuk mengambil hasil. Dan barulah dikonsulkan dokter
hasil labnya.
Bila di RS swasta pengambilan sample darah
untuk laborat sampai ke hasilnya cukup 15 sampai 30 menit. Benar saja, setelah
mendapat surat rujukan saya daftar ke sebuah RS swasta yang ditunjuk dalam
surat rujukan itu. Dan selang 3 jam kemudian saya bisa mendapatkan hasil
keseluruhan dari treatment yang dilakukan oleh pihak rumah sakit.
Dan Alhmadulillah.. benar benar bahagia
ketika hasil laborat menunjukkan kadar TSH saya sudah normal. Dan bisa
direkomendasikan untuk vaksin. Kebahagiaan ganda yang saya dapatkan benar benar
sebuah rezeki di bulan Mulia bulan Ramadhan ini. Terimakasih Ya Allah…. Saya sembuh
dari Tiroidisme